Back to Sixties: Farm, Get Wealthy & Raises the Cubs (English to Indonesia Translation) - Bab 9
- Home
- Back to Sixties: Farm, Get Wealthy & Raises the Cubs (English to Indonesia Translation)
- Bab 9 - Cara Bicara yang Menjengkelkan
BAB 9
CARA BICARA YANG MENJENGKELKAN
Dia menggendong San Wa keluar dari dapur. Da Wa dan Er Wa ingin memakan bubur itu jadi mereka menolak untuk meninggalkan dapur. Namun Lin Qing He menyuruh mereka melakukan sesuatu: “Pergi dan panggil nenek kalian kemari.”
“Panggil nenek untuk makan bubur juga?” tanya Er Wa.
“Nenek kalian biasanya selalu memperlakukan kalian dengan baik dan sudah merupakan keharusan untuk ikut memanggil beliau datang dan menikmati bubur bersama kita. Anak shaleh itu dasar dari semua kebajikan. Kalian harus menjadi anak berbakti pada orang yang lebih tua, mengerti?” jelas Lin Qing He.
“Ibu, kamu sendiri tidak selalu berbakti pada nenek kan.” kata Er Wa sambil mengerjapkan matanya.
Lin Qing He tersedak mendengar kalimat polos ini dan berpura-pura emosi: “Kalian keluar atau tidak?Kalau tidak mau panggil nenek, kalian semua tidak boleh makan!”
“Aku panggil nenek sekarang!” sahut Da Wa tanpa menunda lagi.
Setelah dia selesai mengatakan hal itu, Da Wa pun langsung melesat keluar pintu dan pergi ke rumah neneknya. Lin Qing He melirik Er Wa. Er Wa langsung bereaksi: “Kan sudah dipanggil sama kakak.”
Maksud anak ini satu saja sudah cukup, tidak perlu dua orang untuk memanggil nenek.
Lin Qing He pun mengabaikannya dan tidak membahas lebih lanjut. Er Wa kemudian berkata: “Ibu aku lapar, aku makan duluan ya.”
“Jika kamu tidak takut saat kakak tertua mu kembali dan memukul mu, ya sudah silahkan saja. Kali ini aku tidak akan menghentikan tindakan kakakmu.” jawab Lin Qing He sambil tersenyum.
Er Wa tahu bahwa kakak tertuanya ini sangat kuat jadi dia pun berhenti bicara dan menunggu dengan sabar.
Walau keluarga mereka sudah berpisah dengan keluarga inti, namun rumah mereka tidak jauh antara satu dengan lainnya. Hanya butuh waktu dua menit saja untuk berlari kesana.
Namun bahkan dengan jarak ini, si pemilik tubuh tidak pernah berkunjung ke rumah itu lagi. Dia tidak pernah menganggap dirinya adalah menantu dari keluarga Zhou dan semua orang di desa tahu akan hal ini.
Karena itulah Ibunda Zhou sangat terkejut ketika Da Wa datang dan mengatakan bahwa ibunya mencarinya.
Dia sangat tahu sifat dari menantu keempatnya ini. Dia biasanya selalu menjauhkan dirinya dari keluarga besar Zhou. Jadi kenapa pula dia tiba-tiba berinisiatif untuk memanggil dirinya kesana?
Mengenai sikap Lin Qing He yang mengirim anaknya untuk mengundang dirinya selain datang sendiri kesini pun dia tidak terlalu ambil pusing, karena menantunya itu sudah pernah bersikap lebih parah dari ini. Contohnya saja saat terjadi keributan waktu ingin lepas dari keluarga besar Zhou. Dia benar-benar bersikap blak-blakan tanpa menahan lidahnya sedikitpun. Dia bahkan mengancam akan bunuh diri bersama dengan bayi dalam kandungannya jika orang tua Zhou tidak mengizinkannya.
“Ibu, lebih baik kamu kesana dan mengecek saja. Mungkin ada hal mendesak yang terjadi.” kata menantu ketiga sambil memegang perutnya yang membesar.
“Bibi ketiga, kapan kira-kira sepupu kami lahir?” tanya Da Wa saat melihat perutnya.
Kalimat ini membuat menantu ketiga keluarga Zhou yang selama ini hanya memiliki anak perempuan pun tersenyum lembut dan menjawab: “Kira-kira dua bulan lagi. Saat waktu itu tiba, apa kalian mau bermain bersama sepupu kecil kalian?”
Bisa dibilang bahwa mata anak kecil itu penuh keberkahan. Dari mulai pertama kali Da Wa melihat perut menantu ketiga dia langsung menyebut sepupu (laki-laki) kecil. Hal ini membuat menantu ketiga yang awalnya sangat tidak menyukai menantu keempat pun (Lin Qing He) akhirnya dekat dengan Da Wa.
“Baik. Kalau sepupu kecil nanti sudah lahir aku akan membawanya main bersama-sama.” janji Da Wa dengan riang.
Setelah itu dia pun dengan tidak sabaran menarik neneknya ke rumah.
Pada dasarnya Ibunda Zhou bukanlah orang yang sangat ramah. Dia hanya memanjakan putra keempatnya saja, karena itulah dia sangat menyayangi cucu-cucunya ini. Mereka juga tahu bahwa neneknya sangat menyayangi mereka kalau tidak bagaimana mungkin mereka berani menarik tangan neneknya seperti ini.
“Kenapa harus buru-buru?” tanya Ibunda Zhou.
Di dalam hatinya dia sibuk memprediksi apa yang sebenarnya diinginkan oleh si menantu keempat ini. Apa sudah tidak ada lagi makanan dirumah dan ingin memanfaatkan panen musim gugur untuk membeli makanan dari keluarga besar Zhou?
Harusnya tidak. Menantu keempat selalu memiliki harga diri yang sangat tinggi. Wanita itu selalu membeli semua barang bagus di pasar dan memandang rendah semua orang dari keluarga besar Zhou.
Mereka punya pasar sendiri di desa ini. Di pedesaan tidak perlu menggunakan kupon untuk membeli makanan, hanya menggunakan uang saja sudah cukup.
Anak keempatnya selalu mengirimkan uang setiap bulan. Kalau melihat bagaimana sehatnya tubuh wanita itu, dia tidak mungkin dalam kondisi kekurangan makanan.
Jika bukan karena putra keempatnya, si gadis malas yang tahunya hanya makan saja sudah kapan-kapan dijambak dan di kritik oleh semua orang.
Ibunda Zhou tidak sedang bercanda. Sekarang ini kondisi sangatlah ketat dan sangat disiplin. Namun karena Zhou Qing Bai lah makanya posisi keluarga besar Zhou sangat dihormati oleh seluruh warga desa.
Si pemilik tubuh asli berpikir bahwa San Wa masih terlalu kecil dan Da Wa masih belum begitu peduli seperti anak perempuan pada umumnya untuk urusan rumah tangga. Dia tidak pernah melakukan pekerjaan di ladang sedikit pun jadi tentu saja mereka tidak kebagian makanan setiap pembagian di akhir tahun.
Dalam setengah bulan mendatang, tim produksi akan menyembelih babi dan membagikan dagingnya ke seluruh warga sebagai imbalan atas kerja keras mereka, namun si pemilik tubuh asli sama sekali tidak memiliki poin kerja sedikitpun. Jika dia ingin makan daging, tentu saja masih ada jalan. Lagian mereka semua bertetangga di desa ini, jadi jika dia butuh dia bisa menggunakan uang untuk membelinya dari tim produksi tadi. Tapi sudah pasti daging yang dia dapatkan adalah daging sisa setelah seluruh tim membagi ke semua penduduk desa terlebih dahulu.
Tapi tetap saja walau di bilang sisa, dagingnya tetaplah bagus. Pada era ini, semua makanan yang mengandung minyak dianggap sebagai makanan yang bagus.
Si pemilik tubuh asli pernah melakukan hal itu dan tidak peduli apa pendapat orang lain terhadap dirinya, dia wanita yang sangat boros dan menikahi wanita sepertinya seperti mendapat kutukan kemalangan sebanyak tiga generasi bagi laki-laki baik seperti Zhou Qing Bai.
Tentu saja, semua yang berpikir seperti ini kebanyakan adalah wanita. Setiap si pemilik tubuh asli berjalan lenggak lenggok dengan tubuhnya yang sehat dan wajah yang cantik, semua orang mau tidak mau meliriknya berkali-kali. Kemudian semuanya akan berpikir bahwa Zhou Qing Bai sungguh tidak diberkahi langit. Menikahi gadis cantik seperti ini tapi tidak pernah bisa tidur dengannya lebih dari dua atau tiga hari dalam setahun.
Bukan berarti pemuda di desa itu tidak memiliki niat buruk saat melihat gadis cantik seperti ini, tapi kondisi sosial saat itu sendiri merupakan sistem keamanan terbaik desa, siapa pula yang berani melakukan hal buruk jika sanksi sosialnya sangat tinggi?
Selain itu mereka juga harus melihat siapa suami wanita itu. Dia adalah wanitanya Zhou Qing Bai, menantu dari keluarga besar Zhou.
Walaupun keluarga Zhou merasa sangat tidak puas dengan tingkah laku menantunya yang meminta berpisah dari keluarga utama, belasan atau puluhan orang dari keluarga Zhou tidak akan ragu untuk bersatu menghajar orang luar yang berani melakukan hal buruk pada keluarga mereka.
Pada masa ini, orang-orang sangat mengutamakan kelahiran anak laki-laki dalam tiap keluarga tepatnya karena alasan ini.
Jadi bisa dibilang, jika tidak ada anak laki-laki di rumah maka tidak akan ada orang yang bisa membela mereka jika terjadi pertikaian dengan orang lain.
Namun alasan paling penting tentu saja karena si pemilik tubuh ini yang selalu memiliki mimpi yang tinggi untuk menjadi istri dari pejabat tentu saja memandang rendah semua pemuda yang ada di desa itu dan menganggap mereka semua kampungan.
Jangankan pemuda, dia bahkan sering memandang rendah semua pemuda terpelajar yang kadang kembali dari studinya di kota besar.
Namun karena mimpi itu nantinya akan pupus, maka tentu saja standar yang awalnya tinggi itu pun disesuaikan dengan situasinya nanti.
Sepanjang jalan Ibunda Zhou sudah memikirkan berbagai hal negatif yang dilakukan si menantu keempat. Setiba di rumah cucunya dan melihat menantu keempatnya membawa semangkok bubur telur campur daging cincang barulah dia tertegun: “Darimana kamu mendapatkan daging babi?”
“Aku membelinya di salah satu sudut kabupaten kota tadi.” jawab Lin Qing He santai sambil menggendong San Wa.
‘Salah satu sudut’ yang dia maksud ini tentu saja pasar gelap, namun tentu saja dia tidak mengatakannya secara langsung didepan anak-anaknya.
Di kabupaten kota terdapat sebuah pasar gelap, tempat ini adalah sebuah pusat transaksi pribadi. Si pemilik tubuh sudah sering mengunjungi pasar gelap ini beberapa kali namun bukan untuk membeli daging dan gandum, tapi membeli bahan kain.
Dia membeli satu jin bahan kain di Koperasi Permintaan dan Penawaran1 sedangkan sisa jin lainnya dibeli di pasar gelap.
Ibunda Zhou langsung mengerti maksud menantunya ini. Dia tahu menantu yang satu ini sangat berani, namun dia tidak pernah menyangka bahwa dia akan seberani itu. Dia bahkan berani pergi ke pasar gelap!
“Ibu, kamu tidak perlu menegurku. Putra-putraku ini semuanya lagi dalam masa pertumbuhan. Bagaimana mungkin mereka bisa bertahan jika awal tahun saja mereka tidak mengkonsumsi daging?” kata Lin Qing He.
Dalam hati Ibunda Zhou berkomentar, ‘Aku tidak pernah melihat kamu peduli dengan anak-anakmu sebelum ini. Jika memang ada niat terselubung sebaiknya cepat katakan sekarang, tidak usah bertele-tele.’
Lin Qing He berkata: “Hari ini aku membuat terlalu banyak bubur, selain itu panen musim gugur ini pasti membuat kalian semua sangat sibuk, ibu, silahkan makan ini sebagai tambahan nutrisi untuk tubuhmu,”
Kalimat ini bukan hal yang mencengangkan jika dikatakan oleh ketiga menantu lainnya, namun siapa sangka kalimat ini justru keluar dari mulut menantu keempat, jadi tentu saja ibunda Zhou harus meningkatkan kewaspadaannya.
“Cepat mengaku, apa terjadi sesuatu padamu?” tanpa bertele-tele Ibunda Zhou pun langsung bertanya.
“Aku membeli kapas dan kain dari pasar gelap hari ini dan rencananya aku ingin membuatkan tiga pasang baju untuk ketiga anakku, namun kemampuanku dalam menjahit pakaian anak-anak tidak sebagus kemampuanku menjahit baju orang dewasa. Ibu maukah kamu membawa bahan baju dan kapas ini ke menantu ketiga, aku melakukannya karena takut menghancurkan kain yang bagus dengan sia-sia jika menjahitnya sendiri. Kemampuan jahit menantu ketiga sangatlah bagus diantara ketiga menantu lain selain itu aku juga lebih senang dengan dia dibandingkan dua menantu lainnya. Jika nanti bahannya ada sisa, anggap saja itu kain gratis untuk beliau.” ucap Lin Qing He.
Kalimat ini diucapkan olehnya dengan cara bicara yang sangat menjengkelkan. Namun inilah cara bicara yang biasa digunakan oleh si pemilik tubuh yang asli.
Catatan Kaki: