Back to Sixties: Farm, Get Wealthy & Raises the Cubs (English to Indonesia Translation) - Bab 64
- Home
- Back to Sixties: Farm, Get Wealthy & Raises the Cubs (English to Indonesia Translation)
- Bab 64 - Bakso Daging
BAB 64
BAKSO DAGING
“Ngomong-ngomong soal daging, sepertinya sudah hampir waktunya pihak tim produksi membagi daging akhir tahun ya. Dong Dong memang diberkati, lahirnya di saat yang tepat.” Kakak ipar Tertua keluar dari dapur dengan bubur telur dan menyela percakapan tidak mengenakkan itu sambil tersenyum.
“Itu benar.” Lin Qing He terkekeh.
“Sebelumnya ketika Da Wa melihat Bibi Ketiganya, dia bertanya kapan adik laki-laki akan lahir agar nanti bisa bermain dengannya. Mata anak itu cukup tajam. Begitu pandangannya mendarat di perut Bibi Ketiganya, dia langsung tahu bahwa itu adalah adik laki-laki.” kata Kakak ipar Tertua.
“Selama dua hari terakhir ini dia selalu heboh minta menjenguk sepupu barunya. Aku bilang saja sama mereka :’kamu monyet kecil jangan sibuk melompat kesana kemari dan membuat orang lain demam’ dan menghentikan mereka untuk datang. Tunggu sampai cuaca agak mendingan, aku akan membiarkan mereka menjenguk sepupu kecil mereka.” kata Lin Qing He. Lalu sambil melihat bubur telur dia lanjut berkata, “Kakak ipar tertua, bawa masuk saja dulu. Aku mau pulang.”
“Baik.” jawab Kakak ipar Tertua.
Lin Qing He pun pulang. Kakak ipar Tertua mengabaikan Kakak Ipar Kedua dan membawa bubur ke Kakak Ipar Ketiga.
“Mencari masalah lagi?” Kakak ipar Ketiga bertanya dengan suara rendah.
“Bukankah sudah jelas. Istri keempat padahal tidak melakukan apa-apa. Dia tetap saja mengacaukan segalanya setiap hari. Entah apa lagi yang dia rencanakan.” Kakak ipar Tertua berbisik.
“Hatinya menyimpan permusuhan,” kata Kakak ipar Ketiga mencemooh.
Adapun mengapa ipar kedua ini memiliki permusuhan, Kakak Ipar Tertua sudah bisa menebak. Karena ipar kedua tidak melihat si istri keempat menjadi jatuh miskin sejak Zhou Qing Bai pensiun, jadi dia merasa sirik.
Sungguh, padahal mereka satu keluarga. Jika istri Keempat jatuh miskin, maka tentu ujung-ujungnya mereka juga yang akan berurusan dengannya, bukan?
Jadi pada akhirnya, siapakah yang menderita?
Sekarang istri Keempat sudah mulai berubah. Dia mengurus keluarganya dengan baik dan kadang juga memberikan perhatian ke keluarga besar Zhou. Meski tidak mendapat apa-apa, tapi anak-anak mereka kadang mendapat bagian dari waktu ke waktu.
Misalnya, bubur Laba sebelumnya sangat lezat. Putranya, Zhou Yang mengunyahnya dengan sangat gembira.
Jadi mengapa dia ingin istri Keempat menjadi jatuh miskin? Kakak ipar Tertua tidak mengerti.
Sama dengan Kakak Ipar Ketiga.
Kedua saudara ipar tidak berbicara lagi.
****
Tim produksi mulai membagikan daging pada 20 Desember.
Ketika Zhou Qing Bai maju, sudah jelas bahwa mereka bisa membeli daging yang enak. Dia sudah kembali dan akan bekerja tahun depan, jadi tim tidak mengatakan apa-apa tentang kedatangannya untuk membeli daging.
