Back to Sixties: Farm, Get Wealthy & Raises the Cubs (English to Indonesia Translation) - Bab 77
- Home
- Back to Sixties: Farm, Get Wealthy & Raises the Cubs (English to Indonesia Translation)
- Bab 77 - Justru Aneh Jika Dia Tidak Lelah
BAB 77
JUSTRU ANEH JIKA DIA TIDAK LELAH
“Masa lalu adalah masa lalu. Sekarang adalah sekarang. Waktunya telah berubah, kan? Orang harus menjadi cerdas dan bangga ketika memang harus bangga, tetapi begitu momen bangga berakhir, kamu harus tahu saatnya untuk mundur.” Lin Qing He tertawa ringan.
“Ya. Sekarang kamu tidak bisa bangga kan.” Wanita itu terkikik.
“Tentu keadaanku ini lebih baik daripada beberapa orang yang tidak pernah punya sesuatu untuk dibanggakan sebelumnya.” Lin Qing He tanpa benar-benar tersenyum melihat wanita itu.
Kata-kata ini membuat wanita bernama Wang Ling langsung merah karena emosi: “Apa maksudmu dengan itu?”
“Kamu tidak punya otak? Itukah sebabnya kamu tidak bisa mengerti? Kamu kira kamu pantas mengejekku? Bahkan jika suamiku Qing Bai pensiun, aku tidak harus melakukan pekerjaan di ladang. Dia melakukan semuanya untukku, membiarkanku menikmati kebahagiaan di rumah. Apakah kamu memiliki hari-hari penuh kebahagiaan seperti yang diriku miliki? “Lin Qing He mencibir.
Wang Ling menjadi tidak bisa berkata-kata karena marah.
“Jika menilai hidupmu sekarang, jika itu aku, aku tentu tidak akan punya umur panjang. Sudah begitu kamu masih berani meracau di depanku? Karena keluargamu bahkan tidak mampu membeli cermin, seharusnya kamu sadar diri untuk tidak bicara sembarangan dan dengan begitu bisa sedikit menyelamatkan sedikit wajah tua mu itu? Padahal jarak usia kita tidak jauh berbeda, namun sayangnya wajahmu terlihat lebih tua sepuluh tahun dariku dan sudah begitu masih saja berani mengejekku langsung? Siapa yang memberi kamu keberanian sebesar itu? Er Wa, katakan padanya, apa yang keluarga kita makan siang ini.” kata Lin Qing He.
“Perut babi rebus dan telur ditemani nasi putih. Sangat enak!” Er Wa segera merespon.
“Apa kamu dengar itu?” Lin Qing He melirik Wang Ling.
Wang Ling sudah gemetar karena marah, tetapi dia juga tahu bahwa Lin Qing He tidak mudah untuk ditindas. Jika dia terus berdebat, dialah yang akhirnya akan menderita. Jadi dia berbalik dan pergi.
Beberapa wanita lain juga langsung malu. Lin Qing He tidak memperpanjang masalah dengan mereka dan membawa Er Wa dan San Wa pergi untuk menggali sayuran liar.
Ini membuat mereka bernapas lega.
“Apa yang dipikirkan Wang Ling sih? Bukankah dia harusnya berpikir dua kali tentang siapa yang harus di tindas tanpa alasan jelas seperti itu? Memangnya sejak kapan wanita itu cocok jadi target penindasan,” Salah satu dari mereka bergumam.
“Bukankah semua ini karena dia merasa cemburu dan berujung ingin menindas Lin Qing He?” Bibir lainnya juga ikut bergumam.
“Apa yang bisa ditertawakan sih dari kondisi keluarganya? Meskipun Zhou Qing Bai sudah pensiun, wanita mana di desa ini yang bisa dibandingkan dengannya, dia belum pernah ke ladang sejak menikah dengan Zhou Qing Bai.” Orang ketiga juga menyela.
“Siapa yang bisa menyangkal itu? Kudengar dia membeli daging setiap tiga hari atau lebih. Dia benar-benar mampu.”
“Melihat Da Wa dan adik-adiknya, kita juga bisa tahu. Tahun ini mereka tumbuh pesat. San Wa terlihat makin gemuk, seperti bayi yang diberkati dalam lukisan itu.”
(Ilustrasi Lukisan Bayi yang diberkati)
“…” Beberapa wanita terus berbicara, sambil menggali sayuran liar di daerah ini.
Adapun Lin Qing He, dia membawa Er Wa dan San Wa untuk menggali sayur liar di sisi lain. Dia menyingkirkan Wang Ling dari pikirannya. Orang ini memiliki hubungan yang baik dengan Kakak Ipar Kedua dan sering bergosip. Selama dia tidak menusuk di depannya, dia tidak akan peduli. Kali ini, nyalinya sepertinya semakin membesar dan berani langsung memprovokasinya secara langsung. Sudah tentu dia tidak akan segan membalasnya.
Ibu dan anak laki-lakinya mengumpulkan sayuran liar sambil bermain. Karena hujan musim semi turun beberapa hari yang lalu dan hujan ini adalah hujan ringan yang turun selama empat sampai lima hari, Lin Qing He pun berencana untuk naik gunung memetik jamur.
Dengan Er Wa dan San Wa bersamanya, tentu saja, mereka tidak akan masuk gunung terlalu dalam. Mereka hanya mencarinya di pinggiran saja. Tetap saja, mereka berhasil menemukan banyak hal.
Ibu dan anak laki-lakinya pun pergi selama lebih dari satu jam, dan kali ini bisa dianggap sebagai panen yang lumayan besar.
Jamur yang masih utuh diletakkan di atas ayakan untuk dikeringkan dan dijadikan cadangan makanan. Yang bentuknya sudah hancur akan digoreng untuk makan malam malam ini. Jamur-jamur ini terlihat sangat segar dan lezat.
Sayuran liar tinggal dicuci dan digoreng. Masih ada sisa daging babi, iga, dan telur di panci dari makan siang tadi. Di malam hari, dia akan menyajikan dua hidangan. Lalu mantou kukus yang terbuat dari tepung jagung, dan juga semangkuk sup, itu saja sudah cukup.
Lin Qing He membawa pulang Er Wa dan San Wa, membiarkan mereka menuangkan air untuk mereka minum sendiri, dan memberi mereka permen susu masing-masing satu sebelum mereka lari keluar untuk bermain.
Dia mulai memasak pakan babi.
Mayoritas sayuran liar yang dia petik ini untuk pakan babi. Babi di keluarganya berkembang biak dengan sangat baik. Pada akhir tahun saat hari penyembelihan, dua ratus jins jelas bukan masalah.
Jika mereka bisa menghasilkan dua ratus jin daging, bisa dibilang ini adalah ukuran babi gemuk besar di era ini dan untuk itu mereka bisa mendapat poin kerja ekstra.
Dan ketika tiba waktunya untuk membagi daging, bagian paling bagus akan dibagikan untuk keluarganya sendiri.
Meski baunya sedikit menyengat, Lin Qing He masih bisa menahannya. Bagaimanapun, dia hanya bertanggung jawab untuk memberi makan. Sedangkan untuk membersihkan kandangnya adalah tugas Zhou Qing Bai.
Dia selalu memberi mereka babi ini dua kali sehari, sekali di pagi hari dan sekali di siang hari. Sisanya diberi makan oleh Zhou Qing Bai.
Selain itu, beternak babi bukanlah satu-satunya sumber utama pemasukan poin kerja mereka. Jika kotoran babi diberikan kepada tim, maka itu juga akan dihitung sebagai poin. Namun tentu saja ini semua ditangani sendiri oleh Zhou Qing Bai. Lin Qing He tidak akan pernah mau membantu untuk urusan kotoran babi.
Dia punya pria yang bisa diandalkan, jadi dia tidak akan melakukannya. Dia adalah orang yang memperhitungkan segalanya,dia sendiri sadar akan hal itu.
Kalau tidak, mengapa pula dia mau peduli dan mengurus Zhou Qing Bai, pria malang ini.
Setelah memberi makan babi dan menyiram kebun sayur, pekerjaanpun selesai dilakukan.
Lin Qing He mencuci tangan dan wajahnya sebelum memasuki dapur untuk melihat apakah adonan sudah mengembang. Sepertinya sudah hampir kembang sempurna, jadi dia tidak menyentuhnya dulu. Dia mengeluarkan sisa kain di rumah dan membuat sepasang sandal untuk dipakai Zhou Qing Bai di rumah.
Pukul empat, Da Wa kembali dari sekolah. Ketika dia sampai di rumah, dia minum air dan berlari keluar untuk bermain. Lin Qing He tidak keberatan jika ketiga kakak beradik ini sering bermain keluar. Selama mereka menyelesaikan apa yang ditugaskan kepada mereka, apapun yang mereka mainkan, dia jarang ikut campur selama itu tidak berbahaya.
Ketika hampir waktunya, Lin Qing He menyingkirkan semua kain, jarum, benang, dan gunting yang sudah setengah jadi.
Dia menuju ke dapur dan mulai membuat makan malam keluarga yaitu Mantou jagung.
Lin Qing He juga pernah membuat mantou dari gandum utuh. Rupanya, anak-anak tidak terlalu menyukainya. Kalau untuk dia sendiri sih tidak masalah, sementara Zhou Qing Bai juga tidak keberatan.
Karena anak-anak tidak menyukainya, dia akhirnya hanya membuatnya sekali saja. Tapi dia tetap berniat membuatnya beberapa kali lagi bulan depan. Dengan begitu, anak-anak ini akan tahu betapa bersyukurnya mereka bisa makan mantou putih dan mantou tepung jagung. Sehingga mereka tidak terlalu manja nantinya, dan tidak sanggup sedikitpun menderita kepahitan hidup apapun.
Begitulah rencana si Ibu tiri Lin Qing He merencanakan perkembangan mental keluarganya sementara disatu sisi tangannya dengan cepat menyiapkan makanan untuk malam itu.
Jamur tidak dimasak dengan daging babi. Cukup masukkan sedikit sisa sup tadi siang dan makanan itupun sudah enak untuk dimakan. Sayuran liar juga sangat segar. Selain itu, sup lainpun dibuat.
Sangat mudah untuk membuat dua atau tiga hidangan. Semua selesai dalam beberapa saat.
Zhou Qing Bai baru kembali sekitar pukul enam. Meskipun pria itu sepertinya sangat kelelahan, dia tidak pernah mengeluh sedikitpun. Bahkan Lin Qing He saja bisa merasakan betapa lelahnya pria ini hanya dengan melihat kerutan di alis.
Justru aneh jika dia tidak lelah setelah bekerja keras selama itu.
“Basuh dirimu dan bersiaplah untuk makan malam.” kata Lin Qing He.
“Baik.” Zhou Qing Bai memang lapar.
Setelah membasuh wajah, tangan, dan kakinya, dia duduk. Kakak beradik itu kembali pas saat masuk waktunya makan malam.
Setelah makan malam, Lin Qing He memberi tahu Zhou Qing Bai: “Apakah kamu akan meluangkan waktu untuk pergi dan membelikan buku-buku itu untukku?”
“Tim memintaku untuk membeli pestisida dua hari lagi. Aku akan membelikannya untukmu nanti.” jawab Zhou Qing Bai.
“Baiklah.” Lin Qing He mengangguk.
Dia memang sudah tidak muda lagi saat ujian masuk perguruan tinggi kembali dilanjutkan, tapi memangnya kenapa? Gelombang pertama ujian masuk nanti tidak memiliki batasan usia. Dia akan berpartisipasi dalam ujian itu saat waktunya tiba!
“Kamu pasti sangat capek. Langsung istirahat saja setelah mandi. Biar aku yang memberi makan kedua babi itu nanti. Kandang babi bisa dibersihkan besok saja.” Lin Qing He pun menawarkan bantuannya karena mempertimbangkan betapa lelahnya suaminya saat ini.