Back to Sixties: Farm, Get Wealthy & Raises the Cubs (English to Indonesia Translation) - Bab 48
- Home
- Back to Sixties: Farm, Get Wealthy & Raises the Cubs (English to Indonesia Translation)
- Bab 48 - Sup jahe, Kurma dan Gula Merah
BAB 48
SUP JAHE, KURMA DAN GULA MERAH
“Oke, aku tidak akan makan!” Da Wa dengan kesal berteriak sambil berlari keluar rumah.
Ling Qing He tidak bakal memanggilnya untuk kembali kerumah dan membujuknya namun dia menyuruh Er Wa mengikuti sang kayak diam-diam. Tanpa diberitahu dengan jelaspun, Er Wa sepertinya langsung mengerti apa maksud sang ibu. Dia mengambil sebuah permen kelinci putih dan berlari mencari sang kakak.
Ling Qing He pun sama sekali tidak berdiam diri saja dirumah, dia mengajak San Wa ke depan pintu rumah dan membuat boneka salju. Tadi malam salju turun dengan lebat. Zhou Qing Bai bangun pagi-pagi sekali untuk membersihkan salju yang menumpuk di depan rumah mereka. Setelah pria itu kembali dari joging, istrinya tidak perlu repot melakukannya karena semua sudah dibersihkan oleh pria itu.
Temasuk racikan pakan babi dan sejenisnya, semua sudah dikerjakan oleh sang suami.
Tentu Lin Qing He akan membantunya menyiapkan semua ini jika pria ini sudah mulai bekerja di ladang. Namun untuk saat ini, dia jelas tidak berniat untuk menggerakkan jarinya untuk urusan ternak. Biarkan hal ini menjadi kesibukan baru pria itu.
Kedua ibu dan anak ini pun bersenang-senang dengan boneka saljunya ketika Chen Daniang yang tinggal di sebelah mampir.
Melihat Chen Daniang, Lin Qing He menyapa: “Mau pergi kemana Chen Daniang?” dan San Wa pun menyapa tetangganya itu.
Alasan kenapa dia mau menyapa tetangganya yang satu ini tak lain karena Chen Daniang termasuk tetangga yang lumayan ramah. Keluarga suaminya memiliki hubungan kerabat dengan keluarga Zhou, walaupun masih termasuk kerabat jauh.
Leluhur desa Zhoujia memang bisa dibilang masih ada hubungan kerabat. Karena dulu memang tidak ada marga keluarga lain disini. Namun setelah hidup begitu lama, tentu hal ini bukan hal aneh lagi.
“Istri dari putra keduaku baru saja melahirkan semalam. Saat aku cek stok dirumah aku baru sadar bahwa kami sudah kehabisan gula merah dirumah. Jadi aku berenca mau pergi ke koperasi desa dan melihat apakah masih ada persediaan gula disana.” jawab Chen Daniang.
“Kalau begitu Chen Daniang lanjut saja. Oiya biasanya saat ini kebanyakan stok di koperasi desa sudah habis. Jadi kalau memang nanti setelah Chen Daniang cek kesana dan memang sudah tidak ada stok lagi, anda bisa kerumah saya. Aku kemarin itu sempat membeli gula merah untuk stok darurat dirumah.”
“Kalau begitu saya harus bilang terima kasih dulu untuk tawarannya.” Chen Daniang tidak segan dan langsung menerima tawaran dari Lin Qing He.
Lin Qing He menganggukkan kepalanya.
Chen Danian ini dulu pernah membantu menjaga anak-anaknya saat si pemilik tubuh asli sangat jarang mengurus putranya sendiri di rumah dan sibuk menghabiskan waktu diluar seharian.
Cheng Daniang inilah yang datang kerumah menawarkan diri untuk menjaga putranya ada kira-kira sebanyak dua kali. Si pemilik tubuh asli sama sekali tidak berterima kasih. Namun Lin Qing He yang memiliki ingatan dari si pemilik ini tentu tidak akan lupa dengan kebaikan kecil yang pernah diberikan oleh orang lain.
Chen Daniang memiliki dua putra. Saat ini dia tinggal dengan keluarga putra pertamanya. Putra keduanya sudah pindah kerumah lain saat menikah.
Keluarganya adalah keluarga yang pertama sekali memutuskan untuk tinggal terpisah, dan itupun dilakukan dengan damai. Namun sayangnya Ibunda dan Ayahanda Zhou tidak memiliki keberanian yang sama seperti yang dimiliki oleh Chen Daniang.
Namun jelas melihat kondisi kehidupan keluarga mereka saat ini sangat damai dan tentram. Apalagi sekarang putra keduanya sudah memiliki anak pertama mereka.
Ketika memikirkan ini, tiba-tiba Ling Qing He merasa sedikit emosional.
Faktanya, banyak orang di desa melahirkan anak berganti-gantian sejak masuk musim semi. Jika dihitung-hitung waktunya, semuanya hamil saat musim dingin karena memang musim itu mereka sama sekali tidak keluar rumah.
Orang-orang di era ini memang seperti itu. Karena tidak ada hal lain yang bisa dilakukan untuk melewati waktu kosong, jadinya hiburang mereka satu-satunya adalah berolahraga suami istri di atas kang mereka. Kalau tidak, tidak mungkin ada begitu banyak anak-anak di era ini kan?
Jangan kan orang lain, lihat saja Zhou Qing Bai yang padahal sudah menerima pendidikan umum. Setelah kembali dan melihat sang istri menjadi tingkahnya semakin keibuan layaknya istri ideal, dia langsung ingin menimpanya di Kang setiap hari kan?
Jangan kira dirinya tidak tahu bahwa saat pertama kali pria itu kembali dia sama sekali tidak memiliki niat apapun pada dirinya.
Setelahnya, entah karena apa tiba-tiba dia mengubah pikirannya. Padahal dia merasa tidak melakukan hal spesial. Dia hanya memasak tiga kali dalam sehari dan merebus air jahe dan sup kurma sebelum tidur di malam hari. Oh benar, di awal-awal pria itu pulang, dia memaksa lelaki itu untuk merendam kakinya dengan air jahe agar tubuhnya tidak kedinginan saat tidur.
Selain itu, dia tidak melakukan hal spesial lain. Namun kelihatannya saat lelaki ini tidak ada kerjaan apapun, dia akan mendekati sang istri untuk sekedar merasakan kehadirannya saja walaupun saat mereka bersama dia sama sekali tidak bicara apapun.
Lin Qing He terus membuat boneka salju untuk San Wa. Kedua ibu anak itu terlihat sangat ceria dan bersenang-senang. Da Wa dan Er Wa pulang setengah jam kemudian. Boneka salju yang Lin Qing He dan San Wa buat sudah mulai bertumpuk-tumpuk.
“Kalian berdua coba lihat ini. Bagaimana menurut kalian boneka saljunya?” Lin Qing He menyapa mereka saat melihat mereka muncul di pintu masuk.
Da Wa merasa ibunya sudah tidak ingat lagi kejadian tadi pagi dan diapun mendekat dengan ceria.
Saat melihat ini, Er Wa langsung protes: “Ibu, kenapa kamu tidak mengajakku main ini juga!”
“Bonekanya kan masih belum ada mata dan hidung. Coba kalian buat sendiri mata dan hidung mereka. Kan itu termasuk membuat boneka salju bersama-sama.” jawab Lin Qing He.
“Kak, ayo masuk dan ambil kacangnya. Itu kan bisa digunakan untuk mata boneka salju!” Er Wa langsung merespon.
Da Wa masuk kedalam dan mengambil kacang. Dia pun mampir ke dapur untuk mengambil kayu bakar lalu menempelkannya kedua sisi boneka salju itu. Lalu dia tempelkan kacang tadi di bagian matanya. Dengan ini bisa dibilang boneka saljunya sudah selesai.
“Kerja yang bagus! Imajinasi kalian sangat bagus.” puji Lin Qing He.
Da Wa hanya menatapnya dan tidak mengatakan apapun.