Zhou Qing Bai membeli daging tanpa lemak serta tulang rusuk dan tulang besar. Adapun di era ini bagian daging yang populer dan dikenal sebagai daging terbaik adalah daging berlemak, jadi dia tidak bersaing dengan siapa pun untuk mendapatkan daftar belanjaan dagingnya. Bagaimanapun, dia masih tidak memiliki poin kerja. Sedangkan orang yang lain, yang sudah bekerja sepanjang tahun tentu sudah menantikan untuk kebagian daging terbaik berlemak ini.
Keluarganya tidak kekurangan. Saat ini, ada dua jin lemak babi putih di dalam rumah. Jadi dia tidak perlu membeli itu.
Lima jin untuk daging tanpa lemak. Dua jin untuk perut babi. Sedikit iga lagi. Sama halnya untuk tulang besar.
Bagaimanapun, semua stok itu akan bisa digunakan hingga setelah Tahun Baru nanti.
Semua belanjaannya hari ini membutuhkan banyak uang namun Zhou Qing Bai membelanjakannya tanpa ragu. Da Wa dan Er Wa mengekor di belakangnya. Bagaimana dengan San Wa? Dia dijaga oleh Lin Qing He di rumah dan tidak keluar dalam cuaca beku seperti ini. Lagipula untuk apa keluar rumah?
Da Wa dan Er Wa selalu merengek minta main keluar, jadi Lin Qing He pun membiarkan mereka keluar.
“Ibu bilang dia akan menggoreng iga babi untuk kita di Tahun Baru. Pasti akan sangat harum!” Da Wa dengan gembira mengikuti di belakang.
Er Wa juga senang. Matanya cerah dan berkilau.
Setelah kakak beradik ini diasuh dan diurus selama musim dingin, bisa dibilang tubuh mereka terlihat lebih sehat. Mereka tidak masuk angin dan menjadi lebih gemuk.
Zhou Qing Bai membawa dagingnya kembali dan memberitahu Lin Qing He, “Kita akan pergi ke rumah besar Zhou untuk Tahun Baru.”
“Oke. Saat itu, aku akan menggoreng sepanci iga.” Lin Qing He tidak keberatan.
Dia tidak pergi selama beberapa tahun terakhir. Tapi bukankah itu karena suaminya tidak pernah ada di rumah selama Tahun Baru? Karena suaminya ada di sini tahun ini, maka mereka tentu akan pergi ke rumah keluarga besar Zhou.
“Kamu tolong cincang daging ini. Aku akan membuatkan bakso daging untuk mereka.” Lin Qing He mulai memerintahkan Zhou Qing Bai untuk bekerja.
Dia memotong satu jin dari lima jin daging tanpa lemak. Lalu dia membagi dua jin perut babi menjadi dua. Empat jin sisa daging tanpa lemak dan satu jin perut babi semuanya dicincang.
Hanya daging tanpa lemak saja tidak cukup untuk membuat bakso. Menambahkan sedikit daging putih perut babi, akan terasa lebih enak dan harum.
Garam, daun bawang cincang, jahe cincang, telur, tepung terigu, dan pati. Meski bahannya sederhana, bakso yang dihasilkan jelas akan sangat harum dan enak.
Satu jin adonan bakso dibentuk masing-masing seberat 16g bisa menghasilkan sekitar tiga puluh butir. Campuran daging babi tanpa lemak dan perut babi berjumlah lima jins, yang berubah menjadi sepanci besar berisi bakso babi.
Lin Qing He merasa bahwa rasanya enak, sementara Da Wa, Er Wa, dan San Wa terlihat terkagum-kagum. Mereka merasa bakso yang dibuat oleh orang tua mereka adalah yang paling enak di dunia.
“Kita harus menyimpannya untuk Tahun Baru. Jadi kita harus makan dengan hemat sekarang.” kata Lin Qing He.
Setelah memberi mereka masing-masing dua butir bakso, sesi masak pun selesai. Awalnya, dia berencana untuk memberikan satu saja, tetapi ketika mereka sibuk memohon dan menawar akhirnya Lin Qing He menambahkan satu bakso lagi untuk masing-masing anak.
