Back to Sixties: Farm, Get Wealthy & Raises the Cubs (English to Indonesia Translation) - Bab 8
- Home
- Back to Sixties: Farm, Get Wealthy & Raises the Cubs (English to Indonesia Translation)
- Bab 8 - Bubur Telur & Daging Cincang
BAB 8
BUBUR TELUR & DAGING CINCANG
Dia memanggil mereka dan mengelap ketiga wajah kakak beradik itu lalu mencuci tangan mereka lagi baru membiarkan mereka bermain sendiri.
“Ibu, waktunya masak.” Da Wa mengingatkan sang Ibu.
Anak-anak ini sangat cepat lapar. Apalagi sudah jam segini dan mereka baru bangun tidur, pasti perut mereka sudah kelaparan lagi.
Lin Qing He memanfaatkan situasi dimana anak-anak ini masih kecil dan tidak tahu apa-apa dan mereka juga tidak tahu apa yang dibawa olehnya dalam paket besar tadi, jadi dia pun pergi ke dalam kamar seolah-olah mengambilnya dari paket tadi dan mengeluarkan sebuah apel. Tanpa mengupas, dia hanya mencuci lalu membaginya menjadi empat. Dua diberikan pada Da Wa dan Er Wa sedangkan untuk San Wa dia membuat puree apel kemudian menyuapnya.
Da Wa dan Er Wa sama sekali tidak tahu bahwa ada buah selezat ini. Walau mereka hanya mendapat seperempat saja mereka tampak sangat puas.
Lin Qing He sama sekali tidak khawatir akan hal ini karena dia tahu bahwa sudah ada apel dan pir di era ini, namun untuk anggur tentu saja tidak ada. Dia memutuskan untuk memakan anggur secara sembunyi-sembunyi. Dan rencananya dia juga akan memberikannya pada San Wa tanpa sepengetahuan kedua kakaknya, karena anak itu masih belum bisa berbicara.
Sedangkan Er Wa, dia ini terlalu cerdas. Jadi dia tidak berencana untuk memberikan buah itu padanya jadi kedepannya dia tidak akan terlibat masalah yang tidak diinginkan.
Setelah dia memberi makan San Wa, sisa apel itu dimakan oleh Lin Qing He sendiri. Da Wa dan Er Wa yang sudah duluan menghabiskan jatah mereka ketika melihat ibunya juga ikut makan sudah mau protes karena ingin meminta jatahnya. Namun mereka langsung diam ketika Lin Qing He beranjak dari kursi sambil memerintah mereka, “Aku akan memasak daging untuk kalian jadi kalian jaga San Wa dulu.”
Karena sebelumnya mereka sudah sempat memakan bakpao dan juga apel, Da Wa dan Er Wa pun tidak berani protes.
Walau mereka masih sangat kecil dan belum begitu mengerti banyak hal, namun mereka tidak bodoh. Mereka bisa merasakan bahwa ibunya memperlakukan mereka dengan sedikit lebih baik dibandingkan biasanya.
Lin Qing He masuk ke dapur.
Hanya ada satu kompor tanah liat di dapur ini, tapi wajan wok yang ada di atasnya masih dalam kondisi yang bagus walau spatulanya terlihat sangat tua tapi masih bisa digunakan.
(Ilustrasi kompor tanah liat)
Semua ini dibarter oleh si pemilik tubuh dengan keluarga kandungnya setelah dia berhasil pisah dari keluarga besar Zhou. Dia menukarnya dengan harga yang tinggi. Karena peralatan dapur inilah akhirnya pihak keluarga besar Zhou setuju untuk berpisah.
Jika tidak, tentu saja wok adalah masalah besar yang harus mereka hadapi jika terjadi pemisahan keluarga. Kupon industri sangat sulit untuk didapat dan keluarga suaminya tidak memiliki satu kupon pun1.
Walau dapur itu sangat sederhana namun semua rumah tangga di desa ini memiliki situasi yang sama.
Sejak kecil Lin Qing He sudah hidup bersama dengan neneknya di pedesaan. Jadi bukan hal yang sulit baginya untuk menyesuaikan diri dengan penggunaan kompor kuno seperti ini, walaupun dia tidak terbiasa menggunakannya. Selain itu dia juga memiliki ingatan si pemilik tubuh asli. Setelah menyikat wok hingga bersih, dia memanaskan air kemudian mengambil satu pot beras yang sudah dicuci.
Ada beras di tempayan yang satu dan juga tepung di tempayan lainnya. Namun isinya sudah tinggal sedikit. Si pemilik tubuh sama sekali tidak terpikir untuk membeli beras dan tepung dalam perjalanannya ke kabupaten kota tadi, dia hanya kesana untuk membeli bahan kain saja untuk dirinya sendiri.
Lin Qing He menggelengkan kepala, mengambil satu bungkus beras dari ruang penyimpanan ajaibnya dan memasukkan semua isinya ke dalam tempayan tersebut, kemudian dia mengisi penuh kendi telur sebelumnya dengan persediaan telur miliknya.
Ketiga anak itu tidak peduli dengan hal kecil seperti ini dan mereka juga belum tahu cara menghitung. Paling banter mereka tahu akan ada telur dan beras yang lebih banyak. Namun seberapa banyak, mereka tidak tahu. Jadi semuanya bisa diatur oleh Lin Qing He.
Setelah melakukan itu, Lin Qing He mengambil satu tumpuk daging(tanpa lemak) dari ruang penyimpanannya, sekitar 150-200 gr daging. Dia berencana membuat bubur telur campur daging.
Karena pisau yang ada di dapur sudah tumpul, Lin Qing He pun mengambil pisau baru dari ruang penyimpanan kemudian menggunakannya.
Karena ada beberapa anak dirumah, selama dia bisa melakukan semua kegiatan rumah tangga seperti biasa maka dia tidak perlu khawatir. Walaupun ada hal-hal yang diluar kebiasaan, tentu saja tingkahnya tidak lebih buruk dari si pemilik tubuh asli kan?
Selain itu dia sengaja mengumpulkan semua barang-barang ini demi membuat kehidupannya menjadi lebih nyaman, bukan untuk menyimpannya hingga berdebu karena tidak terpakai.
Pisau barunya sangat tajam. Setelah mencuci pisau itu, dia pun dengan mudah mencincang daging tersebut. Tak lama kemudian semua daging itu sudah tercincang rata dan air yang direbus tadi pun sudah mendidih, beras yang sudah dicuci tadi segera dimasukkan ke dalam pot dan dia mulai mengaduknya dengan sendok besar untuk menghindari bagian bawahnya menjadi lengket.
“Ibu kamu masak apa?” tak berapa lama, Er Wa muncul di pintu dapur dan mengerjap sambil bertanya.
Lin Qing He menjawab: “Malam ini kita akan makan bubur telur campur daging cincang.”
“Apakah itu enak?” Er Wa tidak pernah memakan bubur telur campur daging sebelumnya. Namun jika memikirkan ada telur dan daging di dalam bubur, membayangkannya saja sepertinya sudah enak.
“Tentu saja. Kamu bahkan tak sadar bisa menelan lidahmu sendiri sangking enaknya.” kata Lin Qing He.
Er Wa tahu ibunya sedang bercanda, kemudian dia menatapnya lama kemudian berjalan pelan mendekatinya kemudian memeluk kaki sang ibu. Lin Qing He menunduk menatap anak itu, “Kenapa?”
“Ibu, kamu baik sekali.” Er Wa mengatakannya sambil menatap sang ibu.
“Kalian cukup tahu bahwa ibu kalian ini memang baik. Coba kalian bandingkan dengan orang desa lain yang memiliki ibu tiri. Lihat saja bagaimana anak-anak lain itu diperlakukan oleh ibu tiri mereka, lalu coba kalian bandingkan perlakuan ibu terhadap kalian tiga bersaudara.” sahut Lin Qing He.
Ini bukan pernyataan yang salah. Semua keluarga di desa ini yang menikahi lagi, rata-rata wanita baru ini memperlakukan anak dari pernikahan sebelumnya dengan semena-mena, diantaranya memukul dan mencaci maki mereka tanpa ampun. Hidup mereka sungguh tidak mudah.