“Belajar giat dan pelajari banyak keterampilan di masa depan. Ibu akan bergantung padamu.” kata Lin Qing He.
“Kebiasaan di desa kita adalah orang tua tinggal bersama putra bungsu mereka.” Da Wa berseru.
Lin Qing He melotot: “Jadi, kamu tidak berniat untuk berbakti kepada aku dan ayahmu di masa depan?”
“Itu jelas tidak mungkin. Saat kamu dan Ayah sudah tua, aku akan mengizinkanmu makan roti dan pangsit setiap hari!” kata Da Wa.
Lin Qing He baru ingat. Kebiasaan dari tempat ini adalah orang tua tinggal bersama putra bungsunya. Artinya, ayah Zhou dan Ibu Zhou akan tinggal bersama keluarganya di masa depan.
Untuk saat ini, hal itu tidak perlu dia pikirkan terlalu dalam, karena Ayah Zhou dan Ibu Zhou masih muda.
Untuk masa depan, lebih baik di bicarakan nanti saja. Masih terlalu dini untuk membicarakan merawat orang tua.
Meskipun dia mengatakan itu, Lin Qing He masih berharap kedua orang tua ini menjaga tubuh mereka dari sekarang. Jika tidak, ketika mereka tinggal bersamanya di masa depan, dan kesehatan mereka buruk, beban akan berada di pundaknya.
Jadi dia meminta kakak beradik itu untuk bermain di luar. Dia masuk dan memasak sup jahe, kurma, dan gula merah. Dia menyimpannya di kotak makan siang tahan panas yang dibawa kembali oleh Zhou Qing Bai dan meminta Da Wa untuk mengirimkannya ke kakek nenek mereka.
(Ilustrasi Sup Jahe, kurma dan gula merah)
Tentu saja, dia mengizinkan ketiga anak laki-laki itu masing-masing minum semangkuk. Lin Qing He pun minum satu mangkuk. Sangat menyenangkan untuk meminum minuman ini dalam cuaca dingin seperti itu. Benar-benar bisa menghangatkan tubuh.
Lin Qing He akan membuat bakpao isi kacang merah. Membutuhkan waktu untuk membuat isian kacang merah ini, tapi karena sekarang Lin Qing He punya banyak waktu luang jadi tidak masalah.
(Ilustrasi Bakpao Isi Kacang Merah)
Meski celana wolnya belum jadi, itu tidak mempengaruhi dirinya untuk membuat lebih banyak makanan untuk anak-anak.
Saat dia sibuk di rumah, kedua kakak beradik itu kembali dari rumah kakek nenek mereka. Mereka berkumpul untuk membantu. Lin Qing He tidak mengusir mereka. Jika mereka mampu melakukannya, maka dia akan memerintahkan mereka untuk membantu. Selain sibuk, mereka juga puas.
Di rumah keluarga besar Zhou, ayah Zhou sedang minum sup jahe, kurma dan gula merah. Harus diakui, ini benar-benar enak.
Dalam benak orang-orang di jaman ini, ada dua hal yang berarti enak. Yang satu mengandung minyak dan yang lainnya manis.
Disimpan di kotak makan siang yang tahan panas, porsinya sekitar dua mangkuk. Ayah Zhou menuangkannya dan meminum porsinya sendiri. Dan sisanya dicurahkan untuk istrinya.
“Minumlah selagi panas. Untuk apa kamu duduk di sana?” ayah Zhou berkata padanya.
“Aku tidak pernah menyangka hal ini akan terjadi. Kita berdua masih bisa menikmati bakti dari menantu Keempat.” Ibu Zhou secara emosional mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya.
“Sudah cukup jika menantu keempat mau hidup damai dengan kita. Sedangkan untuk hal lainnya, jangan dipikirkan.” kata ayah Zhou.
Jika menantunya ini memiliki niat baik untuk menunjukkan baktinya pada mertua, maka mereka tentu akan menerima dan memakan yang diberikan pada mereka. Jika tidak, jangan menuntutnya untuk melakukan ini. Itulah yang dimaksud ayah Zhou.