Back to Sixties: Farm, Get Wealthy & Raises the Cubs (English to Indonesia Translation) - Bab 5
- Home
- Back to Sixties: Farm, Get Wealthy & Raises the Cubs (English to Indonesia Translation)
- Bab 5 - Tiga Anak Penjahat
BAB 5
TIGA ANAK PENJAHAT
“Ibu aku lapar.”
Seorang anak dengan baju compang camping menarik lengan bajunya dan menyadarkan Ling Qing He dari lamunannya. Dia merasa kalimat ini terdengar familiar.
Lin Qing He melihat anak itu yang tubuhnya sekurus kera cilik dengan mata yang kompleks kemudian dia pun kembali terdiam.
Dia sama sekali tidak menyangka bahwa dia akan bertransmigrasi seperti ini, apalagi dia bertransmigrasi ke dalam sebuah novel yang sebelumnya pernah dia baca.
Dia menyadari hal ini ketika jiwanya masuk kedalam tubuh ini dan menerima rangkaian informasi melalui otak pemilik sebelumnya.
Saat seluruh ingatan pemilik tubuh asli berhasil dia terima, barulah dia bereaksi.
Kesan mendalam yang paling dia rasakan saat membaca novel itu adalah tiga tokoh penjahatnya yang bernama Zhou Kai, Zhou Xuan dan Zhou Gui Lai.
Diantara ketiga kakak beradik ini, Zhou Kai anak pertama, Zhou Xuan anak kedua sedangkan Zhou Gui Lai anak paling bungsu.
Nama ketiga anaknya didasarkan pada harapan kepada sang ayah, dimana saat ini bergabung dalam barisan garda depan kelompok militer pemerintah. Harapan agar sang ayah bisa kembali dengan penuh kemenangan dan juga membawa kebanggaan pada keluarga.
Namun tentu saja nama ini sama sekali tidak berpengaruh apapun, ayahnya tidak kembali dengan gagah berani namun karena mengalami pensiun dini.
Ini adalah sebuah pukulan fatal bagi keluarganya.
Ibu dari ketiga anak ini (dengan kata lain si pemilik tubuh asli) adalah seorang bunga desa, dia bersedia menikahi ayah dari ketiga anak ini karena memiliki niat terselubung. Dia ingin menjadi istri dari pegawai pemerintahan suatu hari nanti.
Dari usia muda, dia selalu bermimpi untuk bisa menumbuhkan cabang lebih tinggi dan berubah menjadi seekor burung phoenix.
Demi tujuan inilah si pemilik tubuh asli mengukuhkan niatnya untuk menikahi ayah dari ketiga anak ini. Suaminya memang jarang ada di rumah selama setahun penuh, walaupun dia sempat kembali beberapa kali, namun tidak pernah lama, biasanya dia akan langsung kembali ke batalionnya. Jadi sudah pasti kata cinta tidak pernah terucap dalam hubungan suami istri tersebut. Namun semua ini berusaha ditoleransi oleh si pemilik tubuh walaupun semua warga desa tahu wanita ini memiliki kesabaran yang tipis.
Tapi itupun cukup di tingkat toleran saja, jangan pernah berharap untuk bisa mendapatkan kehangatan dan kelembutan darinya.
Sebagai seorang bunga desa, si pemilik tubuh asli sangat bangga dengan tubuhnya baik dari kecil hingga dewasa. Dari kecil dia selalu dimanjakan, bagaimana mungkin dia tumbuh menjadi seorang yang sederhana dan juga berperilaku baik dengan orang lain?
Namun karena ayah dari ketiga anak ini selalu mengirimkan uang setiap bulannya, si pemilik tubuh pun berpura-pura bersikap sopan dan penurut di depan suaminya, walaupun dia sama sekali tidak memiliki perasaan apa-apa terhadapnya. Itulah mengapa mereka bisa memiliki tiga orang anak.
Namun situasi ini bertahan hanya sampai sang suami pensiun dini.
Sang suami pensiun karena mengalami luka saat bertugas.
Namun mau alasan apapun yang dikeluarkan, si pemilik tubuh sudah dari dulu menanamkan mimpinya untuk menjadi seorang istri dari pegawai pemerintah yang sukses, dan tanpa disangka mimpi ini harus sirna begitu saja. Bahkan beberapa bulan setelahnya tidak ada duit yang dikirim ke rumah. Tambahan lagi, sang suami bukan tipe orang yang berpikir begitu dalam dan tidak bisa mengatakan kalimat-kalimat indah dan menenangkan. Apalagi kata cinta.
Bagaimana mungkin si pemilik tubuh yang asli ini bertahan dengan kondisi rumah tangga yang miskin dan tidak berkecukupan?
Di bawah atap yang sama, penderitaan yang dirasakan si pemilik tubuh ini pun makin mendalam, dan tabiatnya pun makin menjengkelkan. Saat dia sedang dalam mood yang buruk, dia tanpa ragu akan memukul, membentak dan menghukum ketiga anaknya hingga membiarkan mereka kelaparan.
Walau ketiga anak ini tumbuh dengan tubuh yang sangat bagus saat dewasa nanti namun dengan kondisi keluarga yang dipenuhi dengan kekerasan dalam rumah tangga tentu saja mempengaruhi kondisi psikis ketiga anak ini.
Hal pemicu yang menjadi titik balik perubahan kisah ini adalah saat si pemilik tubuh asli yang pada tahun 1977 berumur 31 tahun melarikan diri bersama dengan seorang pemuda terpelajar yang berhasil lulus ujian masuk perguruan tinggi di ibukota. Tahun 1977 adalah tahun dimana untuk pertama kalinya kampus kembali dibuka setelah sebelumnya sempat ditutup karena adanya perubahan sistem pemerintahan dari bentuk republik menjadi komunis.
Si pemilik tubuh asli ini hanyalah seorang peran figuran yang sama sekali tidak berarti dalam plot novel tersebut, namun tetap saja sang penulis mendeskripsikan secara detail kecantikan yang dimiliki oleh wanita ini dalam novelnya. Mulai dari bentuk mata hingga hidung dan lain sebagainya. Karena itulah dia dijuluki sebagai bunga desa di desa dan sekitarnya.
Bahkan setelah pensiun diri sang suami dan mereka tidak lagi mendapatkan subsidi pemerintah tiap bulannya, dia tidak pernah ikut bekerja di ladang dan sepenuhnya menopang hidupnya dari sang suami dan ketiga putranya. Dia menguras darah dan keringat keluarganya sendiri demi menafkahi dirinya.
Sedangkan si ayah dan ketiga putranya ini sama sekali tidak mendapat jatah apapun. Wanita ini harus mendapatkan baju baru setiap enam bulan sekali dan dia selalu mengoleskan vanishing cream dan juga clam cream di wajahnya.
(Ilustrasi vanishing cream)
(Ilustrasi clam cream)
Selain itu, dia juga tidak sudi jika dirinya harus terkena angin dan hujan. Jadi bahkan saat dia sudah berumur 31 tahun namun penampilan fisiknya tampak seperti wanita berusia 25 tahun.
Latarnya seperti itu dan dia juga wanita yang tahu cara berpakaian dengan gaya jadi bahkan saat umurnya sudah 31 tahun pun dia tetap saja cantik.
Diam-diam dia pun menjalin hubungan dengan pemuda terpelajar yang datang ke desa mereka. Setelah itu saat ujian masuk perguruan tinggi kembali dilakukan, si pemuda terpelajar itu menjadi gelombang pertama mahasiswa yang diterima masuk ke dalam perguruan tinggi di ibukota. Saat itu si pemilik tubuh yang asli sudah tidak tahan lagi. Setelah dibujuk oleh si pemuda, dia pun mengambil seluruh sisa uang yang dimiliki keluarganya dan melarikan diri dengan pemuda tersebut.
Latar belakang dari Zhou Kai, Zhou Xuan dan Zhou Gui Lai yang diceritakan oleh si pengarang dalam novel tersebut tidak berhenti sampai disitu. Selanjutnya diceritakan juga bagaimana nasib mengenaskan yang dialami oleh si pemilik tubuh asli ini. Sesampai di ibukota wanita itu ditelantarkan oleh si pemuda terpelajar tadi, semua uangnya diambil dan dia pun meninggal di tanah asing.
Selanjutnya ketiga anak itu pun mengembangkan karirnya masing-masing di dunia bawah tanah. Namun akhir dari ketiganya juga tak kalah mengenaskan, termasuk nasib sang ayah.
Saat deskripsi dari ayah ketiga anak itu muncul di novel, dia sudah berumur lima puluh tahun. Saat dia sedang berjalan keluar, dia bertemu dengan putra tertuanya yang sedang berkelahi dengan sekelompok orang dan kalah jumlah dengan lawannya.
Sang ayah sangat ahli bela diri namun karena luka yang dialaminya sewaktu masih mengabdi pada pemerintah dan luka ini tidak pernah diurus sejak awal jadinya luka itu sering kambuh membuatnya tidak bisa berjalan beberapa tahun belakangan. Jadi bagaimana mungkin tubuh ringkih seperti ini bisa melawan pemuda berumur 20 hingga 30 tahunan?
Dia pun tertusuk hanya dalam beberapa gerakan, dan tusukan itupun dilakukan hingga berkali-kali. Sang ayah mati bahkan sebelum anak tertuanya Zhou Kai sempat menangis dan membawanya ke rumah sakit.
Kematian sang ayah adalah faktor pemicu terbesar yang membuat kehidupan ketiga putranya tidak bisa kembali ke jalan yang benar, membuat mereka terus melangkah tanpa bisa kembali pulang.
Selanjutnya ada serangan parah dari gerakan bawah tanah. Si anak tertua Zhou dan adik keduanya berkelahi dengan seorang polisi yang merupakan si pemeran utama pria dari novel ini. Sedangkan adik bungsu keluarga Zhou malah jatuh cinta dengan pacar si pemeran utama pria, yang tentu saja merupakan si pemeran utama wanita.
Si pengarang menulis bahwa awalnya ketiga kakak beradik itu berencana untuk membunuh si pemeran utama pria menggunakan titik lemahnya yaitu si pemeran utama wanita. Si bungsu Zhou akan berpura-pura menjadi anak ber IQ rendah kemudian mendekati si pemeran utama wanita kemudian wanita itu karena kasihan akhirnya membawa pulang si bungsu kerumahnya sendiri. Pada akhirnya niat yang awalnya ingin memanfaatkan wanita itu, si bungsu malah jatuh cinta dengan kebaikan dan kepolosan si pemeran utama wanita.
Dia jatuh sangat dalam dan tidak bisa lepas dari rasa itu.
Si bungsu banyak bertemu dengan si pemeran utama wanita. Sebagai pembaca, Lin Qing He sempat mengejek situasi ini.
Karena berdasarkan tulisan si pengarang, si pemeran utama wanita bukan sama sekali tidak memiliki perasaan terhadap si bungsu Zhou.
Putra ketiga keluarga Zhou ini dideskripsikan pengarang sebagai tipe pria yang sangat macho dan tampan, selain itu dia orang yang pintar berbicara terutama dalam hal menyenangkan hati para wanita.
Kenyataannya, penampilan fisik ketiga penjahat dalam novel ini memang sangat bagus dan berkualitas tinggi. Bahkan bisa disandingkan dengan si pemeran utama prianya. Dan jika si bungsu Zhou tidak memiliki wajah tampan namun buruk rupa, bagaimana mungkin si pemeran utama wanita mau membawa anak ber IQ rendah pulang kerumahnya.
Sebaiknya kita tidak usah mendalami novel ini terlalu detail, berkat pengaruh si hostes pemeran utama wanita inilah ketiga kakak beradik ini akhirnya tertangkap dan ketiganya dihukum mati (dengan cara ditembak).
Dari awal hingga akhir cerita, novel ini menapak jalan cinta demi si pemeran utama pria dan wanita. Menggunakan nasib sial orang lain demi mencapai kebahagiaan dan juga kemurnian cinta dari seorang tokoh utama.
“Ibu, apa kamu sudah masak?Aku hampir mati kelaparan!”
Saat Lin Qing He sedang sibuk menggali kembali ingatannya terhadap jalan cerita novel ini, seorang anak yang sangat dekil berlari masuk dari luar.
Melihat anak satunya yang baru masuk ke dalam rumah ini yang tidak lain bernama Zhou Da Wa (panggilan rumah dari Zhou Kai si anak pertama), pesan yang disampaikan anak ini sama seperti anak sebelumnya yaitu Zhou Er Wa (panggilan rumah dari Zhou Xuan si anak kedua). Anak ini masih memegang lengan bajunya sambil meminta makanan.
Karena nama dari ketiga anaknya inilah dia tersadar bahwa dia sudah terperangkap dalam sarang serigala dan macan ini.
“Ibu, kakak tertua bilang dia juga lapar.” kata Er Wa yang memang cocok dijuluki sebagai ahli siasat diantara ketiga bersaudara ini dalam deskripsi si pengarang novel. Mendengar kalimat penuh siasat yang dilontarkan anak yang baru berumur tiga tahun ini, mau tak mau Lin Qing He benar-benar tak bisa berkata apa-apa. Padahal dia juga lapar namun sengaja menyebutkan orang lain yang lapar.
“Ah! Ah!.” Saat itu tiba-tiba si bungsu yang sebelumnya sedang tidur pun terbangun. Umurnya saat itu masih satu tahun. Dia belum bisa berbicara, bahkan belum bisa mengatakan kalimat sederhana seperti ibu dan ayah.
Oke tidak masalah, ketiga anak penjahat yang nantinya akan menyebabkan banyak kerusuhan dimana-mana semuanya berkumpul disini. Apa sebaiknya aku menggantung mereka kemudian memukulnya atau memukul mereka dulu baru menggantungnya?