Er Wa terkekeh, “Ibu, jangan menakutiku.”
“Aku tidak sedang menakut-nakutimu. Jaga adik kalian dengan baik dan aku akan membuat baju baru untuk kalian tahun baru ini.” janji Lin Qing He.
“Baju baru?” Da Wa mendengar kalimat terakhir ini saat dia sedang masuk ke dapur dan matanya pun bersinar.
“Ibu, apa aku juga mendapat baju baru?” Er Wa bertanya dengan khawatir.
Lin Qing He membuka tutup pot itu sambil menjawab tanpa melihat anak-anaknya, “Jadilah anak penurut dan jangan melakukan hal buruk, maka kalian akan mendapat makanan enak dan baju baru. Tapi kalau kalian tidak mau mendengar ibu, maka kalian pakai saja baju yang sudah sobek dan makan panekuk jagung.”
“Aku akan jadi anak baik!” kedua bersaudara ini langsung menyahut secara bersamaan.
“Baik!” San Wa ikut menyahut.
Lin Qin He terkejut dan menatap anak itu: “San Wa sudah bisa bicara?”
“Ah.” San Wa langsung memeluk kaki ibunya dan bertingkah manja.
Dia pun kembali bertingkah seperti biasanya.
Namun Lin Qing He sama sekali tidak khawatir. Berdasarkan tulisan si pengarang, anak ini seharusnya bisa berbicara nanti. Saat dewasa dia akan menjadi orang yang sangat pintar bicara dan bisa menyenangkan banyak anak gadis.
Lin Qing He berkata kepada kedua kakak adik itu: “Kalian tahu dimana telur disimpan kan? Ambil kedalam dan masing-masing bawa dua butir.”
“Tahu.” keduanya langsung mengambil telur itu.
Total empat telur mereka ambil dan seperti dugaan Lin Qing He sebelumnya, kedua kakak beradik itu sama sekali tidak sadar bahwa jumlah persediaan telurnya bertambah. Kemudian dia menyuruh Da Wa mengambil garam. Pada era ini garam yang digunakan bentuknya berbongkah. Lin Qing He melirik sebentar kemudian dia menyuruh semua kakak beradik itu keluar dari dapur.
Kemudian mengambil sebungkus garam miliknya dan menggunakannya.
Karena sekarang dia sudah ada stok di dalam ruang penyimpanan interspastialnya, sudah tentu dia lebih mau menggunakan barang yang sudah dia bawa terlebih dahulu.
Lagipula ada lima puluh pound garam di ruang penyimpanannya.
Setelah buburnya masak, Lin Qing He memasukkan daging cincang tadi dan mulai mengaduk semuanya dengan rata. Dia juga mengaduk telur yang tadi sudah di kocok terlebih dahulu sebelum dimasukkan kedalam bubur tersebut, masukkan sedikit garam kedalamnya dan bubur telur campur daging babi pun selesai.
(Ilustrasi bubur telur campur daging cincang)
Dia tidak tahu apa karena si pemilik tubuh sudah lama tidak memakan daging, tapi bagi Lin Qing He bubur ini sangat wangi dan menggugah selera.
Jadi tidak perlu ditanya lagi dengan ketiga anak lainnya. Semuanya memandang ke dapur.
“Kalian harus tunggu sebentar karena buburnya masih panas sekali.” Lin Qing He mengingatkan mereka sambil mengambil mangkok dan menuangkan satu mangkuk untuk Da Wa dan satu mangkok lagi untuk Er Wa. Lalu kedua mangkuk ini di sisihkan sementara supaya agak dingin.
“Aku bisa meniup makananku sendiri!” kata Da Wa dengan cepat.
“Aku juga bisa!” sahut Er Wa tidak mau kalah.
Dan San Wa yang masih tidak bisa bicara berjalan mendekati Lin Qing He dan berteriak ‘ah, ah’. Matanya melirik ke arah mangkuk bubur dengan putus asa.
Lin Qing He menggendong San Wa dan meninggalkan mangkok bubur itu di dapur agar mendingin serta menggiring Da Wa dan Er Wa keluar dari dapur.
Catatan Kaki: