Back to Sixties: Farm, Get Wealthy & Raises the Cubs (English to Indonesia Translation) - Bab 31
- Home
- Back to Sixties: Farm, Get Wealthy & Raises the Cubs (English to Indonesia Translation)
- Bab 31 - Memasak Lemak Babi
BAB 31
MEMASAK LEMAK BABI
Dulu dia sempat melihat jeruk keprok di koperasi persediaan dan permintaan kabupaten kota terakhir kali datang kesana dan stok ini tidak ada di koperasi persediaan dan permintaan milik komunitas. Saat itu, dia tidak berpikir untuk membelinya karena masih ada persediaan apel, pir, dan anggur di ruang penyimpanan ajaibnya dan akhirnya tidak jadi membelinya.
Sekarang dia menyesal.
Karena dia seharian di rumah, rajutan sweater pun otomatis menjadi lebih cepat selesai. Pada malam hari mereka makan sop rumput laut dan bubur udang. Dia bekerja lembur merajut dan menyelesaikan merajut sweater Er Wa.
Keesokan harinya, dia meminta Da Wa dan saudara laki-lakinya untuk tinggal di rumah. Kang dipanaskan dan mereka dalam keadaan kenyang. Mereka hanya perlu mengasuh San Wa. Dia akan kembali secepatnya.
Dia berjalan lebih cepat karena ada tiga anak sendirian di rumah. Begitu dia tiba, Mei Jie menyerahkan pesanannya. Dia juga memberi Mei Jie sepotong sabun.
Dalam ruangan penyimpanan ajaibnya ada beberapa kotak sabun. Ada sepuluh potong sabun di dalam tiap kotak. Dia menggunakannya untuk binatu dan mandi.
Sekilas, Mei Jie tahu sabun itu pasti dibeli dari kabupaten kota, kalau tidak, sabun ini bentuknya tidak akan secantik dan seharum ini.
Dengan senang hati dia menerima pemberian dengan niat baik itu. Lin Qing He berkata padanya: “Jie, terimalah. Jangan sungkan padaku. Kamu sudah mengusahakan mendapatkan tulang untukku, aku harus berterima kasih.”
Dengan uang dua yuan, Chen Mei membawakannya setengah jin daging berlemak dan setengah jin daging tanpa lemak. Selain itu, tiga tulang rusuk, dua tulang besar, dan setengah pasang telinga babi.
Ini semua cukup untuk stoknya.
Selain itu, dia juga memberikan dua kaleng minyak tanah.
Dia memang sudah membayar untuk barang-barang pesanannya itu, tetapi sabun berkualitas ini adalah tanda niat baik untuk Chen Mei, karena dia bisa melihat bahwa Chen Mei adalah orang yang baik meskipun dia terlihat sedikit angkuh ketika pertama kali bertemu dengannya.
Melihat bahwa dia benar-benar tulus dalam memberikannya, Mei Jie menerimanya. Sabun jenis ini sangat bagus untuk digunakan. Tanpa dua yuan, seseorang tidak bisa membelinya. Dia berbisik, “Kali ini tidak banyak minyak tanah. Lain kali, jika ada pasokan baru aku akan sisihkan lebih banyak untukmu.”
“Terima kasih, Mei Jie.” Lin Qing He mengangguk.
Setelah mengucapkan selamat tinggal kepada Mei Jie, Lin Qing He memasukkan semuanya ke dalam keranjang, menutupinya dengan kain, dan kembali ke rumah.
Begitu sampai di rumah, dia mengeluarkan daging berlemak dari ruang penyimpanan ajaibnya untuk mempersiapkan ekstraksi minyak.
“Kirimkan ke kakekmu.” Lin Qing He memberi mereka bakpao putih. Sedangkan untuk iparnya, dia tidak membagikannya untuk mereka.
Kedua kakak beradik itu langsung mengiyakan ketika mendengar bahwa mereka akan mengirimkannya kepada kakek mereka.
Mereka membungkusnya dengan kertas minyak, meletakkannya di pelukannya, dan mengirimkannya ke rumah Zhou tua.
Hari-hari yang mereka lewati akhir-akhir ini terlalu dingin, Ayahanda Zhou saat ini sedang berada di atas kang. Dia merokok sebatang rokok besar dan merasa nyaman.
“Kakek, kami datang.” Da Wa dan Er Wa menyeringai.
“Kenapa kalian berdua di sini?” Ayahanda Zhou bertanya sambil tersenyum.
“Kakek, ini untuk kamu makan.” Da Wa mengeluarkan kertas minyak dari pelukannya dan memberikannya kepada kakek mereka.
“Apa ini?” Ayahanda Zhou berhenti sejenak dan bertanya.
“Kakek akan tahu saat kakek melihatnya.” Er Wa menyatakan sambil mengerjap.
Ayahanda Zhou menerimanya dan kemudian melihat bahwa didalam bungkusan itu adalah bakpao putih panas. Tertegun, dia berkata tanpa berpikir: “Dari mana asalnya?”
“Ibu kami yang membelinya,” kata Da Wa.
“Kemarin Nenek memakannya, tapi Kakek belum memakannya. Jadi Ibu pergi membeli daging dan membelinya lagi khusus untuk kakek. Jadi kakek makanlah,” jelas Er Wa.
Ayahanda Zhou akhirnya mengerti. Karena mereka sudah makan kemarin dan dia belum makan, jadi kedua cucunya meminta ibunya untuk memberikan bakpao ini kepada kakek mereka. Sehingga ibunya pun membeli lagi bakpao ini tadi.
“Kakek tidak perlu makan, kalian bisa memakannya.” Ayahanda Zhou merasa sangat terhibur di dalam hatinya. Dia pikir menantu Keempat adalah panutan ibu yang baik.
“Kami sudah makan.” Da Wa menggelengkan kepalanya.
“En, kita makan kemarin.” Er Wa mengangguk. Meskipun dia juga rakus, dia tidak pernah memakan bagian kakek mereka.
Jadi Ayahanda Zhou pun memakan bakpao putih kedua dalam hidupnya.
Rasanya lezat seperti yang dia ingat. Itu sangat lezat sehingga setelah dia selesai memakannya, dia membenamkan dirinya dalam sisa rasa yang tertinggal dalam waktu yang lama.
Ketika dia sadar kembali, dia melihat kedua cucunya menatapnya. Ayahanda Zhou merasa sedikit malu. Bakpao itu sangat besar dan dia sama sekali tidak menyisakan untuk cucunya.
“Kakek, apa rasanya enak?” Zhou Da Wa bertanya.
“Pasti sangat enak,” kata Er Wa.
“Iya.” Ayahanda Zhou mengangguk. “Terima kasih Da Wa dan Er Wa karena telah membiarkan Kakek makan bakpao putih yang begitu enak.”
Da Wa dan Er Wa berseri-seri, dan keduanya kembali dengan suasana hati yang sangat baik.
Ayahanda Zhou terus mengenang rasanya. Bakpao putih ini lebih enak dari yang dia ingat. Sangat lezat.
Ketika Ibunda Zhou masuk kamar, dia berkata, “Menantu Tertua berkata Da Wa dan Er Wa barusan datang ya.”
“En, mereka mengirimiku bakpao putih.” Ayahanda Zhou menjawab.
Ibu Zhou tertegun sejenak: “Mereka benar-benar mengirimkannya?”
“Mereka bilang aku tidak kebagian kemarin, jadi hari ini ibu mereka membelinya untuk menebusnya.” Kata Ayahanda Zhou.
Mendengar ini, suasana hati Ibunda Zhou jauh lebih baik dan berkata, “Menantu Keempat sekarang sudah tidak terlalu bersikap tidak masuk akal.”
“Bakpao putihnya sangat harum.” Ayahanda Zhou merasa sedikit mengantuk, menggigit bibirnya, dan berekspresi sendu.
Ibunda Zhou tidak berkomentar karena dia juga sudah pernah memakannya. Memang bakpao itu sangat lezat sampai seseorang tak sadar jika sudah menelan lidah mereka.
Di sisi satunya, Lin Qing He mulai memasak lemak babi.
Dia mengambil lima pon lemak babi dari tempat itu, dan termasuk yang dibawa kembali dari Mei Jie, cukup untuk mengekstrak satu panci penuh lemak babi.
Dalam cuaca saat ini, lemak itu akan mengeras dengan sendirinya dan tidak cepat basi. Jika memperkirakan waktunya, seharusnya tidak lama lagi Zhou Qing Bai kembali. Dia akan kembali pada akhir bulan. Dia secara alami harus menimbun lebih banyak barang di rumah.
Begitu dia kembali, dia harus berhati-hati, jika tidak, dengan kepekaan yang dimilikinya, 8 atau 9 dari 10 kali dia pasti akan ketahuan. Begitu dia kembali, dia tidak berencana untuk mengeluarkan barang-barang dari ruang penyimpanan ajaibnya itu.
Jadi mengekstraksi lebih banyak minyak adalah suatu keharusan.
Tentu saja, toples minyak kacang di rumah juga penuh. Masih banyak yang tersisa di tempatnya.
Lemak babi yang dimasak menguarkan bau harum yang kuat. Tapi sekarang tidak akan mencolok, karena distribusi daging dilakukan belum lama ini dan banyak orang memasak lemak babi. Selama ini banyak orang yang belum menghabiskan dagingnya. Mereka akan mengkonsumsinya secara perlahan. Jadi masih normal jika sebuah keluarga masih menguarkan wangi daging dari rumahnya.
Satu botol penuh lemak babi diekstraksi dari lima jin lemak babi. Dan sisanya, Lin Qing He menggunakan toples lain. Kira-kira bisa mengisi hingga setengah toples ukuran kecil.
Sedangkan untuk sisa lemak, dia menyimpannya di piring.
(Ilustrasi Sisa Lemak)
Saat menumis sesuatu, dia bisa menambahkan sedikit lemak ini. Sehingga hasil masakannya akan selalu harum, meski tanpa minyak.
Ketiga anak itu juga suka makan sisa lemak. Lin Qing He tidak menghentikan mereka, tapi dia juga tidak membiarkan mereka makan terlalu banyak. Masing-masing mendapat tiga potong. Meski begitu, mereka sudah merasa puas.
Mereka makan bubur millet untuk siang hari. Disajikan dengan iga kecap yang direbus oleh Lin Qing He, serta sayuran goreng yang dicampur dengan sisa lemak. Ketiga bersaudara itu merasa sangat puas. Lin Qing He juga sama. Dia merasa hidup mereka sudah cukup baik.
Sekarang ibu dan anak hanya tahu makan sepanjang hari, setiap hari. Apa yang akan mereka makan hari ini? Apa yang akan mereka makan besok? Ibu dan ketiga anak laki-laki ini semuanya pecinta kuliner.
Hari-hari ceria tidak berlangsung lama. Setelah hujan musim gugur yang sebelumnya terjadi, turun lagi hujan lainnya. Hujan musim gugur kali ini juga turun selama beberapa hari. Suhu saat itu benar-benar dingin. Suhunya mungkin sekitar 4 atau 5 derajat dan sedingin es.