Back to Sixties: Farm, Get Wealthy & Raises the Cubs (English to Indonesia Translation) - Bab 14
- Home
- Back to Sixties: Farm, Get Wealthy & Raises the Cubs (English to Indonesia Translation)
- Bab 14 - Ibu yang Tidak Bertanggung Jawab
BAB 14
IBU YANG TIDAK BERTANGGUNG JAWAB
Karena cedera yang dideritanya, ayah dari anak-anak ini akan tetap tinggal di barak selama sebulan untuk memulihkan dirinya.
Setelah itu, dia akan kembali pulang. Kalau tidak salah dia akan kembali di akhir Oktober atau saat akan memasuki bulan November.
Lin Qing He merasa setelah si ayah dari anak-anak ini kembali, dia tentu tidak akan bisa sebebas sekarang. Karena sudah ada satu tambahan orang dewasa lagi di rumah, jadi dia tidak bisa sembarangan menangani ketiga anak itu.
Jadi sebelum si ayah dari anak-anak itu kembali, dia harus mendapatkan semua kebutuhan rumah tangga yang harus ditambahkan dalam keluarga ini.
Di era ini tidak banyak hiburan. Apalagi saat ini masih di tengah-tengah kesibukan memanen dan matahari juga sedang tinggi-tingginya dan sangat terik. Kulit si pemilik tubuh ini sangat terawat dengan baik jadi Lin Qing He tidak ingin merusaknya.
Walau sejujurnya menurut Lin Qing He kulit si pemilik tubuh ini sebenarnya tidak terlalu putih, namun hanya tidak pernah terbakar dibawah sinar matahari makanya jika dibandingkan dengan kulit warga desa lain, tentu kulitnya jadi terlihat sangat putih.
Jadi dalam beberapa hari kedepan, Lin Qing He pun memasak saja di rumah.
Karena pada dasarnya si pemilik tubuh jarang berinteraksi dengan warga desa lain, otomatis dia tidak harus memaksakan diri untuk berkomunikasi dengan mereka. Jadi sudah tentu, dia hanya focus mempersiapkan makanan untuk anak-anaknya dirumah.
Hal ini tentu membuat Da Wa, Er Wa dan San Wa senang bukan main.
Dibawah bimbingan Lin Qing He selama beberapa hari ini, San Wa pun mulai bisa berbicara. Begitu anak ini bisa berbicara, kalimat yang keluar dari mulut mungilnya ini langsung keluar berentetan seperti keran air yang tuasnya dibuka.
Dia bisa mengatakan kata-kata sederhana seperti ‘pipis’, ‘makan’, ‘air’ dan tentu saja kata yang paling sering dia gunakan yaitu ‘ibu’.
Ketiga anak ini makan makanan berminyak. Walau si pemilik tubuh ini orang yang pemalas namun karena dia tahu bahwa hubungan sosialnya tidak begitu baik, jadi dia selalu memastikan dirinya bisa memenuhi kebutuhan keluarga ini sendiri.
Jadi di taman belakang rumah mereka ada sepetak kebun yang ditanami dengan tomat, timun, daun bawang, beberapa sayuran hijau, dan lobak.
Semua variasi ini ditanam bercampur dalam satu petak ini, dan tidak dalam jumlah besar. Setiap baris ditanami dengan satu jenis tanaman.
Jadi sudah tentu semua ini sekarang menjadi tanggung jawab Lin Qing He dan dia bisa dengan sesuka hati menentukan jenis makanan apa yang akan dia sajikan untuk keluarga ini.
Misalnya seperti scrambled eggs campur daun bawang, rebusan tulang dan lobak, tumis daging campur timun. Semua ini adalah pilihannya. Ketiga anak dirumah itu tidak mengerti tentang pengaturan ini dan Lin Qing He pun bisa menciptakan alibi jika mereka bertanya.
Dia mengatakan pada mereka bahwa semua bahan makanan itu dia beli saat terakhir kali dia ke pasar di kabupaten kota dan daging-daging itu juga sudah di marinasi duluan dengan garam agar bertahan lama.
Lin Qing He juga mengeluarkan stok perut babi dan beberapa daging babi bagian pinggang kemudian memarinasi semua daging tersebut. Dia memarinasinya dengan garam dan kemudian menggorengnya sebentar saat dimakan. Rasanya pun sangat lezat dan menyegarkan. Tentunya daging yang dimasak seperti ini paling cocok jika dipadankan dengan bubur atau mie.
Lin Qing He tetap memberi makan ketiga anak ini seperti ini dan hanya dalam beberapa hari San Wa menjadi makin putih dan berisi. Anak kecil memang cepat gemuk.
Ketiga anak ini selalu diurus seperti ini oleh Lin Qing He dan kebersihan tubuh mereka selalu terjamin setiap harinya, Ibunda Zhou sangat kaget melihat San Wa saat beliau datang membawa baju dingin hasil jahitan menantu ketiga saat musim panen selesai.
“Kemampuan menjahit Ipar ketiga memang tidak diragukan lagi.” Lin Qing He menitipkan San Wa untuk digendong oleh Ibunda Zhou sementara dia melihat hasil jahitan yang dibawa dalam keranjang kecil itu.
Hasil jahitannya sangat rapi dan ipar ketiga sepertinya langsung menjahit baju ini segera setelah dia mendapatkan bahan kain, karena itulah dia bisa menyelesaikan satu set baju untuk San Wa hanya dalam beberapa hari saja.
Tentu hal ini karena badan San Wa masih sangat mungil sehingga tidak butuh usaha besar menjahit baju untuknya.
Pakaian Da Wa dan Er Wa masih dalam proses dijahit. Sekarang karena panen musim gugur selesai, ipar ketiga tidak banyak melakukan pekerjaan rumah lagi karena sudah banyak anggota keluarga lain yang ikut membantu. Jadi dia bisa lebih fokus menjahit baju.
Dia memberikan cukup banyak bahan kain, jadi walaupun ipar ketiga ingin menyimpan beberapa bagian kain itu untuk keluarganya pun, dia masih tetap bisa menjahitkan pakaian yang tebal untuk anak Lin Qing He.
Contohnya saja seperti set pakaian yang sedang dikenakan San Wa saat ini, ini adalah hasil jahitan tahun lalu, walau bajunya sekarang sudah agak kecil namun masih tetap cocok dan pas dipakai oleh si kecil selama musim dingin nanti. Tapi karena dia hanya memiliki satu set ini saja untuk baju musim dingin karena itulah Lin Qing He meminta ipar ketiga menjahitkan baju tambahan untuk anak-anaknya.
“Oh benar juga, Ibu. Di rumah lagi kehabisan telur. Berikan aku sedikit nanti aku akan membayarnya.” Putus Lin Qing He.
Dirumah tidak memelihara ayam jadi tentu saja tidak akan ada telur, dank arena konsumsi telur lumayan tinggi dalam menu yang disediakan Lin Qing He otomatis stok pun cepat habis. Dia berencana ingin mengeluarkan beberapa jin telur dari penyimpanan ajaibnya namun pertama-tama dia harus memastikan bahwa dia memiliki ayam terlebih dahulu, sehingga dia akan mudah membuat alibi jika ada orang yang bertanya asal muasal telur-telur tersebut.
“Ada beberapa butir telur di rumah, kamu butuh berapa?” tanya Ibunda Zhou.
“Berikan saja satu jin. Dalam dua hari, aku akan pergi ke kabupaten kota untuk berbelanja di pasar. Aku butuh membeli beberapa barang jadi nanti aku bisa sekalian membeli telur disana.” Jawab Lin Qing He.
“Kamu berencana untuk pergi ke pasar lagi?” seru Ibunda Zhou.
“Kalau aku tidak belanja nanti kami makan apa? Ketiga anak ini punya nafsu makan yang besar dan setiap harinya cuaca makin dingin. Jika sudah terlanjur sangat dingin nanti aku sudah terlalu malas untuk keluar rumah. Jadi membeli keperluan lebih awal tentu membuat pekerjaan selesai lebih cepat. Ibu, apa kamu mau menitip sesuatu? Jika ya, aku bisa sekalian membelikannya.” Kata Lin Qing He.
“Aku tidak kurang apapun.” Ibunda Zhou awalnya sedikit mengubah pendapatnya tentang Lin Qing He apalagi sejak dia melihat perubahan yang terjadi pada cucunya San Wa yang makin hari makin berisi. Namun begitu dia mendengar rencana pemborosan yang akan dilakukan oleh menantunya ini, hatinya langsung terasa ngilu.
Sebenarnya dia ingin menasehatinya namun karena dia tahu sifat menantu keempat ini yang tidak pernah mau mendengar nasehat sama sekali jadi dia pun menekan keinginan tersebut.
Lin Qing He berkata dia akan pergi dalam dua hari kedepan. Namun kenyataannya, keesokan harinya setelah dia memberi sarapan San Wa, dia langsung membawa anak itu kepada Ibunda Zhou.
