Back to Sixties: Farm, Get Wealthy & Raises the Cubs (English to Indonesia Translation) - Bab 58
BAB 58
FEI YING1
Setelah Zhou Qing Bai selesai membuat pakan untuk kedua anak babi dan kembali ke dalam, Lin Qing He menuangkan teh jahe untuk menghangatkan tubuhnya dan bertanya, “Kapan anjing itu akan datang?”
Tetapi ketika Lin Qing He melihat wajah pria itu, dia langsung berseru, “Kamu tidak mengoleskan vanishing cream tadi pagi ya?”
Zhou Qing Bai berkata: “Lupa.”
“Satu hari saja aku tidak tidak mengoleskannya sendiri, tiba-tiba kamu bilang kamu lupa? Tahukah kamu bahwa wajahmu sekarang seperti pantat monyet!” Lin Qing He menggerutu kesal.
“Pantat monyet.” Er Wa tersenyum lebar.
“Wajah ayah seperti pantat monyet.” Da Wa tertawa terbahak-bahak.
Namun, dengan satu pandangan acuh tak acuh dari Zhou Qing Bai, tawa Da Wa tiba-tiba terhenti. Seperti bebek yang dicubit lehernya, dia terhuyung kembali ke kamar.
Lin Qing He pergi menuangkan air panas untuk menyeka wajahnya dan kemudian mengoleskan krim padanya lagi
“Biarkan anak-anak tidur di kamar sendiri nanti malam.” Zhou Qing Bai menunggunya selesai dan menggenggam tangannya.
Bertemu dengan tatapannya yang terang-terangan menunjukkan hasratnya dan terlihat panas itu, Lin Qing He dengan gelisah berpura-pura menjadi bodoh. “Mereka kan masih sekecil itu. Dan cuacanya terlalu dingin. Mari kita bicarakan di musim semi.”
Zhou Qing Bai menatapnya, matanya menunjukkan ekspresi serius.
Lin Qing He berkata: “Tidak bisakah kamu memikirkan sesuatu selain itu setiap hari?”
Zhou Qing Bai melepaskannya. Ketika Lin Qing He mengira pria ini tersinggung karena kata-katanya, dia mendengar pria itu berkata, “Kalau begitu sudah beres.”
Lin Qing He keberatan, ‘Beres apanya? Siapa yang setuju denganmu? Ingin naik ke tempat tidurku? Jangankan pintu, tidak akan ada lubang di pintu nanti malam!’
“Anjing itu akan diantar kesini dalam dua hari.” Zhou Qing Bai menjawab sambil meminum teh kurma jahe hangat.
“Bisakah mereka menemukan alamat kita?” tanya Lin Qing He.
“Mereka tinggal bertanya saja. Tidak sulit menemukan alamat di sini.” jawab Zhou Qing Bai.
Desa ZhouJia tentu saja mudah ditemukan. Teman lama Zhou Qing Bai tiba di malam hari keesokan harinya.
Anjing pertama yang dibawa ke rumah. Lin Qing He bertanya pada Zhou Qing Bai siapa namanya. Zhou Qing Bai berkata bahwa dia dipanggil Fei Ying. Meskipun kakinya agak timpang sekarang, di masa lalu dia adalah anjing yang tercepat, jadi dia memiliki nama yang cocok untuknya.
Lin Qing He sangat menyukainya, apalagi ketiga kakak beradik itu.
Fei Ying sangat senang saat melihat Zhou Qing Bai, orang yang dia kenal. Dia merasakan aroma yang sama seperti Zhou Qing Bai pada anak-anak dan juga menunjukkan kepedulian terhadap mereka.
Ya, ini sudah jelas anjing yang dilatih khusus. Lin Qing He bisa merasakannya dari sikap Fei Ying terhadap Da Wa dan saudara-saudaranya.
Ini adalah anjing serigala yang sangat terlatih dan sangat spiritual.
“Pasti sudah banyak merepotkan Kakak Wang. Anda tidak boleh langsung balik malam ini. Anda harus tinggal dan istirahat untuk satu malam. Salju terlalu lebat. Saya akan meminta Qing Bai mengantar Anda ke kota kabupaten untuk mengejar bus besok pagi. ” ungkap Lin Qing He.
Wang Chuan setuju sambil tersenyum. Dia merasa bahwa Lin Qing He dengan tulus khawatir akan keselamatannya, jadi dia tidak menolak tawaran ini.
Dia memiliki ikatan hidup dan mati dengan Zhou Qing Bai. Ketika dia mendengar kabar ada panggilan telepon dari pria ini, dia pun langsung menawarkan diri untuk datang.
Bahkan, dia sempat khawatir saudara sehidup sematinya ini mengalami masa-masa buruk di rumah, jadi dia ingin mengambil kesempatan ini untuk datang dan memeriksanya.
Tapi sekarang sepertinya kecurigaannya tidak berdasar. Istri si Zhou Tua sangat baik dan penuh perhatian.
Lin Qing He membuat tiga hidangan berat malam itu. Dia ke kamar sebelah, yaitu kamar anak-anak untuk memanggil tamu mereka agar ikut makan bersama. Ruangan itu sudah hangat karena memang sudah dihangatkan duluan untuk tamu mereka malam ini.
Salah satu menu malam ini adalah babi panggang semur kentang, Bihun Perut Babi Rebus, dan sepiring Bistik Daging Babi. Ini sudah dia persiapkan sebelum kedatangan tamu mereka. Pagi ini Zhou Qing Bai pergi untuk bertemu suami Mei Jie, yaitu Chen Dage. Karena teman lamanya sudah mau mampir ke rumah, tentu saja mereka harus menyiapkan daging untuk menyambutnya.
(Ilustrasi Babi Panggang Semur Kentang)
(Ilustrasi Bihun Perut Babi Rebus)
(Sepiring Bistik Daging Babi)
Bukan hanya daging, tapi anggur juga disediakan untuk mereka malam ini. Lin Qing He membawa anak-anak yang sudah kenyang untuk meninggalkan meja agar Zhou Qing Bai memiliki waktu mengobrol pribadi dengan saudaranya dari kesatuan militer ini.
“Melihat kakak iparku ini seorang istri yang berbudi luhur, aku merasa lega. Kamu tidak tahu betapa kami mengkhawatirkanmu.” Setelah Lin Qing He pergi, barulah Wang Chuan mengungkapkan pendapatnya.
Zhou Qing Bai menggelengkan kepalanya: “Jangan khawatirkan aku. Semuanya baik-baik saja di rumah.”
“Sekarang setelah aku melihatnya sendiri, untuk apa aku masih khawatir, kan? Haha, ayo bersulang denganku!” Wang Chuan menyeringai lebar.
Kedua pria itu mendentingkan gelas dan bersulang. Kemudian mereka memakan semua makanan yang tersisa. Keduanya menghabiskan seluruh botol minuman keras itu.
Lin Qing He membuat dua cangkir air madu, dan kemudian menyuruh mereka masing-masing untuk tidur. Malam itu Zhou Qing Bai tidur dengan Wang Chuan di sebelah. Lin Qing He muak dengan tubuhnya yang penuh dengan bau alkohol dan mengusirnya keluar, tidak memberinya kesempatan untuk mabuk-mabukan.
Keesokan paginya, Lin Qing He bangun dan mengukus mantou dan memasak sup udang. Dia kemudian membiarkan Zhou Qing Bai dan Wang Chuan makan sebelum mengizinkan Zhou Qing Bai mengantar Wang Chuan pergi.
Berangkat pagi-pagi sekali, suaminya kembali setelah pukul sembilan.
Ketika Zhou Qing Bai kembali, dia melihat ternak babi milik keluarganya telah diberi makan. Fei Ying juga sudah diberi makan dan sedang dielus dan bermain dengan anak-anak. Begitu dia melihat Zhou Qing Bai kembali, ekor Fei Ying langsung bergoyang-goyang.
“Ayah, apakah Fei Ying sudah beradaptasi dengan kandangnya?” tanya Er Wa.
“Er Wa ingin membawa Fei Ying ke kamar untuk tidur.” kata Da Wa dengan terus terang.
Er Wa tidak berbicara, hanya menyentuh Fei Ying, dan menatap ayahnya dengan mata kecilnya.
“Tidur bersamaku!” San Wa dengan sombong mengumumkan.
“Jangan harap!” Er Wa memutar matanya sebagai jawaban.
“Pukul kamu!” San Wa berkata saat dia bermaksud untuk memukulinya. Tapi dia bukan lawan Er Wa. Dengan satu dorongan dari Er Wa, dia pun terjatuh.
Anak ini termasuk anak yang ulet dan tahan banting. Setelah jatuh, dia langsung berdiri lagi tanpa menangis.
“Naik bus?” Lin Qing He menoleh ke Zhou Qing Bai, tidak peduli dengan tingkah polah ketiga kakak beradik itu. Hal yang wajar jika sekali dua kali mereka berkelahi saat bermain. Dan dia tidak akan ikut campur selama mereka tidak berlebihan.
“En.” Mata Zhou Qing Bai tertuju padanya.
Lin Qing He bisa membaca makna dari tatapan matanya. Pria ini mengungkapkan rasa terima kasihnya padanya. Terima kasih apa? Mungkin karena penampilannya yang penuh dedikasi semalam? atau karena dia rela bangun pagi-pagi membuatkan sarapan untuk mereka?
“Terus saja tidur di sebelah malam ini.” Lin Qing He menolak sambil mengangkat dagunya.
Zhou Qing Bai tidak mempedulikannya dan membawa Fei Ying bersama anak-anaknya keliling desa untuk berjalan-jalan.
Jangan tertipu karena kelemahan fisik Fei Ying, dia adalah penjaga rumah kelas satu. Seorang pria dewasa mungkin tidak sewaspada itu sebelum kehadirannya. Dengan Fei Ying di sini, Lin Qing He bisa tidur nyenyak walau Zhou Qing Bai tidak ada di rumah.
Keluarga Zhou Tua segera menerima berita itu. Mereka mendengar bahwa anjing serigala besar dipelihara oleh keluarga anak bungsu mereka. Kakak Tertua dan kakak lainnya semua datang untuk melihat-lihat.
Memiliki satu anak lagi dalam keluarga sudah sulit untuk dibesarkan selama ini, apalagi seekor anjing.
“Anjing ini sangat bagus.” setelah Kakak Tertua melihat Fei Ying, mau tidak mau dia memberi pujian.
Kakak Kedua dan Kakak Ketiga setuju. Dengan anjing ini di sini, apakah ada yang berani bertindak sombong?
Hanya melihat penampilan anjing ini saja, mereka semua merasa sedikit panik, karena tatapan mata anjing ini tidak ramah.
“Dia dipanggil Fei Ying!” Da Wa mengumumkan.
“Benar. Jangan panggil dia anjing. Itu namanya tidak sopan. Fei Ying punya nama sendiri!” Er Wa menambahkan.
“Fei Ying.” San Wa ikut menyahut sambil memegang Fei Ying tanpa niat untuk melepaskannya.
Ketiga bersaudara itu mengajak Fei Ying berjalan-jalan, yang membuat iri anak-anak di desa itu. Jangankan anak-anak, para remaja juga jatuh cinta ketika melihat anjing kekar ini.
Meski kakinya agak timpang, Fei Ying masih sangat kuat. Hanya karena garda depan satuan militernya melarang adanya anjing cacatlah makanya Fei Ying tidak punya kesempatan untuk kembali beraksi di medan tempur.
Catatan Kaki: