Back to Sixties: Farm, Get Wealthy & Raises the Cubs (English to Indonesia Translation) - Bab 140
- Home
- Back to Sixties: Farm, Get Wealthy & Raises the Cubs (English to Indonesia Translation)
- Bab 140 - Marah Setengah Mati
BAB 140
MARAH SETENGAH MATI
Bahkan sebelum Kakak Ipar Kedua sempat menyelesaikan bagian kedua kalimatnya, Lin Qing He langsung menyela, “Sudah pasti, kan? Aku sudah menikah, otomatis aku sudah menjadi bagian dari keluarga suamiku dan berpisah dengan keluarga ibuku. Sudah tentu aku harus berbakti kepada mertuaku. Memangnya ada alasan yang mengharuskan aku untuk terus berbakti kepada keluarga ibuku? Kakak Ipar Pertama dan Kedua sepertinya harus banyak belajar dariku. Jangan sebentar-sebentar semua urusan harus bersangkutan dengan keluarga sendiri. Sedangkan keluarga mertua sama sekali tidak diurus, ini bukanlah mentalitas yang patut dimiliki oleh seorang menantu yang baik.”
Kakak Ipar Pertama benar-benar muak mendengar ceramah iparnya ini. Apa pula yang dipikirkan oleh adik ipar ini? Dia seakan berubah menjadi orang lain.
Dia memang sejak dulu terkenal dengan mulut tajamnya, tapi tidak pernah mendominasi seperti sekarang.
“Sejak mertuaku tinggal bersama kami, keuanganku sekarang cukup sulit. Jika aku sama sekali tidak ada uang, tentu aku tidak bisa menyediakan apapun. Jadi hari ini aku kembali ke keluarga ibu untuk meminta sedikit uang dari kalian, namun coba lihat seperti apa perlakuan kalian padaku?” Lin Qing He dengan sinis menyindir, “Sepertinya memang benar kata orang-orang, jika seseorang kaya raya di pedalaman sekalipun, ketika ada keluarga jauh mereka datang dengan kondisi miskin dan tidak punya apa-apa, tetap saja tidak ada yang mau peduli padanya. Lihatlah sekarang, kalian menghindariku seperti wabah. Kemarin kalian salah sangka dan mengira aku kaya, lalu kalian berencana untuk menempel lagi padaku, kan?”
“Adik kecil, kamu sepertinya belum sadar-sadar juga ya selama tiga tahun belakangan ini?” ujar Kakak Pertama sambil mengernyitkan wajahnya.
“Cuih!” Lin Qing He meludah di lantai lalu berkata, “Memangnya siapa kamu? Beraninya memanggilku adik kecil? Memangnya kamu bisa seenaknya memanggilku adik kecil? Namaku adalah Lin Qing He. Panggil aku menggunakan nama awal dan akhir ku!”
Ekspresi Kakak Pertama langsung suram.
“Gunung seseorang adalah gunung, air adalah air1. Aku sudah mengatakannya sebelum ini dengan sangat jelas dan keluarga besar Lin masih saja ingin menempel kepadaku seperti anjing kudisan!” Lin Qing He berkata sambil mencibir.
“Kamu….kamu…” Ibu Lin marah setengah mati.
Wajah Ayah Lin pun mulai merona.
Kakak tertua beserta istrinya, Kakak kedua dan istrinya juga langsung tersulut dan bangkit berdiri, bahkan para sepupunya tidak ada yang menyangka Lin Qing He akan mengatakan kalimat berat seperti itu.
Dia sepertinya memang benar-benar ingin memutuskan hubungan keluarga!
“Oke aku tidak akan memutuskan hubungan keluarga dengan kalian, jika kalian mau memberikan aku sedikit uang maka aku tidak akan mengungkit-ungkit masa lalu, palingan aku akan mengangap kamu saudara jauh saja,” kata Ling Qing He sambil melirik mereka.
“Keluar dari sini. Pergi kau sejauh-jauhnya!” kata Ibu Lin yang sudah tidak sanggup lagi menahan amarahnya dan langsung meledak sambil berteriak.
“Memangnya kalian pikir aku rela pergi ke tanah Keluarga Lin yang sudah runtuh? Aku bahkan bisa ketularan tidak beruntung karenanya. Namun aku tidak datang kesini karena ingin memancing masalah dengan kalian. Hei kakak kedua, bawa kemari jaket militer yang pernah kuberikan padamu. Aku sudah bertanya kemana-mana, katanya satu set jaket seperti itu bisa dijual belasan yuan!” Lin Qing He segera memerintah Kakak Kedua Lin.
“Jaket militer itu kan sudah kamu berikan padaku. Jadi itu milikku!” Kakak kedua langsung keberatan.
Dia tidak menyangka adiknya ini sama sekali tidak mau mundur untuk urusan jaket militer ini.
Dia padahal sangat menyukai jaket ini. Bahannya sangat kuat dan juga hangat. Tidak ada jaket yang lebih bagus dari ini, jadi jangan harap dia mau mengembalikannya.
“Sepertinya kamu ingin aku laporkan ya sama ketua tim produksi? Bahwa kamu mengambil barang milik pensiunan militer!” sindir Lin Qing He dengan sinis.
“Apa maksudmu? Siapa pula yang mengambil? Siapa yang memaksa? Jangan ngomong sembarangan!” Wajah ayah Lin langsung berubah.
“Adik Ipar, jangan seenaknya ngomong sembarangan!” tambah Kakak Ipar Pertama dengan ekspresi yang mulai berubah takut.
“Zhou Qing Bai sudah berhasil mengumpulkan nilai jasa di unit militernya dan sebagai gantinya dia berhasil mendapatkan jaket ini. Dulu aku masih tidak mengerti sama sekali tentang hal ini dan tertipu dengan omongan Kakak Kedua. Sekarang aku kemari karena ingin mengambil kembali jaket itu. Memangnya ada yang salah? Kakak Kedua, memangnya kamu tidak tahu apa yang dilakukan para penyusup saat dia menyusup ke dalam pedesaan!” kata Lin Qing He dengan suara meninggi.
“Kamu mau membuatku marah setengah mati ya? Kamu mau membuatku mati karena emosi?!” Ibu Lin menghentakkan kakinya dengan marah.
“Saya harap Nyonya Tua bisa hidup panjang umur.” Ling Qing He berkata dengan sangat tidak tulus. Lalu dia memalingkan pandangannya ke Kakak Kedua Lin, “Kakak Kedua Lin, aku akan memberimu satu kesempatan terakhir. Jika kamu tidak masuk dan mengambil jaket militer itu di kamarmu sekarang, maka tunggu saja para Tentara Merah untuk datang dan menyisir rumah ini. Kebetulan Qing Bai punya kenalan dengan beberapa orang dari mereka di kota!”
“Kamu sendiri yang membawa jaket itu ke sini. Jadi itu semua salahmu. Memangnya siapa yang memaksamu?!” Kakak Ipar Kedua Lin bersikukuh, namun dalam hati dia sudah ketakutan membayangkan kedatangan Tentara Merah. Jika mereka benar datang kesini, maka sudah tentu mereka dalam masalah besar!
“Awalnya, kupikir aku tidak akan mengungkit hal ini lagi dan tidak mau menurunkan martabatku serendah kalian. Namun siapa sangka kalian dengan seenaknya menyebarkan gosip tentang diriku. Karena kalian sudah berani berbuat seperti itu, aku tidak akan menunjukkan belas kasihan lagi. Kakak Kedua, sekarang juga, ambil atau tidak?” Lin Qing He menatap kembali Kakak laki-lakinya keduanya dengan dingin.
“Jangan menindas sampai keterlaluan seperti ini!” ujar Kakak Kedua Lin dengan ekspresi muram, “Jika kamu benar-benar bersengketa dengan keluarga ibumu, tidak akan ada yang akan membelamu jika keluarga Zhou nanti memperlakukanmu dengan tidak adil!”
“Jangan bercanda! Jika aku memang di tindas sebelum ini pun, tidak ada satupun dari kalian yang maju membela diriku. Kamu pikir aku masih tetap mengandalkan kalian sampai sekarang? Aku sudah punya dua putra dan seorang suami. Kamu kita aku masih butuh dukungan kalian? Kalian benar-benar menganggap diri kalian begitu tinggi ya!” Lin Qing He mencibir dengan nada dingin, “Apa kalian mengerti sekarang?”
