Back to Sixties: Farm, Get Wealthy & Raises the Cubs (English to Indonesia Translation) - Bab 10
- Home
- Back to Sixties: Farm, Get Wealthy & Raises the Cubs (English to Indonesia Translation)
- Bab 10 - Pondasi yang Kuat
BAB 10
PONDASI YANG KUAT
Ibunda Zhou tahu bahwa cara bicaranya yang sekarang ini sudah lumayan bagus karena dia sedang berbicara dengannya, tidak perlu dibilang lagi cara dia berbicara dengan orang selain dia dan ayahanda Zhou.
Baju yang dipakai oleh Da Wa, Er Wa dan San Wa adalah baju yang dijahit setahun yang lalu. Saat itu bajunya sengaja di jahit satu ukuran lebih besar supaya bisa terus dipakai hingga sekarang.
Saat itu yang menjahit baju mereka adalah menantu ketiga. Karena alasan inilah si anak tertua Da Wa selalu dengan ramah memanggil bayi dalam kandungan bibi ketiganya dengan panggilan ‘sepupu kecil’ tiap kali dia melihat perut bibinya.
Bisa dibilang dia anak yang pintar membaca situasi.
“Tapi kamu kan tahu kalau menantu ketiga sedang hamil besar.” Walau dia memanjakan ketiga cucunya ini tetap aja Ibunda Zhou terlihat ragu.
“Kapan lahirannya?” tanya Lin Qing He.
“Ada sekitar dua bulan lagi.” jawab Ibunda Zhou.
“Kalau begitu ibu bisa kembali dan coba tanyakan kepada menantu ketiga apa dia bersedia atau tidak. Kalau dia mau, aku akan memberi dua pound gula merah untuk membantunya memberi nutrisi tubuh selama masa isolasi pasca kehamilan.” kata Lin Qing He.
“Gula merah? Darimana kamu mendapatkan gula merah?” tanya Ibunda Zhou dengan kaget.
“Ada uang tentu ada gula merah.” jawab Lin Qing He sambil menaikkan alisnya.
Ketika ibunda Zhou mendengar ini dia langsung mengerti, menantunya ini pasti mendapatkannya dari pasar gelap juga.
Setelah mempertimbangkan sifat si pemilik tubuh, diapun menitip San Wa ke ibunda Zhou sambil berkata, “Ibu tolong pegang San Wa sebentar. Aku akan ambil gula merahnya.”
Di masa seperti ini, gula merah adalah sebuah produk langka. Terutama bagi menantu ketiga yang sebentar lagi akan melahirkan.
Ketika Lin Qing He kembali ke kamar, dia mengambil dua jin dari ruang penyimpanannya. Stok nya ada kira-kira 20 jin (10 kg) jadi memang tidak banyak.
Dua jin gula merah itu dipakai dalam botol transparan yang tentu saja agak berat apalagi warna gula merah itu menunjukkan kualitasnya yang tinggi.
“Ibu lihat ini.” Lin Qing He menunjukkan gula merah itu.
Nadanya sekarang adalah nada seorang pebisnis pada pelanggannya, tapi Ibunda Zhou sama sekali tidak terganggu dengan itu. Setelah dia melihat gula tersebut dia pun berkata: “Kalau begitu aku akan membawa ini dan bertanya padanya dulu ya?”
“Baiklah.” angguk Lin Qing He dan menunjuk ke arah mangkok bubur di meja: “ini untuk ibu supaya badanmu bisa lebih bernutrisi. Silahkan dimakan.” Jika dari awal dia bertingkah sopan seperti ini tentu dia akan panik, namun karena sebelum ini dia sudah tahu apa maksud dari semangkuk bubur ini, dia pun tidak sungkan lagi: Aku kan mertuanya, memangnya apa salahnya jika aku makan semangkuk bubur ini?
Jadi dia pun memakan bubur itu sangat enak dan mengenyangkan sebelum akhirnya kembali ke rumah sambil membawa gula merah.
“Ibu, apa kamu benar-benar ingin menyuruh bibi ketiga membuat baju untuk kami?” tanya Da Wa dengan mata berkilau.
“Padahal itu gula merahnya besar sekali.” Er Wa malah fokus ke situ.
San Wa sudah kenyang dan sibuk bermain sendiri di halaman rumah mereka. Lin Qing He pun mulai makan bubur bagiannya lalu berkata: “Satu pasang per orang, tidak lebih. Sedangkan untuk gula merah itu tentu saja aku harus memberikan imbalan. Asal kalian tahu menjahit baju itu bukan pekerjaan mudah, jadi anggap saja ibumu ini memberi imbalan atas usahanya.”
Walau dia juga mewarisi kemampuan menjahit dari si pemilik tubuh asli, dia benar-benar tidak bisa membuat baju untuk anak-anak, Mungkin hal ini disebabkan karena obsesi si pemilik tubuh yang terlalu mendalam, dia akan membuat….
“Ibu, jika kamu menjahitnya sendiri bukannya kita jadi tidak perlu memberikan gula merah itu pada bibi ketiga.” Er Wa masih memikirkan hal ini.
Lin Qing He memandangnya: “Jika aku tidak perlu membuat baju baru untuk kalian tentu aku tidak perlu memberi gula merah ini kan!”
Dengan kalimat ini, Er Wa pun menutup mulutnya.
Lin Qing He tidak pernah berniat untuk memanjakan mereka. Setelah beberapa saat dia jadi ingat, “kalian harus punya sepatu baru. Aku akan membuat sepatu yang baru untuk kalian. Jika aku punya anak perempuan tentu pekerjaanku jadi lebih mudah, tapi apa daya kalian semua anak laki-laki. Ibu benar-benar tidak bisa mengandalkan kalian semua untuk urusan seperti ini. Hah melahirkan anak laki-laki sama saja seperti berhutang.”
Ketika dia mengatakan hal ini, ibunda Zhou pun kembali. Wajahnya tidak berubah sama sekali. Si menantu keempatnya ini benar-benar malas setengah mati, jadi dia bisa membayangkan bahwa jika dia punya anak perempuan dia pasti akan menyuruhnya melakukan semua pekerjaan rumah untuknya.
“Menantu ketiga setuju.” kata Ibunda Zhou sambil memasuki halaman rumah.
“Oke aku baru selesai makan. Ibu tunggu sebentar. Aku akan mengambil bahan kain dan juga kapasnya.” Lin Qing He meletakkan mangkuk itu dan segera masuk ke kamar.
Saat ini sudah masuk bulan September dan membuat kain isi kapas tentu bukan hal yang bisa dilakukan dengan cepat. Dia khawatir kalau pertengahan Oktober nanti barulah ketiga baju anaknya ini selesai. Saat itu tentu sudah terlalu dingin jadi tentu saja lebih cepat dia mulai mengerjakannya maka lebih cepat pula bajunya selesai.
Karena perut si menantu ketiga sudah sangat besar jadi tentu dia tidak bisa memaksanya untuk mengerjakan hal ini dengan cepat.
Lin Qing He masuk ke dalam kamar dan mengambil dua pound bahan kain.
Tujuan awal si pemilik tubuh membeli kain kali ini bukan untuk dirinya sendiri, dia berencana mengirim kain ini untuk keluarga kandungnya supaya bisa menaikkan kedudukannya diantara keluarga Lin.
Namun karena kali ini Lin Qing He lah yang ada dalam tubuh ini, maka si keluarga besar Lin jangan pernah mengharapkan apapun. Jika punya kesempatan, dia tetap ingin mengambil kembali jaket militer milik Zhou Qing Bai yang sebelumnya pernah dia berikan pada mereka!
Jika melihat seberapa banyak kain yang disisihkan untuk keluarga Lin serta sisanya untuk dirinya sendiri tentu saja kain ini jadinya cukup untuk membuat tiga set baju baru untuk ketiga kakak beradik itu. Lagian Da Wa nanti pasti akan butuh banyak kain karena dia harus selalu membuat baju satu ukuran lebih besar dari ukurannya sekarang untuk berjaga-jaga agar bajunya tidak kependekan saat bajunya nanti selesai di jahit.
Sama halnya untuk Er Wa. Sebenarnya dia tidak perlu menjahit untuk San Wa juga karena kedua kakaknya bisa memberikan baju bekas mereka pada si bungsu. Namun karena kebetulan sekarang keduanya sedang dibuatkan baju baru, maka kenapa tidak sekalian saja menjahit baju si bungsu kan.
Lagian dia tidak perlu membuatnya sendiri, dia hanya perlu menggunakan mulutnya untuk menyuruh orang mengerjakan hal ini. Sebagai seorang karakter figuran, sikapnya memang tidak bisa ditebak dan selalu berubah-ubah sesuai mood!
Ibunda Zhou tidak menyangka dia bisa mendapat bahan kain sebagus dan sebanyak ini, apalagi semua ini bukan untuk dirinya tapi untuk anak-anaknya.
Hal ini sedikit menenangkan hati Ibunda Zhou. Namun tentu saja dia tetap akan berkomentar: “Da Wa dan lainnya sekarang masih kecil, namun dalam beberapa tahun mereka pasti akan tumbuh dewasa satu per satu. Saat itu tentu kamu akan butuh biaya untuk mahar calon istri mereka nanti…”
“Ibu sudah tidak usah khawatir, aku sudah tahu kok.” potong Lin Qing He secara langsung.
Ibunda Zhou mau tidak mau tersedak dan berkata dalam hati, ‘Kamu mengerti?Emangnya apa yang kamu mengerti? Siapa sih yang saat ini selalu tidak berhemat? Barusan kamu makan bubur di depan rumah, belum lagi isi buburnya menggunakan telur dan daging babi yang berharga. Berapa biaya semua itu?’
Namun pada akhirnya si pemilik tubuh ini memang memiliki pondasi yang kuat (terkenal dengan sifatnya yang keras dan apatis), jadi Ibunda Zhou pun tidak mau merecokinya lebih lanjut dan berhenti berbicara. Dia mengambil baju dan kapas itu lalu segera pulang kerumah.
Tak lama setelah mertuanya pulang, Lin Qing He langsung merasa lega dalam hatinya.
Kalau ini adalah Lin Qing He yang biasa, dia sepertinya tidak akan bisa mengatasi mertua semacam ini, namun jika melihat penampilannya saat menghadapi mertuanya tadi, sepertinya sang mertua juga bereaksi lumayan baik dengan sikap yang ditunjukkan dari tadi kan?
Wahai pemilik tubuh yang asli! Bisa dibilang kamu sudah melakukan kebaikan untukku.
Lin Qing He merasa sangat emosional. Dengan pondasi yang kuat seperti ini, walau dia bersikap lain dari biasanya tentu orang tidak akan berpikir ada yang aneh dengannya.
Karena mood nya sedang bagus, dia pun menggendong San Wa dan mencium gemas si bungsu itu menyebabkan bayi itu terkekeh.
Tindakan ini tidak lepas dari pengamatan kedua kakaknya, merekapun memandang lekat Lin Qing He. Lin Qing He pun memberikan masing-masing sebuah ciuman di kening mereka.
Da Wa langsung merona dan berkata, “Aku akan main di luar dulu!” lalu berlari keluar.
Er Wa yang merasa sangat malu pun ikut berlari keluar dengan sang kakak.
Lin Qing He tidak peduli dengan respon mereka. Dia sudah memberikan semangkuk bubur untuk ibu mertua jadi sisa bubur di dalam pot hanya sekitar satu mangkuk lagi, dia pun menyisihkannya untuk dimakan nanti.
Setelah dia mencuci dan membersihkan semua peralatan masak dan dan peralatan makan, dia pun merebus air untuk persiapan mandi anak-anak itu saat mereka kembali dari luar nanti.
Ibunda Zhou pulang membawa kapas dan kain.
Sebenarnya sekarang sudah waktunya untuk kembali dari ladang, namun keluarga besar Zhou belum juga kembali. Sekarang juga belum jam lima sore. Ibunda Zhou sudah bekerja di ladang selama tiga hari berturut-turut dan badannya tidak sanggup lagi melanjutkan karena terlalu capek. Jadi dia pun istirahat sehari ini dan tidak berangkat kerja jadi tentu tidak masalah jika dia istirahat sepanjang sisa setengah hari ini.
Sedangkan menantu ketiga karena sedang hamil tua jadinya tidak berangkat ke ladang dan ditugaskan untuk memasak dirumah. Tentu saja menantu pertama yang saat ini masih dalam kondisi hamil muda juga ikut membantu. Namun karena Ibunda Zhou hari ini mengambil waktu istirahat jadinya pekerjaan ini digantikan oleh Ibunda Zhou. Tentu saja untuk hari-hari biasa menantu pertama dan ketiga lah yang bertanggung jawab dalam hal memasak untuk seluruh keluarga besar.
Melihat kain dan kapas yang dibawa oleh Ibunda Zhou, menantu ketiga mau tidak mau merasa iri. Namun dia tahu bahwa hal ini seharusnya tidak patut untuk dijadikan objek iri. Dia melihat ukuran kain dan juga jumlah kapas yang diberikan padanya kemudian langsung senang: “Ibu, apa benar menantu keempat memintaku membuat sepasang baju baru untuk masing-masing Da Wa dan yang lainnya? Sedangkan sisanya untukku?”