Back to Sixties: Farm, Get Wealthy & Raises the Cubs (English to Indonesia Translation) - Bab 40
- Home
- Back to Sixties: Farm, Get Wealthy & Raises the Cubs (English to Indonesia Translation)
- Bab 40 - Semur Ayam Wijen
BAB 40
AYAM REBUS WIJEN
Dari sikapnya yang serius, Lin Qing He bisa melihat bahwa dia benar-benar tidak keberatan.
“Tidak usah buru-buru bikin kandang ayam. Kalau sudah siap, bantu aku untuk menyembelih ayamnya. Sepertinya enak kalau kita merebus ayam untuk menu makan malam ini.” Lin Qing He berkata.
Zhou Qing Bai mengangguk: “Serahkan padaku.”
Setelah menyelesaikan pekerjaan di tangannya, dia datang ke halaman depan untuk menyembelih ayam. Sangat cocok menyerahkan pekerjaan ini kepadanya.
Lin Qing He merebus air untuk menghilangkan bulunya. Dia menyalakan kompor. Panci casserole adalah pilihan terbaik untuk merebus ayam. Dia akan merebus sampai sekitar jam 7 malam, tentu nanti ayamnya akan sangat lembut dan empuk.
Tak ada bahan khusus untuk ayam rebus, hanya segenggam biji wijen saja yang dia butuhkan. Tidak ada kurma merah yang dimasukkan kali ini.
Ayam rebus wijen sangat beraroma dan bergizi. Sempurna untuk kondisi Zhou Qing Bai saat ini.
(Ilustrasi Semur Ayam Wijen)
“Makanlah apel ini.” Lin Qing He mengambil air panas untuk cuci tangan sang suami dan kemudian mengambil sebuah apel untuknya.
Zhou Qing Bai menatapnya.
“Apa yang kamu lihat?” Lin Qing He bertanya.
“Tidak ada.” Zhou Qing Bai mengambil apel itu dan memotong setengahnya untuk dimakannya.
Meskipun Lin Qing He memberinya putaran mata, dia merasa puas di dalam hatinya. Pria ini tidak mementingkan diri sendiri. Dia menerimanya sambil berbicara, “Ini adalah jatahmu karena kamu saat ini adalah pasien. Aku hanya akan ikut makan kali ini saja.”
“Tidak perlu seperti itu,” kata Zhou Qing Bai.
Lin Qing He tahu apa yang pria itu maksud dan terlalu malas untuk menyanggahnya. Tak heran jika pria bertingkah tangguh ini nanti dianiaya oleh si pemilik tubuh asli hingga dia rela pergi ke hutan saat cuaca dingin dan mengumpulkan kayu bakar. Pria ini tidak kenal istirahat walau tubuhnya sedang terluka seperti itu.
Dia langsung berbalik dan kembali ke kamar, jadi dia tidak melihat tatapan lembut dari Zhou Qing Bai yang tertuju padanya.
Da Wa, Er Wa, dan San Wa semuanya ada di kamar, tetapi ketiga bersaudara itu sedang duduk-duduk saja di kang, tidak mau turun karena udara sangat dingin.
“Ibu!” Melihat Lin Qing He berjalan masuk sambil mengunyah apel, ketiga mata anak itu pun berbinar.
“Begitu kamu turun dan memakai pakaian, aku akan memberi masing-masing kalian sebuah apel.” kata Lin Qing He.
“Apel ini tidak sebesar dulu dan tidak semanis sebelumnya.” Da Wa berkata saat dia berpakaian.
“Tepat sekali.” Er Wa mengangguk.
“Jadi apa? Yang sebelumnya dibeli di kota kabupaten, dan ini dibeli dari koperasi persediaan dan permintaan di komunitas.” Lin Qinghe menggigit apel tersebut sambil mengarahkan San Wa untuk berpakaian sendiri.
Ada apel yang sama besarnya seperti yang dia simpan dalam ruang penyimpanan ajaib miliknya yang dijual di kota kabupaten, tetapi jumlahnya terlalu kecil untuk dibeli. Selama ada sumbernya dan dia juga sering ke kota, maka dia tidak perlu khawatir untuk kedepannya.
Apel di rumah tidak besar, karena diproduksi secara lokal. Rasanya juga tidak sebagus yang dia keluarkan dari ruang penyimpanan ajaib miliknya.
Da Wa dan Er Wa selesai berpakaian. Masing-masing pergi untuk mendapatkan apel untuk dimakan. San Wa tidak sempurna saat mengenakan pakaiannya tapi tetap saja, Lin Qing He tidak berusaha memperbaikinya. Setelah lebih banyak latihan, dia pasti akan bisa sendiri. Mereka semua akan baik-baik saja selama tubuh mereka dibungkus dengan rapat.
Apel San Wa diubah menjadi bubur apel oleh Lin Qing He. Si kecil memiliki nafsu makan yang besar dan bisa makan semuanya.
Mungkin karena makan dengan teratur dan dalam keadaan sehat, demamnya cepat mereda tempo hari.
Da Wa dan Er Wa tahu bahwa ayah mereka ada di halaman belakang, dan mereka semua lari ke sana.
Mereka membantu mengambilkan barang untuk sang ayah dan kedua bersaudara itu dengan senang hati menyibukkan diri.
Lin Qing He juga menitipkan San Wa kepada mereka. Melihat jam, dia bersiap untuk makan malam.
Karena ada ayam untuk malam ini, Lin Qing He membuatnya relatif sederhana. Dia membuat dimsum dengan setengah jin perut babi. Malam ini, dimsum saja sudah cukup. Sederhana dan enak.
Setelah mendidihkan ayam itu di atas kompor batu bara selama satu jam, tercium bau harum kaldu ayam.
Ketiga bersaudara itu menghirup aroma harum itu dan pergi berjaga-jaga di depan kompor batubara. Lin Qing He juga tidak mempedulikan tingkah mereka.
Dia memang belum pernah membuat hidangan ayam untuk mereka sejak dia tiba di sini. Hanya satu yuan untuk harga seekor ayam. Keluarga petani mana pun tidak mau menjual ayam milik mereka, karena telur ayam itu bisa disimpan dan nantinya merupakan salah satu dari sedikit sumber protein yang dimiliki tiap keluarga petani.
Lin Qing He tidak sempat untuk membeli ayam ketika dia pergi ke kota kabupaten. Jadi dia belum pernah memasak ayam sampai sekarang. Jadi wajar saja jika anak-anak itu terlihat sangat bersemangat.
Zhou Qing Bai bekerja dengan lincah. Dalam sehari, kandang ayam di rumah dibangun dengan sangat layak. Keluarga mereka saat ini hanya bisa memelihara tiga ekor ayam.
Sistem memelihara ayam pada pemerintahan kali ini, jika dalam keluarga tidak lebih dari sepuluh orang, misalnya sembilan orang, maka mereka bisa memelihara sebanyak lima ekor ayam. Tapi kalau sudah sebelas orang, hanya lima ekor ayam saja yang bisa dibesarkan.
Jadi sepuluh adalah garis pemisah untuk pembulatan ke bawah.
“Apakah kamu ingin memelihara babi di rumah?” Lin Qing He melihat ke halaman yang masih kosong dan bertanya.
“Apakah tidak masalah?” Zhou Qing Bai melihat padanya dengan wajah kaget.
Dia tahu istrinya menyukai kebersihan dan ini adalah salah satu kelebihannya. Dia juga suka rumahnya bersih. Itu sebabnya dia tidak pernah memelihara ayam sebelumnya.
Kali ini istrinya bahkan mengizinkannya untuk membangun kandang ayam, ini saja sudah membuatnya terkejut. Sekarang wanita ini bahkan mau memelihara babi.
“Ya. Namun, kamu yang bertanggung jawab untuk bersih-bersih kandangnya.” kata Lin Qing He.
“Baik!” Zhou Qing Bai mengangguk.
Lin Qing He tidak berbicara lagi.
Tahun- tahun ini babi yang dipelihara bukan milik mereka. Mereka harus mengajukan permintaan ini dengan tim produksi. Meski dibesarkan di rumah mereka, babi itu milik tim. Jadi bukan milik pribadi. Akan ada poin kerja yang diberikan, terutama untuk babi yang dipelihara dengan baik. Poin kerja untuk merawat babi ini nilainya setengah dari poin kerja orang dewasa.
Ini adalah cara yang bagus untuk menghasilkan pendapatan tambahan.
Khususnya kotoran babi. Kotoran babi bisa ditukar menjadi poin kerja. Tentu saja, kebun sayur di halaman belakang juga bisa.
Zhou Qing Bai juga punya rencana memelihara babi. Dia tahu istrinya menyukai kebersihan dan tidak berniat memelihara babi di rumah. Dia rencana akan mendirikan kandang babi di tim produksi. Namun tentu dengan cara ini dia tidak akan mengumpulkan terlalu banyak, paling besar dua poin saja.
Tentu saja akan merepotkan untuk mengurus babi seperti ini. Sekarang tiba-tiba istrinya setuju untuk memeliharanya di rumah, jadi sudah tentu dia pun senang.
“Sekarang sudah tidak bisa seperti dulu. Bahkan untuk makan saja sulit, jadi kenapa harus peduli dengan baunya.” Lin Qing He berdalih seperti ini.
Jika istrinya memiliki perasaan seperti itu di masa lalu, dia tentu tidak akan memasukkan kata-katanya dalam hati. Tapi entah kenapa, sekarang istrinya berkata seperti ini, dia merasa tidak enak. Dia merasa bahwa dia tidak bisa memberi mereka kehidupan yang baik.
“Bagaimana kalau membesarkannya di luar saja?” Kata Zhou Qing Bai.
Lin Qing He tahu apa yang suaminya maksud ketika dia mendengar kata-kata ini. Dengan wajah seperti berkata ‘apakah kamu bodoh?’ terlukis diwajahnya, dia menatap sang suami: “Dengan halaman belakang yang begitu luas, kamu malah berniat membesarkannya di luar? Dan juga, bisakah kamu merasa nyaman membesarkannya di luar? Jika ada seseorang dengan niat buruk ingin meracuni pakan babi yang mereka rawat, tentu usaha setahun penuh akan sia-sia begitu saja.”
Kemudian dia melanjutkan: “Aku hanya bertanya saja kok tadi jadi tidak perlu menganggapnya serius. Namun, kalaupun nanti kamu mau memelihara babi, kutegaskan sekarang bahwa aku tidak akan membersihkan kandang babi itu. Kamu harus mengingat hal ini.”
Ketika dia masih kecil, dia melakukan banyak pekerjaan pertanian dengan neneknya. Meskipun dia tentu saja bisa membersihkan dan mengurus ternak babi, tetap saja dia muak. Dia bukan bermaksud untuk menciptakan drama baru. Siapa pun yang pernah memelihara babi pasti tahu.
“Baik.” Zhou Qing Bai mengangguk.
Mereka memiliki sup dimsum untuk makan malam. Seluruh keluarga puas.
Setelah makan, Zhou Qing Bai keluar. Lin Qing He tahu bahwa dia akan membahas tentang memelihara anak babi. Tidak perlu mengatur apa yang harus pria itu lakukan.
Mereka makan malam lebih awal, tepatnya pada pukul empat. Jadi sekitar pukul enam tiga puluh, Lin Qing He mengeluarkan kaldu ayam untuk diminum oleh ayah dan putranya.
Kuah ayam yang direbus dengan biji wijen itu sangat harum. Lin Qing He memutuskan bahwa meminum sedikit kuah sup saja sudah cukup untuknya. Namun, Zhou Qing Bai menjejalkan kaki ayam dalam mangkuknya. Dia pun mengubahnya menjadi dua sayap ayam. Kaki ayam diberikan pada tiga anak laki-laki mereka.
Adapun sisa ayamnya adalah jatah Zhou Qing Bai.
Comments for chapter "Bab 40"
NOVEL DISCUSSION
Support Foxaholic Global
Your donations will go towards site costs and management.
Individual translators usually have their own ko-fi buttons.