Grocery Store No. 514 (English to Indonesia) - Bab 3
25 Oktober 3020, pada ruang otopsi divisi forensik di Biro Kepolisian, Su Ke, ketua Tim forensik sedang membedahmayat. Dan Jiang Chengyan-Kapten dari Investigasi Kriminal, membuka pintu ruangan lalu masuk ke dalam.
“Su Ke, kau belum beristirahat selama dua hari. Jika kau terus seperti ini, bahkan badan besi pun tidak akan bertahan.”
Melihat lingkaran mata Su Ke yang sangat keras, Jiang Chengyan merasa khawatir.
“Aku baik-baik saja. Tapi, sangat jarang melihatmu memakai masker, kenapa kau sangat sadar diri hari ini?”
Jiang Chengyan tanpa sadar menyentuh bagian kiri wajahnya dan berkata, “Aku flu, takut jika itu akan menular. Bagaimana? Apa sudah bisa kau memprediksi waktu kematiannya sekarang?”
“Waktu kematian korban antara 22:00 -23:00 pada 22 Oktober 2022.”
“Dan penyebab kematiannya?”
“Karena tidak ada kepala, lehernya dipenggal menggunakan alat yang tajam. Lukanya sangat kasar yang membuatnya menghancurkan banyak bukti. Aku tidak bisa memastikannya untuk saat ini, tapi 90% kemungkinan korban meninggal karena asfiksia mekanis.”
“Apakah kau bisa mendekteksi residu obat di tubuhnya?”
“Tidak. Selain luka-luka sayatan, ada banyak luka dari perlawanan diri pada tubuh korban. Dia pasti melawan dengan si pembunuh sebelum meninggal.”
“Apa kau bisa mengetahui umur korban?”
“Pria, melihat dari tulangnya umurnya sekitar 35 – 40 tahun. Jari-jarinya hancur terkorosi oleh asam sulfat yang membuatnya sulit diekstrak untuk mengecek sidik jarinya. Dan DNA-nya juga gagal terdeteksi di database, membuat kita semakin sulit untuk mengidentifikasi selain dengan menemukan kepalanya.”
“Pembunuh itu menghancurkan sidik jarinya karena tidak ingin kita mengidentifikasinya. Aku takut jika kepala korban tidak akan mudah untuk ditemukan.” Jiang Chengyan hanya bisa menghela napas.
“Itu memang akan membuatmu sulit untuk menemukannya dari informasi orang hilang. Selama kondisinya mirip, kita bisa mencoba untuk membandingkan DNAnya langsung untuk memeriksa identitasnya.”
“Apakah ada petunjuk lain di tubuhnya yang bisa membuktikan identitasnya?”
“Untuk saat ini, aku belum menemukannya. Tapi aku akan berusaha.”
Jiang Chengyan menepuk pundak Su Ke dan berkata, “Kau sudah melakukan pekerjaan yang baik. Cepatlah pergi untuk istirahat. Serahkan sisanya kepada Hu Yang dan Xiao Zhang. Ini sudah sangat lama, sudah waktunya untuk mereka latihan.”
Su Ke melihat ke arah mayat itu sembari melepaskan sarung tangannya, “Ok, ayo serahkan ini pada mereka. Aku akan tidur sebentar dan berbenah.”
Mereka berdua keluar dari ruang otopsi, Su Ke menjelaskan pada Hu Yang dan Xiao Zhan apa yang harus dilakukan selanjutnya, kemudian dia kembali pulang ke rumah. Sementara Jiang Chengyan mengajak Wang Bin menuju perusahaan pembuangan sampah untuk mencari tahu kapan waktu mereka membersihkan sampah di tempat kejadian.
***
Saat semua orang di tim Investigasi Kriminal sibuk mengumpulkan bukti tanpa henti, Ling Hua’an masih tertidur dan tidak bangun sampai siang hari. Ketika ia membuka matanya, semuanya masih hitam gelap. Dia terdiam untuk beberapa saat sebelum bergerak duduk, melihat Wang lei yang berada di sisi kasur, dan berkata pelan, “Aku sudah mengatakan jika kau tidak boleh masuk.”
Tubuh Wang Lei gemetaran dan berkata dengan takut-takut, “Laoban, hantu tanpa kepala itu entah kenapa bisa keluar dari dalam lonceng. Dia-dia merebut ruang tamu, aku tidak berani untuk tinggal disana, jadi…”
Liang Hua’an mengerutkan keningnya, dia meraba-raba untuk mencari lonceng itu. Sepertinya saat dia mandi kemarin, dia lupa untuk mengeluarkan lonceng itu dari kantongnya. Pasti lonceng itu terkena air yang membuat karakter di dalamnya basah dan kehilangan kekuatannya.
Ling Hua’an meraba-raba untuk bangun dari kasurnya, memakai sandal dan berjalan keluar dari kamar tidurnya. Saat melihat hantu tanpa kepala itu melayang di sofa, dia mengerutkan keningnya, “Sofa ini berharga 18,000 yuan. Itu akan dimasukkan dalam komisi nanti.”
Hantu tanpa kepala itu tertegun, lalu berkata, “Tuan, aku hantu. Walaupun aku berbaring disana, itu tidak akan membuatnya kotor. Jadi aku tidak perlu membayarnya.”
“Aku punya mysophobia. Jika ada orang lain yang menyentuh apapun di rumah ini, aku harus menggantinya.” Ling Hua’an melihat lurus ke arah hantu tanpa kepala dan berkata, “jadi, apa saja yang sudah kau sentuh?”
Hantu tanpa kepala itu cepat-cepat malayang turun dari sofa dan berkata, “tidak, tidak, aku belum menyentuh apapun selain sofa.”
Ling Hua’an berjalan ke ruang kerja, mengambil sebuah handuk basah dan membersihkan karakter yang ada di bel itu. Setelah itu dia mengambil sekotak cinnabar dari laci. Dia menguraikannya dengan air bersih sambil mengambil sebuah kuas lalu memfokuskan diri untuk menulis karakter di atas bel itu. Ketika seluruh karakter sudah tertulis, satu setengah jam berlalu. Dia meletakkan bel itu di pinggir jendela untuk mengeringkannya, lalu meraba-raba mengambil bel yang sudah kering itu keluar dari ruang kerja.
Mantra itu mengalun dalam kesunyian, Ling Hua’an kembali menarik hantu tanpa kepala itu ke dalam bel. Wang Lei merasa lega dan kembali ke posisi istimewanya dengan disiplin.
Dingdong dingdong, suara bel pintu terdengar, Ling Hua’an mengerutkan keningnya, dan berjalan ke arah pintu depan, bertanya, “siapa?”
“Ge, ini aku. Cepat bukalah pintunya, aku membawakanmu sesuatu yang enak.”
Suara yang ia kenal dengan nada manja membuat Ling Hua’an menaikkan alisnya, dia membuka pintu rumahnya dan berkata, “hari ini bukan akhir pekan, mengapa kau datang?”
“Aku tidak ada kelas pagi ini. Ge, aku berkunjung jauh-jauh untuk membelikanmu tahu dan youtiao, apa kau menghadang pintu dan tidak akan membiarkanku masuk?”
Mendengar nada manjanya, Ling Hua’an merasa tidak berdaya, dia minggir ke samping untuk membuka pintu, “masuklah.”
Lu Hao meletakkan barang yang ia bawa di meja ruang tamu, dengan biasa mengambil peralatan dari dapur, dan berbicara sembari merapikannya, “Ge, aku tidak melihatmu untuk beberapa hari. Mengapa aku merasa jika berat badanmu turun lagi, apakah kau tidak makan dengan teratur akhir-akhir ini?”
“Itu hanya perasaanmu.” Ling Hua’an berjalan ke meja, menarik kursi dan duduk.
Lu Hao meletakkan semangkuk tahu di depan Ling Hua’an dan berkata, “Perasaan? Mungkin karena aku jarang berkunjung, akhir-akhir ini… Ge, aku ingin pindah dan tinggal bersamamu.”
“Tidak.” Ling Hua’an menolak dengan langsung. Dia sering didatangi hantu dan energi Yin disini sangat kuat, jika orang normal tinggal dalam waktu yang lama, itu akan membahayakan mereka.
“Ge, sebelumnya kau bilang jika aku terlalu kecil dan tidak bisa mengurus diri. Sekarang aku sudah besar, aku juga belajar memasak dan bisa melakukan pekerjaan rumah. Aku bisa mengurusmu.”
Kalimat Lu Hao membuat Ling Hua’an merasakan kengahangan di hatinya. Setelah ayahnya meninggal, ibu mereka menikah lagi. Hubungannya dengan ibunya menjadi semakin jauh. Lalu Lu Hao lahir, entah bagaimana Lu Hao dekat dengannya. Ketika Douding1 masih kecil, dia masih belum bisa bicara. Dia hanya tahu bagaimana cara menatapnya dan tersenyum bodoh. Kemudian, saat dia sudah bisa berjalan, dia akan berlari mengejarnya sepanjang hari. Saat menggenggam tangan mungil dan lembut milik Lu Hao, rasa kesepian Ling Hua’an terasa hangat, dan hubungannya dengan Lu Hao pun menjadi semakin dekat. Sejak Ling Hua’an keluar dari rumah itu di usianya yang ke delapan belas tahun, anak ini dari waktu ke waktu selalu membuat masalah agar bisa tinggal bersamanya. Dan dalam sekejap mata, hal itu sudah terjadi hampir satu dekade. Dan sekarang, dia masih tetap ingin untuk tinggal bersama.
“Kau sudah cukup besar untuk kehidupanmu sendiri. Tapi, aku sudah terbiasa sendiri.”
“Ge, kau bersikap tanpa alasan!” Lu Hao memprotes, “dulu kamu tidak menyukaiku karena tubuhku kecil dan sekarang kau masih tidak menyukaiku juga setelah aku tumbuh. Aku merasa kau tidak mencintaiku lagi.”
Ling Hua’an memijat keningnya tak berdaya sambil berkata, “aku sudah terbiasa melihatmu sangat manja dan bersikap tanpa alasan.”
“Ge, aku tidak peduli. Aku hanya ingin tinggal bersamamu, dan juga tempat ini dekat dengan sekolahku.” Lu Hao menarik tangan Ling Hua’an dan berkata dengan manja, “Ge, katakan iya.”
“Tidak, aku punya privasi dan tidak akan nyaman bagimu untuk pindah ke sini.”
“Privasi?” Lu Hao tertegun, dan dia bertanya dengan menggebu, “Ge, kau tidak berkencan bukan? Siapa kakak iparku? Apakah dia cantik? Apa pekerjaannya?”
“Bagaimana kau pikir rupanya, bisakah aku melihatnya?”2
“Ge, maap. Aku tidak bermaksud seperti itu.”
“Lupakan. Ayo makan, tahunya akan dingin.”
Setelah berhasil memenangkan Lu Hao, Ling Hua’an menghela napas lega. Anak ini pandai dalam beberapa hal, hanya saja ia banyak bicara, yang membuat Ling Hua’an yang menyukai kesunyian menjadi sakit kepala.
Karena perasaan bersalah, Lu Hao menyelesaikan makannya dalam diam, sambil menahan rasa penasaran yang kuat sampai ia menyelesaikan membersihkan peralatan makan. Dia menggesekkan tubuhnya ke Ling Hua’an sambil dan bertanya, “Ge, siapa dia? Bagaimana kalian bertemu dan kapan aku bisa bertemu dengannya?”
Ling Hua’an terdiam untuk beberapa saat dan berkata dengan tenang, “dia seorang pria.”
“Apa?” Lu Hao menatap Ling Hua’an dengan terkejut dan berkata, “Ge, apakah aku mendengarnya dengan baik? Apakah kau mengatakan jika kakak ipar adalah seorang ria?”
Ling Hua’an menganggukkan kepalanya dengan tenang, “Aku menyukai pria. Aku gay.”
“Jadi itu alasan mengapa kau tidak membiarkanku pindah? Apakah kau takut aku tidak akan menerimanya?”
“Apa kau menentangnya?” Walaupun Ling Hua’an bersikap tenang, sebenarnya dia merasa cemas saat menghadapi Lu Hao. Biar bagaimanapun, dia adalah orang yang paling dekat dengannya.
“Kenapa menentang?” Lu Hao menarik lengan Ling Hua’an dan berkata sambil tersenyum, “Ge, kau adalah orang yang paling dekat dan kusayangi. Selama kau bahagia, walau kau menyukai pria atau wanita, itu tidaklah penting. Dan juga, kau orang yang sangat baik. Jika kita tidak terikat sedarah, aku juga akan mendekatimu.”
Ling Hua’an merasakan kehangatan di hatinya, dan ujung bibirnya terangkat, lalu dia mengelus kepalanya dan berkata, “bodoh, aku buta dan gay. Bagaimana kau bisa menilai aku baik?”
“Ge, jika kau berbicara tentang dirimu seperti itu lagi, aku akan sedih. Biarpun kau memiliki disabilitas, saat kau berusia 18 tahun kau sudah mandiri. Rumah ini dan mobil, semua itu kau beli dengan uangmu sendiri, dan juga tumpunak bukti donasi di laci. Selama sepuluh tahun kau sudah membantu ratusan siswa tidak mampu di pegunungan, aku tahu itu semua. Di hatiku, tidak ada yang lebih baik dari mu, Ge.”
“Kau bocah nakal. Apa ada tempat di rumahku yang belum kau sentuh?” Ling Hua’an menyentil dahi Lu Hao.
“Saat aku bersih-bersih, aku tidak sengaja melihatnya.” Lu Hao mengelus dahinya dan kembali bertanya dengan rasa penasaran, “Ge, kau belum memberitahuku siapa kakak ipar”
“Kakak ipar apa? Tidak ada kakak ipar. Aku hanya mengatakan jika aku menyukai pria, kapan aku bilang jika aku berkencan?”
“Kau belum berkencan? Kalau begitu bagus, aku bisa pindah dan tinggal bersama Ge-ku.”
Setelah berbicara panjang lebar, topik pun kembali seperti semula. Ling Hua’an dibuat pusing karenanya dan berkata dengan tidak berdaya, “walaupun orang itu tidak ada sekarang, bukan berarti dia tidak akan ada di masa depan. Itu akan sangat tidak nyaman jika kau pindah kesini.”
“Ge, katakan sejujurnya, apa kau memiliki seseorang yang kau sukai?”
Mendengar pertanyaan Lu Hao, nama Jiang Chengyan langsung muncul di pikiran Ling Hua’an.
“Ge, selama kau mengatakan jika kau memiliki orang yang kau sukai, aku akan menarik ide untuk pindah kesini dan tidak akan mengganggu dunia kalian berdua.”
Ling Hua’an berkata dengan kesal, “Simpan semua itu. Jika aku mengatakan tidak, berarti tidak. Jika kau membuat masalah lagi, jangan pernah datang kesini lagi.”
“Ge, beritahu aku. Aku berjanji tidak akan bertanya ini lagi. Kalau tidak, aku tidak akan pergi dan tinggal disini.”
_TBC_