Back to Sixties: Farm, Get Wealthy & Raises the Cubs (English to Indonesia Translation) - Bab 47
- Home
- Back to Sixties: Farm, Get Wealthy & Raises the Cubs (English to Indonesia Translation)
- Bab 47 - Biarkan Dia Merasakan Manisnya Madu
BAB 47
BIARKAN DIA MERASAKAN MANISNYA MADU
Zhou Qing Bai mendengar kata ‘ayah’, dan wajahnya langsung melembut. Meskipun dia tidak mengerti niat sang istri menyuruhnya mengambil pena dan kertas, dia tetap mematuhinya.
Dia pergi ke lemari dan mengambil pena dan kertas untuknya. Lin Qing He merendam kakinya sambil menulis daftar belanja yang akan dibeli Zhou Qing Bai besok.
Secara umum, ada banyak barang bagus untuk dibeli.
Setelah selesai, dia menunjukkannya kepada Da Wa: “Apakah kamu mengerti apa yang ibu tulis?”
Da Wa mengerutkan kening. Sudah jelas, dia tidak mengerti.
“Ini adalah apa yang ayahmu akan beli di kota kabupaten besok. Jika kamu tidak belajar, kamu tidak dapat memahaminya. Kamu tidak akan bisa mendapatkan pekerjaan layak. Karena jika kamu tidak belajar, itu sama saja seperti orang dengan mata setengah terbuka lalu menjadi buta.Hanya dengan budaya dan pengetahuanlah maka kamu tidak akan takut dibodoh-bodohi orang lain kemanapun kamu pergi. Jika tidak, kamu hanya akan bisa bekerja di desa kecil ini seumur hidupmu. Lihatlah para pria di desa, mereka memulai sebuah keluarga pada usia tujuh belas atau delapan belas tahun dan mulai bertani untuk membesarkan anak-anak. Masing-masing dari mereka tampak seperti 47 tahun padahal usia mereka baru 27 tahun. Sekarang, lihat ayahmu. Jika dia bekerja di desa di masa lalu, penampilan dan nasibnya pasti akan seperti penduduk desa. Seperti katak dalam tempurung. ” Lin Qing He menjabarkan.
Zhou Qing Bai: “…” entah kenapa dia tiba-tiba merasa resah. Apa yang harus aku lakukan? Istriku tampaknya sangat mementingkan wajah?
“Aku tidak takut!” Zhou Da Wa menyatakan dengan gagah berani.
“Boleh juga nyalimu. Jujur saja. Tidak apa-apa kok kalau memang kamu tidak mau belajar. Kalau memang kamu sudah berniat untuk membawa cangkul seperti ayah teman-temanmu di masa depan nanti dan merasa bahwa kamu bisa bertahan, maka mulai besok menu makanmu akan berbeda dengan kami. Aku harus membiarkanmu beradaptasi terlebih dahulu seperti apa hidup tanpa belajar. Jadi dengan cara itu kamu tidak akan terbiasa dengan kehidupan yang baik yang aku sediakan selama ini, sehingga kedepannya kamu tidak akan merasa kesulitan untuk beradaptasi.” ucap Lin Qing He.
“Ibu menyiapkan aku makanan yang berbeda besok?” Zhou Da Wa membeku.
“Apa yang kamu takutkan?” Lin Qing He mengangkat alis.
“Kalau begitu, lakukanlah! Aku tidak takut menderita!” ungkap Zhou Da Wa keras kepala.
“Baik, semangat kalau begitu! Aku harap kamu bisa bertahan. Oh, baiklah, mari kita makan bubur babi tanpa lemak besok.” Lin Qing He memberi tahu Zhou Qing Bai.
“Baik.” Zhou Qing Bai mengangguk dengan serius.
Dia tidak mengeluh dengan cara dia mendidik putra mereka. Namun tulisan tangan dalam kertas ini ditulis dengan anggun. Sangat cantik untuk dilihat.
Padahal sudah bertahun-tahun mereka menikah, dan istrinya tidak pernah menulis surat kepadanya.
Sedangkan di satu sisi Lin Qing He tidak khawatir jati dirinya terungkap karena si pemilik tubuh asli memang tidak pernah menulis surat apapun kepada Zhou Qing Bai. Pemilik asli tubuh ini pernah bersekolah di sekolah dasar selama tiga tahun, yang akhirnya berhasil dilewati oleh si pemilik tubuh asli setelah mengalami banyak kesulitan.
Oleh karena itu, membaca dan mengenali kata adalah hal yang wajar. Pada saat melamar pernikahan, keluarga Zhou mengatakan itu adalah nilai tambah dirinya karena dia bisa membaca dan menulis.
Malam itu Zhou Qing Bai tidak berniat tidur di kamar sebelah. Tidak peduli seberapa banyak Lin Qing He memelototinya, usahanya sama sekali tidak berguna. Jadi dia mengatur agar pria itu tidur di kepala Kang. Zhou Qing Bai tidak kecewa dengan posisi tidur di kepala Kang.
Satu langkah pada satu waktu.
“Ayah, apakah kamu tidur dengan kami malam ini?” Da Wa telah melupakan nasib yang akan menantinya esok hari. Matanya terlihat cerah.
“En, hemat kayu bakar. Tidak perlu menghangatkan kang sebelah.” Alasan Zhou Qing Bai sangat rasional.
Lin Qing He terlalu malas untuk berkomentar. Seolah-olah dia tidak tahu niat pria itu lagian diapun tidak peduli. Dia memeluk San Wa dan tak lama mereka pun tertidur.
Melihat seberapa jauh posisi wanita itu tidur darinya, Zhou Qing Bai merasa sangat tidak berdaya. Untungnya, kali ini dia diizinkan masuk ke kamar.
Keesokan paginya, Zhou Qing Bai pergi lari pagi seperti biasa. Lin Qing He bangkit dan memasak bubur babi tanpa lemak wijen. Adapun Da Wa, yang dia sediakan hanya beberapa potong panekuk tepung jagung saja.
Dia tidak akan berhati lembut sama sekali. Biarkan anak ini merasakan seperti apa gambaran kehidupan masa depannya dan lihat apakah dia mau belajar atau tidak nantinya.
Sementara Zhou Da Wa, dia merasa seperti diberi pelajaran oleh ibunya. Dia mengunyah panekuk tepung jagung di pagi hari, dan hanya ditemani air putih sebagai minuman. Ayah, ibu, dan adik laki-lakinya makan bubur babi tanpa lemak wijen dengan telur mata sapi!
Dia hanya memiliki beberapa panekuk tepung jagung. Sisanya hanya beberapa acar dan tidak ada yang lain!
“Jangan kecewa. Banyak orang di desa yang bahkan hanya bisa makan mi ubi jalar saja. Kamu harus puas dengan panekuk tepung jagung. Saat kamu besar nanti dan menikah, kamu tidak akan tinggal bersama kami. Kamu akan tinggal sendiri.” kata Lin Qing He.
Zhou Da Wa merasa bahwa hari-hari di masa depannya sangat suram dan gelap.
Zhou Er Wa tidak berani mengatakan apapun. Dia sudah pasti tidak ingin menjalani hari seperti itu. Ketika dia besar nanti, dia sudah menetapkan niatnya bahwa dia harus mendengarkan ibunya dan belajar dengan giat!
“Aku menuju ke rumah pemimpin desa dulu untuk meminjam sepeda.” Zhou Qing Bai memberitahunya.
“Haruskah kita membelinya juga?” Lin Qing He dengan lancar menyarankan.
Zhou Qing Bai mengangguk dengan sungguh-sungguh: “Kita harus memiliki satu di rumah.”
“Kalau begitu tunggu sebentar, aku akan memberimu uang dan kupon!” ucap Lin Qing He dengan cepat.
Dia tidak merasa rugi jika membeli sepeda, meskipun sepeda membutuhkan lebih dari seratus yuan dan banyak kupon industri. Bukan berarti kondisi ekonomi mereka sekarang tidak bisa membelinya.
Apalagi yang paling penting adalah dia bisa tetap pergi ke Mei Jie untuk membeli daging babi di masa depan. Dia sudah akrab dengan Mei Jie sekarang dan tahu bahwa anak buah Mei Jie menyembelih babi di peternakan babi yang ada disana.
Dia bisa berdiskusi dengan Mei Jie dan Mei Jie pasti akan bersedia. Harga maksimum satu jin daging hampir enam sen dan biarkan Mei Jie mendapat untung satu sen. Bukan masalah besar untuk mengambil tiga atau empat jins. Ketika dia pergi ke kota kabupaten dan menjualnya, dia akan mendapatkan sekitar lima yuan.
Meski ini bukan jumlah uang yang banyak,namun nilainya sama dengan poin satu hari kerja, yang hampir setara dengan gaji satu bulan lainnya.
Setelah membeli sepeda dan menggunakannya selama beberapa bulan, dia akan mendapatkan uang modalnya kembali. Jadi tidak perlu khawatir rugi.
Da Wa mendengar ini dan matanya berbinar: “Keluarga kita akan membeli sepeda?”
“Ya.” Lin Qing He memasukkan uang dan kupon itu ke dalam sebuah parsel dan menyerahkannya kepada Zhou Qing Bai.
“Bisakah aku mengendarainya di masa depan?” Da Wa bertanya.
“Jika kamu mau pergi ke sekolah di kota kabupaten di masa depan, aku bisa membelinya khusus untuk kamu.” jawab Lin Qing He.
Da Wa melebarkan matanya karena terkejut, tetapi wajahnya segera mengerut karena dilema.
Lin Qing He tidak menggubrisnya lagi. Diapun menatap Zhou Qing Bai yang berhenti di tempat, pria itu sepertinya menunggu salam perpisahan dari sang istri, Li Qing He pun meladeninya dan berkata, “Hati-hati di jalan.”
Ah biarlah dia mencicipi manisnya madu dariku.
Dia tidak hanya menasihatinya untuk berhati-hati di jalan, tetapi dia juga memberinya senyuman manis.
Merasa puas, Zhou Qing Bai keluar dengan membawa tas dan keranjang.
Lin Qing He mengatakan pada Da Wa: “Kamu makan bubur jagung siang nanti.”
“Lalu apa yang kalian makan?” Da Wa tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya.
“Kami akan menunggu ayahmu kembali terlebih dahulu sebelum makan pangsit di siang hari.” jawab Lin Qing He.
Wajah kecil Da Wa pun mengerut. Baru-baru ini, dia dimanjakan oleh perawatan Lin Qing He. Saat dulu dia masih hidup bersama ibu kandungnya (si pemilik tubuh asli), dia tidak pilih-pilih soal makanan yang disajikan di rumah, termasuk bubur jagung. Dan terkadang dia harus makan ubi jalar kering. Dia masih ingat pengalaman itu dan merasa sangat mual membayangkannya sekarang.
Jika dia tidak ingin belajar, Lin Qing He tidak akan mempedulikan dirinya. Dia memberi Er Wa dan San Wa permen kelinci putih. Namun Da Wa tidak mendapat bagian.
“Mengapa aku tidak dapat!” Da Wa dengan marah meledak.
“Kenapa lagi? Memangnya ada teman sebayamu di desa ini yang pernah makan permen kelinci putih? Ayah mereka tidak pernah belajar ketika mereka masih kecil, jadi anaknya tentu juga tidak mendapatkan permen kelinci putih. Jadi kamu harus membiasakan diri untuk tidak memakan permen kelinci putih dalam hidupmu. Tidak usah protes padaku.” Lin Qing He tetap teguh dengan keputusannya.