Back to Sixties: Farm, Get Wealthy & Raises the Cubs (English to Indonesia Translation) - Bab 60
- Home
- Back to Sixties: Farm, Get Wealthy & Raises the Cubs (English to Indonesia Translation)
- Bab 60 - Bersikap Selayaknya Kepala Keluarga
BAB 60
BERSIKAP SELAYAKNYA KEPALA KELUARGA
Dalam sekejap, festival Laba pun tiba.
Lin Qing He siap untuk memasak bubur Laba. Dia bangun pagi-pagi untuk membuatnya. Setelah anak-anak bangun, sepanci besar bubur Laba sudah disajikan.
Ketan yang harum dan manis, namun manisnya tidak berlebihan. Dia tidak suka makan yang terlalu manis, jadi dia tidak menambahkan banyak gula.
Setelah bubur Laba selesai dimasak, Lin Qing He segera mengambil mangkuk besar dan meminta Zhou Qing Bai untuk mengirimkannya ke rumah keluarga besar Zhou.
Dia berani menjamin bahwa bubur Laba yang dia buat adalah yang paling enak. Ada banyak bahan dan juga rasanya manis. Jadi bagaimana mungkin rasanya tidak enak, kan?
Rumah Keluarga besar Zhou juga memasak bubur yang sama tapi buburnya dibuat dengan sederhana. Hanya cukup untuk merayakan seperlunya saja. Jadi sudah tentu bubur itu tidak bisa dibandingkan dengan yang dikirim oleh Lin Qing He.
Ayah dan Ibu Zhou tidak makan. Mereka membagikan bubur itu di antara cucu-cucu laki-lakinya. Adapun cucu perempuan, mereka tidak kebagian.
“Benar-benar luar biasa yag gaya hidup Kakak Ipar Keempat.” Kakak ipar Kedua mengomentari bau manis bubur Laba yang dimakan oleh anak-anak.
Tak perlu dikatakan lagi, nada bicaranya agak pahit.
Kakak Ipar Tertua dan Kakak Ipar Ketiga tidak berkomentar. Kakak Ipar Ketiga saat ini tidak memiliki putra, jadi putrinya juga kebagian sedikit. Setelah makan bubur Laba yang diberi orang lain dan berbicara buruk tentang orang lain itu. Tentu adalah tabiat buruk yang tidak bisa dilakukan oleh Kakak Ipar Ketiga.
Hal yang sama berlaku untuk Kakak Ipar Tertua. Dia melihat perut Kakak Ipar Ketiga dan berkata, “Bagaimana perasaanmu?”
Perut Kakak Ipar Ketiga sudah sangat besar. Seharusnya dia sudah bisa melahirkan kapan saja sekarang.
“Sebentar lagi,” jawab Kakak Ipar Ketiga.
Dia bisa merasakannya sendiri. Dia akan segera melahirkan.
Ibu Zhou menghabiskan bubur Laba sebelum datang untuk berbicara dengan Lin Qing He tentang hal itu. Ketika dia datang, Lin Qing He sedang makan bersama Zhou Qing Bai dan anak-anak.
Anak laki-laki itu jelas sangat gembira. Bubur Laba ini benar-benar enak.
Di dalamnya ada nasi kasar, ketan, nasi poles putih, millet, kacang tanah, kacang merah, chestnut dan kurma merah, ditambah gula putih dan gula merah. Itu sangat enak.
Saudara-saudara merasa puas setelah meminumnya.
Bahkan Zhou Qing Bai juga menyukai ketrampilan masak istrinya.
Faktanya, sejak dia kembali, Lin Qing He tidak pernah membuatnya makan makanan tidak enak selama tiga kali sehari. Makanan mana yang tidak membuatnya puas?
Satu-satunya hal yang membuatnya tidak berdaya adalah bahwa istrinya melarangnya bergabung dengannya dalam satu selimut. Ini suatu penyiksaan. Dia berharap suatu hari dia akan bebas dari hukumannya.
“Ibu, apakah kamu sudah makan?” sapa Lin Qing He.
“Sudah. Jangan pedulikan aku. Makan saja,” kata Ibu Zhou.
Meski begitu, Lin Qing He masuk dan mengeluarkan mangkuk lagi. Dia menyendok semangkuk untuk Ibu Zhou dan membiarkannya duduk dan makan bersama.
Ibu Zhou senang dengan sikap istri Keempat saat ini. Meskipun kebiasaannya menghabiskan uang tidak dapat diperbaiki, harus dikatakan bahwa kepeduliannya terhadap pria dan anak-anaknya mengalahkan orang lain.
Ibu Zhou duduk dan makan bersama mereka. Dia mengungkit masalah Kakak Ipar Ketiga.
“Tidak ada masalah di pihakku. Aku akan pergi dan membelinya.” Lin Qing He membenarkan.
“Aku akan memberimu uang dulu,” kata Ibu Zhou.
Lin Qing He melirik ke arah Zhou Qingbai dan melihat dia tidak berkata apa-apa, jadi dia menerimanya, “Kaki babi tidak semahal itu kok. Ketika waktunya tiba nanti, aku akan membeli daging untuk Kakak Ipar Ketiga agar dia bisa makan daging selama pasca melahirkan. “
Ibu Zhou memberi lima yuan.
“Terserah kamu.” Ibu Zhou mengangguk.
Semula daging akan dibagi lagi di akhir tahun. Tapi itu pun belum pasti. Jika pola makan kakak ipar ketiga sangat buruk saat ini, dia mungkin tidak bisa mengeluarkan ASI meskipun dia makan daging setelah melahirkan.
Lin Qing He menerima uang tersebut, jadi pada pagi hari La Shi (dua hari kemudian) ketika matahari belum terbit, Zhou Qing Bai naik sepeda dan membawa lima kaleng daging berlemak, enam kaki dan tiga kaleng perut babi. Ada beberapa iga babi dan ekor babi juga.
Adapun Lin Qing He, dia masih tertidur.
Awalnya, dia ingin pergi, tetapi Zhou Qing Bai menolak dan menyuruhnya tidur lebih lama. Lin Qing He tidak bersikap sungkan dan membiarkan pria itu pergi sendiri.
Semua barang belanjaan yang dibawa kembali selanjutnya menjadi tanggung jawab Lin Qing He untuk didistribusikan.
Lin Qing He membagi bagian Keluarga Besar Zhou sesuai jumlah uang lima yuan yang diberikan padanya. Dia mengatur dua pon daging berlemak dan dua kaki dengan empat sisanya disimpan untuk anak-anaknya sendiri. Dia juga menyisihkan satu jin perut babi dan satu tulang rusuk untuk mereka.
Ini setara dengan nilai lima yuan.
Dan dia memakai standar pedesaan. Jika dia menggunakan standar harga pasar gelap di kota, tentu seseorang tidak akan dapat membeli begitu banyak daging dengan harga lima yuan.
Lin Qing He mengemas barang-barang ini ke dalam keranjang dan mengambil rumput laut. Kemudian dia mengirim semua ke rumah keluarga besar Zhou. Dia sekaligus akan menjenguk Kakak Ipar Ketiga di sana.
Perut Kakak Ipar Ketiga benar-benar besar. Lin Qing He menjadi sedikit ketakutan hanya dengan melihatnya saja. Untungnya, dia tidak perlu melahirkan lagi, kalau tidak dia tidak bisa membayangkannya.
“Kedua kaki babi yang kubawa harus dimakan setelah kamu melahirkan. Daging berlemak dan perut babi juga dibeli sesuai dengan uang yang diberikan oleh Ibu. Minta Kakak Ipar Tertua untuk merebus iga dengan rumput laut menjadi sup untukmu. Ini adalah yang kuberikan padamu. Kamu bisa makan semuanya sendiri. ” Lin Qing He mengklarifikasi.
Kemudian kepada Kakak Ipar Tertua, yang juga hadir di kamar itu dia melanjutkan: “Ketika Kakak Ipar Tertua akan melahirkan, aku akan membelikan hal yang sama juga.”
Dia masih memiliki simpati dengan kedua saudara ipar ini. Jadi dia mengungkapkannya kepada mereka pada saat seperti ini. Itu juga merupakan salah satu cara untuk meningkatkan hubungan persaudaraan, bukan?
“Tidak perlu. Itu cukup mahal.” Kakak ipar Tertua tersenyum.
“Hanya sekali ini saja, jadi tidak akan menghabiskan banyak biaya.” Lin Qing He bersikeras.
Ketika Lin Qing He kembali, Kakak Ipar Ketiga menyatakan: “Ibu Da Wa semakin hari semakin bersikap selayaknya kepala keluarga yang baik ya.”
“Ini memang kemajuan yang luar biasa.” Kakak ipar Tertua mengangguk setuju.
Kakak ipar Tertua menyebutkan tulang rusuk tambahan Lin Qing He untuk Kakak Ipar Ketiga di depan semua orang saat sarapan. Terutama kepada Kakak Ipar Kedua, untuk mencegahnya mengomel nanti seakan Kakak Ipar Ketiga yang mendominasi kompor untuk keperluan pribadi.
Kakak ipar kedua diam secara lisan, tetapi wajahnya cukup jelek. Ketika dia hamil sebelumnya, mengapa dia tidak melihat Lin Qing He melakukan apapun?
Sekarang dia mengirim tulang rusuk ke Ipar Ketiga. Meskipun iga tidak memiliki banyak daging, tetap saja ada pepatah yang mengatakan bahwa apapun yang mengandung minyak adalah hal yang baik. Siapa yang tidak ingin iga gratis?
Tetapi keluarga besar Zhou lainnya tidak mengatakan apa-apa, begitu juga kakak adik Zhou bersaudara. Mereka hanya merasa istri dari adik keempat mereka ini tahu bagaimana harus bersikap baik kepada sesama keluarga sekarang.
Lin Qing He tidak ingin terlalu terlibat dengan masalah Keluarga Besar Zhou. Dia tidak tahu bahwa Zhou Qing Bai ternyata suka makan buntut?
Lin Qing He merebus buntut dengan kedelai. Dia hanya minum supnya saja dan tidak makan apa-apa lagi.
Anak-anaknya tidak pernah menolak apa yang diberikan untuk mereka. Mereka mengunyah dengan cukup gembira. Zhou Qing Bai makan sebagian besar dari hidangan itu.
Sedangkan untuk daging besar berlemak, dipotong kecil-kecil dan dimasak menjadi lemak babi (lard). Sisa minyak yang tersisa akhirnya dijadikan isian. Nanti bisa dicampur dengan telur goreng dan kol sebagai isian baru kemudian dibungkus dengan adonan bakpao.
Karena ada tukang makan dengan nafsu makan besar seperti Zhou Qing Bai di rumah, Lin Qing He berusaha sekuat tenaga menyesuaikan jumlah makanan dengan daya konsumsi suaminya ini. Cuaca saat ini masih membeku, dia tidak takut memanjakan keluarganya bahkan walau dia membuat banyak stok bakpao sekalipun. Hal ini lebih praktis karena kapanpun mereka ingin makan, mereka cukup mengukus dan membuat sup di atas kompor.