Back to Sixties: Farm, Get Wealthy & Raises the Cubs (English to Indonesia Translation) - Bab 16
- Home
- Back to Sixties: Farm, Get Wealthy & Raises the Cubs (English to Indonesia Translation)
- Bab 16 - Berhemat Demi Bertahan Hidup
BAB 16
BERHEMAT DEMI BERTAHAN HIDUP
Sekarang hanya ada satu kompor di rumah. Semua air rebusan, masak nasi, menggoreng dilakukan di satu kompor itu. Jika dia memiliki satu kompor lagi, tentu hal ini membuat pekerjaannya menjadi lebih mudah.
Namun untuk mendapatkan kompor batu bara bukanlah hal yang mudah.
Apalagi selain kompor, dia juga harus mendapatkan kupon batu bara. Hanya orang-orang yang dianggap berbakat oleh pemerintah yang bisa mendapat kupon ini, dan orang-orang ini tidak ada yang tinggal di pedesaan.
Jika dia ingin mendapatkan kupon jenis ini, dia harus mengecek setiap sudut kabupaten kota.
Selain kompor, ada juga jenis kompor tanah liat. Namun tentu saja untuk mendapatkan semua ini dia tidak harus terburu-buru melakukannya sekarang, semua bisa didapatkan secara perlahan. Dia tentu masih bisa terus meningkatkan kesejahteraan keluarga ini setelah kepulangan Zhou Qing Bai nanti.
Setelah memikirkan hal ini, dia pun menutupi keranjang belanjaannya dengan kain. Sehingga orang tidak akan bisa mengetahui barang yang dia beli.
Sekarang setelah mendapat alibi yang cukup sempurna, dia bisa dengan tenang mengambil stok barang yang ada di dalam penyimpanan ajaibnya.
Ketika dia tiba di desa, dia mengeluarkan daging yang dia beli tadi dari penyimpanan. Sedangkan untuk daging berlemak, dia sengaja menyimpannya disana karena hal ini bisa menarik perhatian orang banyak. Sebaiknya dia menunggu ketika kegiatan pembagian daging selesai dilaksanakan.
Bahan lain yang dikeluarkan selain daging ada tulang iga, daging, telur dan lain-lain. Intinya dia harus membuat keranjang belanjaannya terlihat penuh terisi. Namun semua ini tetap di tutup dengan kain, jadi orang lain tidak bisa menebak apa saja barang yang sudah dia beli.
Dia berangkat pagi-pagi sekali tadi, karena perjalanannya memang cukup jauh, jadi jika dihitung jarak pulang pergi maka dia sampai kerumah sekitar pukul jam sembilan pagi, hampir masuk jam sepuluh.
Jadi dia tidak menjemput anaknya terlebih dahulu. Ibunda Zhou tentu merawat mereka dengan baik. Dia mengisi kendi telur sampai penuh dan mengisi ulang beras dan tepung lagi. Kemudian dia mulai membereskan daging.
Dua potong besar perut babi di taburi garam. Sedangkan untuk daging tanpa lemak dan sejenisnya, dia berencana akan membuat bubur untuk ketiga anak itu.
Mereka sangat menyukai bubur daging yang pernah dibuat sebelumnya dan merasa kenyang setelah memakannya. Hal ini membuat mereka sangat puas.
Dia memotong tulang iga, sedangkan untuk tulang besar lainnya, dia akan memberikannya untuk ibunda Zhou nanti sebagai bentuk niat baik darinya.
Setelah menyelesaikan semua pekerjaan rumahnya, Lin Qing He mengecek waktu. Saat ini masih terlalu cepat untuk memetik hasil kebun. Setelah beres-beres rumah sebentar, dia mendengar seseorang berteriak.
Dia membuka pintu dan mengecek. Ternyata itu adalah Zhou Dong yang sedang memikul dua ikat kayu bakar kering.
“Wah cepat juga! Aku kira kamu butuh waktu dua hari untuk mengumpulkannya.” sambil berbicara, Lin Qing He melebarkan pintu depan rumahnya dan membiarkan anak itu mengangkut masuk kayu bakar itu ke dalam rumah.
“Untuk mengupas jagung, biar adikku dan orang lain yang melakukannya. Tenaga ku tidak dibutuhkan.” jelas Zhou Dong.
Tenaganya dibutuhkan saat tiba waktunya menanam kembali gandum musim dingin, dan saat ini belum waktunya.
Dua ikat kayu bakar itu tidak kecil sama sekali. Dua ikat seperti ini harganya sekitar 3 ketip. Lin Qing He langsung membayar tunai tiga ketip dari kantongnya dan melunasi semuanya. Dia juga berkata: “Kami masih butuh banyak kayu bakar di rumah.”
Mereka masih kekurangan kayu bakar tentu karena Lin Qing He lebih banyak menggunakan kayu bakar dibandingkan si pemilik tubuh asli. Dan di akhir Oktober nanti, Zhou Qing Bai pasti sudah kembali pulang dan kakinya tentu masih terluka. Dia tentu tak berani memaksa pria itu untuk keluar dan mencari kayu bakar seperti yang dilakukan oleh si pemilik tubuh asli, yang memang memaksa pria itu melakukannya dengan niat melampiaskan amarahnya.
Benar sekali, di novel itu, si pemilik asli melakukan hal ini. Dan karena ayah dari ketiga anak-anak itu mendapatkan cedera yang cukup parah dan membutuhkan waktu untuk pulih yang sangat lama menyebabkan sang ayah ketika berumur lima puluhan memiliki kondisi tubuh yang makin parah.
“Shenzi, anda tidak perlu khawatir. Saya bisa pergi naik gunung untuk mencari kayu bakar sebelum salju pertama turun. Setelah pembagian jatah makanan dan adik saya bisa ikut dengan saya. Kami akan membawa kayu bakar itu dengan gerobak, dengan begitu kami bisa membawa lebih banyak kayu bakar.” Janji Zhou Dong padanya.
Orang lain tidak menyukai Lin Shenzi (maksudnya Lin Qing He). Namun dia dan adiknya memiliki kesan yang baik pada Shenzi ini karena sudah memberikan pekerjaan kepada mereka.
Memiliki pekerjaan artinya ada makanan yang bisa dimakan.
Di musim dingin, mereka sama sekali tidak bisa menghasilkan poin kerja dalam waktu lama, jadi selama musim salju mereka harus banyak berhemat. Tentu di masa lalu keadaan ini sangat buruk bagi mereka, namun berkat bantuan dari si pemilik tubuh asli yang memberikan imbalan uang sebagai ganti dia mencarikan kayu bakar, dia dan adiknya pun akhirnya bisa kenyang sekitar 30 puluh persen sepanjang musim dingin. Jika tidak, mereka tentu harus menderita dan bertahan hidup hanya dengan kondisi perut terisi sekitar 10 persen saja selama musim dingin, dan jika lapar yang bisa mereka lakukan adalah meminum air. Mereka harus bertahan untuk bisa tetap hidup.
“Ini ada beberapa telur yang dimasak tadi pagi. Aku masak terlalu banyak. Ambil saja dua butir telur ini untuk kalian makan.” Lin Qing He masuk kedalam rumah dan mengambil dua telur dan menyerahkannya pada anak itu.
“Tidak usah Shenzi. Saya sudah makan tadi pagi sebelum berangkat.” Zhou Dong buru-buru menolak: “Shenzi kalau begitu saya kembali dulu. Saya akan kembali lagi nanti siang dan mengirimkan kayu bakar yang terkumpul kepada Shenzi di sore hari.”
Setelah berkata seperti itu, dia terburu-buru pergi dari situ.
Lin Qing He berhenti sebentar namun tidak mengatakan apa-apa. Zaman ini memang telur adalah komoditi yang lumayan mahal. Awalnya dia ingin mencari kesempatan untuk mengajak Zhou Dong menemaninya ke kabupaten kota sambil berkendara gerobak. Saat itu dia bisa membawa pulang ember untuk mencuci kaki dan juga ember untuk mandi. Itulah kenapa dia memberikan telur ini padanya, namun melihat reaksi Zhou Dong barusan, sepertinya anak itu tidak bakal berani menerima pemberiannya.
Tampaknya dia harus menunggu saat dia selesai menemani dirinya belanja ke kabupaten kota, barulah setelahnya dia akan memberikan imbalan untuk mereka.
Sedangkan untuk perjalanan yang Zhou Dong katakan siang ini, tentu saja bisa dia lakukan.
Jarak dari sini ke gunung terdekat tidaklah dekat. Jika memperhitungkan kecepatan kaki Zhou Dong, paling tidak dia membutuhkan waktu tiga jam kesana. Untuk membawa dua ikat kayu bakar seperti tadi, dia pasti sudah berangkat sejak subuh.
Namun dia tahu bahwa Zhou Dong tidak pergi sendiri. Dia pergi dengan beberapa remaja desa yang berumur sekitar 17-18 tahun, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Saat ini semua orang memang sedang memasok kayu bakar di rumah mereka masing-masing. Kayu bakar yang Zhou Dong kumpulkan di jual pada Lin Qing he. Sedangkan warga desa lain menjual hasil kayu bakar mereka ke kabupaten kota. Biasanya semua terjual habis, namun tentu saja hal ini memberi sedikit kemudahan pada Zhou Dong.
Dia tidak perlu jauh-jauh membawa kayu bakar ke kabupaten kota sehingga saat ini dia bisa langsung kembali kerumah untuk makan, lalu pergi keluar lagi dan bisa pulang sebelum gelap.
Sedangkan untuk warga desa lainnya, mereka sama sekali tidak kekurangan kayu bakar. Jerami dan sejenisnya bisa didistribusikan dengan banyak namun tentu keluarga Lin Qing He tidak mendapat jatah. Karena itulah, selama Lin Qing He menyediakan kayu bakar tepat waktu dan dalam jumlah banyak maka keluarga ini akan bisa menghadapi musim dingin dengan tenang.
Lin Qing He sangat memahami situasi ini dengan baik, dan tentu saja Zhou Dong juga sangat menghargai kesempatan yang diberikan padanya, karena itulah dia selalu bekerja keras.
Daripada dia harus berhemat dengan sangat ketat selama musim dingin, Zhou Dong lebih memilih untuk mengumpulkan lebih banyak kayu bakar sekarang.
Lin Qing He hanya merasa sedikit bersalah sudah mempekerjakan anak dibawah umur. Oleh karena itulah dia bisa memesan tanpa begitu terbebani. Sikapnya untuk hal ini lebih kurang sama dengan si pemilik tubuh yang asli.
Kedua ikat kayu bakar itu dibawa ke gudang kayu bakar di belakang rumah. Gudang ini dibangun oleh Zhou Qing Bai saat dia kembali terakhir kali. Dia sengaja membuat gudang khusus dengan niat sebagai gudang untuk memasok kayu bakar agar terhindar dari guyuran hujan secara langsung, salju dan lembab.
Setelah itu dia langsung menyiram tanaman di kebun, merapikan kebun tersebut dan memetik beberapa timun untuk makan siang.
Sepiring tumisan timun dan daging cukup untuk menu makan siang ibu dan anak-anak itu. Masih ada sisa beberapa telur rebus dari bubur tadi pagi. Dia sengaja memasak lebih banyak, jadi nanti tinggal dipanaskan sebentar dan langsung makan.
(Ilustrasi Tumis Timun Daging)
Setelah mengeluarkan dua bakpao putih, maka menu makan siang pun selesai disajikan.
Sedangkan untuk menu nanti malam, Lin Qing He sudah memikirkannya. Menunya adalah dimsum! Dan dia akan langsung membuat adonan dimsumnya setelah makan siang nanti.
Sekitar jam sebelas siang, Da Wa pun kembali. Dia pulang sekalian mengecek apakah ibunya sudah kembali atau belum. Hanya sekali lihat saja dia langsung tahu ibunya sudah kembali.
“Nenekmu dan yang lain masih mengupas jagung di tempat tim produksi?” tanya Lin Qing He.
“Mh.” Da Wa mengangguk, kemudian dia melirik ke kompor: “Ibu, hari ini kamu membawa makanan apa? Apa ada bakpao putih lagi?”
“Ya. Bawa adik-adikmu pulang. Tapi jangan kasih tahu orang lain tentang menu makanan kita, kalau tidak kamu tidak akan dapat jatah apapun.” perintah Lin Qing He.
“Tidak boleh ngomong tentang daging di luar rumah?” Da Wa mau tidak mau bertanya.
Padahal tadi dia sudah terlanjur pamer dengan teman-teman mainnya dan mereka semua sangat iri padanya.
“Jika sebelum ini kamu sudah terlanjur bilang tidak apa-apa, tapi kedepannya jangan bilang kepada orang lain. Apa kamu mengerti yang namanya bersikap rendah hati?” tanya Lin Qing He.
“Apa itu rendah hati?” tanya Da Wa.
“….ah sudah lah jika kamu mau pamer, silahkan saja pamer. Yang penting cepat jemput adik-adikmu dan bersiap-siap untuk makan siang!” jawab Lin Qing He tak sabar.
“Ya, aku akan pergi sekarang!” Da Wa dengan cepat merespon.