Da Wa dan Er Wa mengikutinya dibelakang. Awalnya kedua anak ini minta ikut, namun Lin Qing He berpendapat bahwa satu jam perjalanan ke kota sangatlah panjang dan melelahkan. Jadi dia tidak mau merepotkan diri sendiri dengan membawa dua anak kecil bersamanya, akhirnya dia melarang mereka untuk ikut.
Akhirnya ketiga anak ini dititipkan pada keluarga Zhou. Tentu saja dia tidak menitipkan mereka dengan tangan kosong, dia juga membawa buah tangan berupa permen gula batu dan memberikannya pada Ibunda Zhou.
(Ilustrasi permen gula batu)
Saat dia datang masih sangat pagi jadi banyak anggota keluarga Zhou lain yang belum bangun, karena mereka kelelahan selama masa panen kemarin dan akhirnya memiliki kesempatan untuk tidur dan beristirahat sepuasnya.
Lin Qing He tidak peduli. Dia hanya menitipkan anak-anaknya dan langsung berangkat membawa keranjang belanja bersamanya.
“Kerjaannya setiap hari hanya menghabiskan uang saja. Apa dia tidak tahu cara berhemat? Anak-anaknya masih sangat kecil. Bukannya saat mereka dewasa nanti akan lebih banyak membutuhkan uang?” setelah Lin Qing He pergi, ibunda Zhou pun mulai mengeluh.
Ipar pertama dan ketiga mendengar keluhan sang mertua dan keluar kamar. Ibunda Zhou sama sekali tidak menahan diri dalam melontarkan keluhannya.
Kedua menantunya itu hanya menyimak dan tetap diam, namun mereka setuju dengan Ibunda Zhou. Menantu keempat benar-benar membuang-buang uang tanpa berkedip sekalipun, seakan uang ditangannya bukanlah uang yang berharga sama sekali.
Jika itu adalah mereka, tentu mereka tidak akan bisa berkelakuan seperti menantu keempat. Setiap sen yang mereka keluarkan membuat mereka merasa depresi. Karena setiap cabang keluarga itu hanya diberikan uang saku sedikit saja per tahun. Karena mereka tidak berpisah dari keluarga utama, sebagian besar pemasukan disimpan oleh ibunda Zhou. Namun tentu ibunda Zhou tetap memberikan mereka uang saku. Satu liang 1 lebih untuk masing-masing kepala keluarga per tahunnya.
“Tapi aku perhatikan sekarang menantu keempat sudah mulai mau mengurus ketiga anaknya dengan baik.” Kata menantu pertama sambil memperhatikan ketiga kakak beradik itu.
Paling tidak dia memiliki kesadaran untuk menitipkan San Wa sebelum pergi ke pasar. Sebelumnya dia sama sekali tidak melakukan hal ini. Hanya meninggalkan anak itu dirumah begitu saja. Padahal anaknya masih sekecil itu, tapi ibunya ceroboh sekali.
Ibunda Zhou tidak berkomentar untuk hal ini.
Menantu ketiga bertanya pada Da Wa:”Da Wa, apa yang ibumu masak untukmu? Bibi ketiga lihat kamu dan kedua adikmu sekarang agak berisi hanya dalam beberapa hari ini.”
“Ibu kami memasak daging. Daging babi asap rasanya lezat sekali!” jawab Da Wa penuh semangat.
“Daging?” tanya menantu pertama dan ketiga tertegun. Kenapa bisa ada daging sekarang?
“Kenapa kalian berdua bertanya terlalu banyak? Dalam beberapa hari tim produksi akan membagi daging. Saat itu, bagian kalian juga tidak akan kurang.” Tentu ibunda Zhou tahu darimana asal daging ini dan langsung menyela percakapan ini agar tidak dibahas lebih lanjut.
Menantu pertama dan ketiga mengerti maksud mertua mereka dan memutuskan untuk tidak bertanya lebih lanjut.
Hal ini membuat Da Wa yang sudah bersiap untuk menyebutkan daftar makanan yang ibunya buat beberapa hari belakangan pun merasa kecewa. Namun tak lama dia mendengar teman-temannya diluar memanggil namanya dan mengajaknya untuk bermain, dia pun langsung bergegas keluar seperti anak panah.
Tentu saja sebelumnya dia meminta permen batu sebelum keluar rumah.
Setelah semua anggota keluarga Zhou bangun dan bingung ketika melihat kehadiran Er Wa dan San Wa dirumah mereka, setelah bertanya, saat itulah mereka tahu bahwa si ibu yang tidak bertanggung jawab itu tenyata sedang pergi kepasar lagi untuk berbelanja.
Catatan Kaki:
Vera
Novelnya bagus banget, paling suka kalau ada anak kecilnya.