Meski begitu, ketiga bersaudara itu masih ingin bernegosiasi dengan ibu mereka agar bisa diberikan lebih.
Zhou Qing Bai merasa istrinya sangat kreatif untuk urusan makanan. Bakso-bakso itu juga rasanya enak namun karena dirinya memiliki persyaratan yang lebih rendah di bagian makan, jadi memang baginya semuanya terasa enak. Pria ini selalu terlihat menuruti setiap perintah istrinya. Mengenai hal-hal lain, pria ini tidak banyak bicara.
Apakah dia pikir dia bisa makan daging Lin Qing He dengan bersikap penurut seperti ini? Tentu saja tidak.
Melarang dia melakukan bisnisnya? Kalau begitu siap-siap saja untuk tetap melajang seumur hidup.
****
Hari itu, ketika Zhou Qing Bai kembali dari kota kabupaten, dia juga sekalian membawa perangko. Lin Qing He memang sudah berencana untuk mengumpulkan perangko ini, tetapi dia tidak pernah punya waktu untuk membelinya.
Sebelum Zhou Qing Bai keluar rumah, dia mengingatkan suaminya untuk membeli perangko. Dalam perjalanan pulang dia menyuruh suaminya untuk membelikan semua perangko untuknya dan perangko yang dibeli harus salah satu dari setiap jenis perangko yang ada.
“Ibu, kenapa kamu membeli ini?” Zhou Da Wa bertanya dengan bingung sambil memegang perangko.
“Padahal ini tidak bisa dimakan.” Er Wa melirik dan menghela nafas.
Dari kalimat ini jelas tersirat tuduhan dari anak ini bahwa ibunya sudah memboroskan uang. Mau tidak mau mereka melirik ayahnya. Sebagai ayah, kenapa beliau tidak mengontrol Ibu. Bukankah lebih baik membeli sesuatu yang bisa dimakan?
“Minggir kalian.” Lin Qing He mengambil semua prangko itu dan mendengus.
“Ibu, aku ingin bermain.” San Wa berkata sambil memandang perangko di tangan sang ibu.
“Ibu ingin menyimpan ini untuk mainan ibu.” Lin Qing He menyeringai lebar. Kemudian dia memelototi calon konselor yang tidak berguna bernama Er Wa: “Er Wa, apa maksud kalimatmu barusan? Ibumu sudah menjaga dan mengurus kalian baik ayah maupun anak setiap hari. Kenapa pula aku tidak bisa menggunakan uang untuk membeli sesuatu yang aku suka, bukankah begitu? “
“Ibu, kamu bisa membeli apapun yang kamu mau. Minta ayahku untuk memberimu uang.” Er Wa segera memeluknya dan membujuk sang ibu yang terlihat mulai mengomel.
Baru kemudian Lin Qing He mendengus, terlihat puas dengan reaksi sang anak.
Kalau untuk urusan ini, Zhou Qing Bai adalah tipe yang memanjakan istrinya. Tanpa batas. Dengan banyaknya perangko seperti ini sudah pasti dia mengeluarkan biaya yang tidak sedikit namun dia membelinya tanpa ragu sedikitpun.
Seperti yang dikatakan Lin Qing He, dia sudah melayani segala kebutuhan ayah dan putranya setiap hari. Tiga kali makan dengan menu lengkap setiap hari dan merebus air untuk mandi dan rendaman kaki di malam hari, yang merupakan keharusan setiap malam. Mengapa istrinya tidak bisa sedikit memanjakan diri sendiri?
Zhou Qing Bai memperhatikan istrinya yang ceria. Dia tersadar bahwa dia baru mulai mengenal kepribadian sang istri setelah dia pensiun. Dia harus mengakui bahwa dia sangat menyukai kepribadian istri nya ini. Dia senang istrinya selalu bersikap seperti ini dan mau terus tinggal bersamanya.
Lin Qing He yang menerima banyak perangko hari ini terlihat sangat gembira, jadi nada bicaranya pun sedikit lebih baik. Dia pun berkata, “Apa yang kamu inginkan untuk makan malam?”