Back to Sixties: Farm, Get Wealthy & Raises the Cubs (English to Indonesia Translation) - Bab 41
- Home
- Back to Sixties: Farm, Get Wealthy & Raises the Cubs (English to Indonesia Translation)
- Bab 41 - Bantuan Kakak Beradik Zhou
BAB 41
BANTUAN KAKAK BERADIK ZHOU
Seluruh keluarga puas setelah makan.
Kemudian mereka menggosok gigi, membasuh muka, tangan, dan kaki mereka sebelum naik ke Kang untuk tidur.
“Kamu tidur sendiri. Aku akan tidur dengan ketiga anak laki-laki itu.” Lin Qing He berkata dan membawa putranya kembali ke kamar.
Zhou Qing Bai melihat punggung langsingnya masuk kedalam kamar dengan bibir mengerucut. Subuh tadi dia tidak begitu peduli tentang ini, tetapi setelah seharian melewati waktu bersama, dia merenungkan kembali keputusannya, apakah dia setuju terlalu dini?
Berbaring di selimut hangat, Zhou Qing Bai tidak bisa tidur. Hari ini sedikit berbeda dari apa yang dia harapkan sebelum dia kembali.
Dia pikir istrinya akan membuat keributan, tapi siapa sangka istrinya tidak ribut sama sekali.
Tidak hanya bersikap tenang, tapi dia juga menjaga aspek makanan dengan baik. Makanannya sangat enak.
Dia tidak pernah tahu keterampilan kuliner sang istri begitu bagus. Meskipun dia pernah memasak saat dulu dia kembali, istrinya hanya memberinya semangkuk mie sepanjang hari. Tidak ada variasi lain.
Tidak tahu apakah dia terlalu banyak berpikir, tetapi istrinya tampak antusias tentang kepulangannya ke rumah.
Saat ini, suara permainan anak-anak terdengar dari kamar sebelah. Dan juga gelak tawa sang istri. Ekspresi Zhou Qing Bai melembut. Dia percaya bahwa meskipun istrinya sedikit kesal, dia mungkin tidak merasa jijik dengan kehadirannya.
Tanpa menyadari apa yang direnungkan pria itu di kamar sebelah, Lin Qing He bermain dengan ketiga putranya sebentar dan kemudian tertidur dengan mereka.
Dia sengaja tidur lebih awal di malam hari sehingga nanti dia akan bangun saat fajar menyingsing tanpa perlu dibangunkan. Walau tentu saja tempat tidurnya terlalu hangat hingga membuat dirinya enggan untuk keluar.
Tapi karena berpikir bahwa ada pasien yang terluka di kamar sebelah yang membutuhkan asupan nutrisi lebih membuatnya mau tidak mau harus mulai bangun dan memasak. Sup ayam tadi malam seharusnya sudah lama dicerna apalagi dengan tubuh sebesar itu, pasti nafsu makannya juga sangat besar.
Jadi Lin Qing He pun bangun. Sekarang baru sekitar pukul 6:30. Ketika dia bangun, dia melihat sang suami baru saja kembali dari luar. Sepertinya dia pergi lari pagi.
“Lari pagi?” Setelah jeda, Lin Qing He bertanya.
“En.” Zhou Qing Bai meliriknya: “Tidurlah lagi. Aku akan membuat sarapan.”
“Tidak perlu. Jika kamu tidak ingin istirahat, segera perbaiki kandang babi. Semakin awal dibangun, semakin awal kita bisa merawat anak babi.” Kata Lin Qinghe.
Zhou Qing Bai mengangguk, lalu pergi bekerja di halaman belakang, Lin Qing He memasak bubur millet, dan sepiring jamur dingin sebagai lauk, jamurnya sudah direndam tadi malam. Sempurna untuk dimakan hari ini.
Sudah hampir waktunya untuk sarapan, jadi dia membangunkan ketiga anak laki-laki itu. Dia menuangkan air hangat untuk membasuh wajah mereka dan mengoleskan vanishing cream pada mereka sebelum keluar kamar.
Dia menggoreng lima telur mata sapi, satu per orang. Yang ini harus dimakan selagi panas, kalau tidak, tidak akan enak.
Zhou Qing Bai tidak mengatakan apa-apa mengenai dirinya yang menggunakan minyak untuk menggoreng telur. Setelah makan sarapan sederhana dan bergizi, Zhou Qing Bai sambung bekerja di halaman belakang. Hari ini dia harusnya bisa menyelesaikan kandang babi.
Lin Qing He berkata kepada Da Wa: “Panggil saja Paman Tertua, Paman Kedua, dan Paman Ketiga untuk datang dan membantu ayahmu.”
Zhou Qing Bai bersikeras tidak perlu. Lin Qing He menepisnya: “Kamu masih terluka. Tidak akan kubiarkan mereka membantu tanpa memberikan apa-apa. Dalam dua hari, aku berencana membuat bakpao. Aku akan memberi mereka beberapa nanti.”
Dengan ini, Zhou Qing Bai tidak berkata apa-apa lagi.
Ketiga saudara Zhou datang. Terjadi banyak gesekan di antara para wanita, tetapi tidak begitu banyak di antara kakak beradik keluarga Zhou.
Secara alami, mereka akan datang untuk membantu terutama sekarang karena Zhou Qing Bai si adik bungsu memang membutuhkan bantuan ini.
Selain itu, kamar tunggal tempat mereka tinggal sekarang dibangun menggunakan tunjangan yang sebelumnya dikirim Zhou Qing Bai ke rumah, jika tidak, semua orang harus berdesakan bersama.
Apalagi harga pembuatan satu kamar sekarang membutuhkan banyak uang dibanding dulu. Dulu memang lebih murah namun saat itu mereka bahkan tidak punya uang untuk mencukupi pangan mereka, jadi bisa dibilang mereka banyak dibantu oleh sang adik bungsu mereka.
Banyak orang di desa saat ini memiliki keluarga cabang pertama, cabang kedua, dan cabang ketiga bercampur dalam satu ruangan. Biasanya, hari-hari yang mereka lalui sangat hidup dan berisik, dan banyak saudara kandung yang saling bertengkar.
Karena perbedaan kesejahteraan hidup antara keluarga Zhou dan keluarga lainnya di desa inilah, bahkan pikiran Kakak Ipar Kedua merasa terhibur. Setidaknya mereka bisa memiliki satu kamar privasi untuk satu keluarga.
Ketiga kakak beradik Zhou pun datang untuk membantu, jadi Lin Qing He menyuruh mereka tinggal untuk makan siang.
Makan siang yang disiapkan adalah ubi rebus. Meski hidangan utamanya sedikit lebih sederhana, lauknya tetap memadai. Semangkuk telur goreng dan suwir kentang, sepiring perut babi rebus dengan mi kanji, iga dan jamur rebus, dan sepanci sop iga rumput laut.
Bahkan Kakak Kedua dan Kakak Ketiga sangat puas dengan makanan yang disajikan. Mereka berpikir bahwa tidak sia-sia mereka membantu sang adik bungsu hari ini.
Kakak Tertua dengan sungkan berkata berulang kali: “Kita ini kan saudara. Tidak perlu memperlakukan kita seperti ini! Ini hanya bantuan kecil kok.”
“Tidak apa-apa. Kakak Sulung, makan lah.” jawab Lin Qing He.
Kakak Tertua sedikit khawatir tentang kondisi kehidupan keluarga Keempat. Berapa banyak uang yang dibutuhkan untuk makan seperti ini?
Sementara Zhou Qing Bai tidak mengatakan apapun. Namun dia menatap ke arah istrinya dengan penuh terima kasih. Lin Qing He diam-diam melotot padanya- Lihat apa kamu? Makan saja sana!
Mereka datang untuk bekerja dan membantu, tentu saja, dia harus membuat makanan. Apakah mereka pikir dia begitu picik?
Dia mengabaikan tatapan sang suami dan sibuk memberi makan San Wa.
Makanan ini mengandung beberapa perencanaan yang matang. Meskipun setiap hidangan sepertinya memiliki daging, jumlah sebenarnya yang dimasukkan tidak banyak. Dia hanya memasukkan empat butir telur ke dalam panci berisi telur goreng dan kentang. Semuanya digoreng dengan lemak babi, membuat makanannya makin enak. Sepiring perut babi rebus dengan mie kanji paling banyak menghabiskan tiga jin. Iga babi dan jamur rebus, dan sup iga rumput laut dibuat dengan satu porsi iga babi.
Dengan ini, sepertinya kandungan minyakpun sudah mencukupi.
Setidaknya tiga saudara Zhou sangat puas. Porsi yang dia masak bahkan cukup untuk Zhou Qing Bai dan anak-anak mereka.
Karena ketiga Zhou bersaudara datang untuk membantu, kandang babi dibangun dalam sehari. Di malam hari, Lin Qing He tidak menyuruh mereka bertiga untuk makan malam. Dia hanya memberikan masing-masing tiga apel untuk dibawa pulang.
“Mereka menyuruhmu membantu hanya dengan tiga apel?” Begitu Kakak Kedua kembali, tanggapan Kakak Ipar Kedua penuh dengan ketidakpuasan.
Setelah seharian bekerja, tidak ada gula merah. Hanya apel? Apakah ini cara kamu meminta bantuan seseorang?
“Makan siang cukup enak.” Kakak Kedua tidak mengatakan apa-apa. Toh, makan siang sudah cukup sebagai kompensasi.
Dan karena ketiga bersaudara itu pergi, berapa banyak pekerjaan yang dapat dilakukan masing-masing? Dengan temperamen istri Keempat, tidak membuat masalah kali ini dan masih memasak hidangan untuk mereka saja sudah membuat Kakak Kedua merasa itu sepadan.
Kakak Ipar Tertua dan Kakak Ipar Ketiga tidak berkomentar setelah mengetahui tentang makan siang itu. Mereka senang dengan apel tersebut karena keduanya sedang mengandung.
Ayahanda Zhou dan Ibunda Zhou merasa lega. Dari itu, istri putra bungsu sudah bisa dibilang menjadi tenang dan tidak akan lagi bertingkah.
“Untungnya, kita memberinya dua ratus yuan, kalau tidak dia tidak akan tenang begitu cepat,” kata Ibunda Zhou.
“Jangan bicarakan ini. Selama mereka bisa hidup dengan baik, itu sudah cukup. Karena keluarga keempat berencana memelihara babi, masa depan mereka tidak akan buruk.” Kata Ayahanda Zhou.
Ibunda Zhou menghela nafas, tapi tidak berkata apa-apa.
Ia hanya berharap istri keempat bisa lebih berhati-hati dengan gaya hidupnya.
Belum genap dua hari, keluarga dari cabang keempat meminta Da Wa dan Er Wa untuk mengantarkan delapan bakpao.
Ayahanda Zhou dan Ibunda Zhou masing-masing mendapat satu. Sedangkan tiga keluarga lainnya mendapat masing-masing dua. Bakpao itu diisi dengan daging babi dan jamur. Sangking enaknya sampai-sampai hampir menelan lidah mereka sendiri.