“Memangnya siapa yang butuh barangmu!” Kakak Kedua Lin pun tidak tahan lagi dan segera balik untuk masuk ke kemarnya mengambil jaket itu.
“Apa kamu bodoh? Mengapa kamu memberikan barang milik keluarga kita. Memangnya kenapa pula kita harus mengembalikan itu ke dia? Kenapa?” Kakak Ipar Kedua segera bereaksi.
“Memangnya kamu tidak dengar dia bilang apa tadi? Dia akan melaporkannya ke Tentara Merah!” kata Kakak Kedua Lin dengan muram, lalu sambung membentak, “Dan jika kamu tidak sibuk menyebarkan gosip tentang dirinya kemarin, kamu kira dia akan datang hari ini? Salah siapa, hah?”
Kayak Ipar Kedua langsung menangis karena amarah yang tidak tertahankan.
“Dasar wanita jahat!” teriak salah satu dari anak mereka kepada Lin Qing He.
“Oh sekarang sudah pintar membentak orang ya,” Lin Qing He membalas sambil tertawa, kemudian berkata dengan serius, “Sepertinya selama ini aku memberi makan barang-barangku kepada anjing yang tidak tahu diuntung. Ketika kamu memakan permen yang kuberikan, aku yakin kamu tidak mengatakan aku sebagai wanita jahat!”
“Ambil ini dan pulang sana! Di masa depan, jika kamu berani melangkahkan kakimu di tanah keluarga Lin, aku akan patahkan kakimu!” ujar Kakak Kedua Lin sambil melempar jaket militer kearah Lin Qing He. Kakaknya memelototinya dengan sangat sengit saat mengatakan hal ini.
Lin Qing He langsung tersenyum, “Nah ini baru benar. Masa iya aku harus kembali dengan tangan kosong.” Lalu dia pun memungut jaket militer tersebut dan berkata dengan jijik, “Namun jaket ini sudah dipakai oleh anjing. Aku malah enggan menggunakannya lagi.”
Lalu diapun berjalan menuju Kakak Ipar Pertama dan memberikan jaket itu ke tangannya, “Kakak Ipar, jaket ini aku berikan kepada keluarga pertama. Kali ini aku benar-benar memberikannya dan tidak akan memintanya kembali. Kalian semua disini bisa menjadi saksi…”
“Adik, jangan seperti ini. Kedua keluarga kita sama sekali tidak pernah bersengketa seperti ini.” Kakak Ipar Kedua Lin tidak menyangka jaket militer itu akan jatuh ke tangannya dan ini menyebabkan ekspresinya sedikit berubah.
“Aku justru memberikan ini padamu karena keluarga kita memang tidak pernah bersengketa. Aku tahu kamu dulu sering menyalahkanku karena memberikan jaket ini pada keluarga kedua padahal dulu aku pernah berjanji memberikannya untukmu. Sekarang janji itu sudah kutepati. Jangan bilang keluarga pertama takut dengan keluarga kedua? Jadi makanya kalian tidak berani menerima jaket ini? Tapi coba kamu lihat. Buka matamu. Walau aku tidak suka jaket yang sudah pernah dipakai oleh anjing itu, namun tetap saja jaket ini sangat berkualitas, “ kata Lin Qing He sambil tersenyum.
Dia langsung memberikan jaket itu ke tangan Kakak Ipar Pertama Lin lalu mengambil sepedanya dan keluar perlahan ke halaman rumah Lin sambil tertawa. Pada akhirnya dia berkata pada Ayah dan Ibu Lin, “Pasangan tua, semoga kalian memiliki tahun yang menyenangkan. Aku harap kalian berdua sehat selalu dan panjang umur!”
Setelah mengucapkan hal itu, Lin Qing He langsung mengendarai sepedanya dan pergi dari sana tanpa peduli dengan reaksi dari kedua Ayah dan Ibu Lin atau tidak peduli seperti apa Kakak Ipar Pertama menyelesaikan sengketa barunya mengenai jaket militer tersebut.
Catatan Kaki: