Grocery Store No. 514 (English to Indonesia) - Bab 4 - Hantu Tanpa Kepala
“Ge, orang itu bukan Yan Yu-ge, kan?”
Yan Yu adalah satu-satunya teman Ling Hua’an dan juga partner kerjanya. Karena keterbatasannya, Ling Hua’an biasanya membiarkan banyak hal di urus oleh Yan Yu. Jadi, tebakan Lu Hao masuk di akal.
“Bocah bau, apa kau tidak ada kelas siang ini? Jam berapa sekarang? Cepat pergi.”
Lu Hao melihat ke arah jam dinding di ruangan itu danmulai panik, “Aiya, kenapa sudah jam segini? Ge, aku harus bergegas. Siang ini adalah subjek kelas lamaku. Besok itu akhir pekan, aku akan datang untuk menginap disini.”
Tanpa menunggu penolakan dari Ling Hua’an, Lu Hao cepat-cepat melangkah ke pintu keluar dan tidak sengaja berpapasan dengan Yan Yu yang kebetulan berniat untuk mengetuk pintu.
“Opps, Yan Yu-ge, maaf. Aku tidak sengaja…”
Yan Yu melangkah menjauh untuk memberi jarak diantara mereka sambil berkata, “tak apa.”
Melihat dua orang dihadapannya, Lu Hao menyunggingkan senyuman di ujung bibirnya dan berkata, “Yan Yu-ge, aku pergi dulu. Aku ada kelas siang ini. Kalian berdua berbincanglah.”
Yan Yu menganggukkan kepalanya pelan dan melihat Lu Hao masuk ke dalam lift.
“Masuklah, jangan berdiri di ambang pintu.”
Yan Yu masuk lalu menutup pintu itu, dan langsung berkata, “Hua’an, ada kabar tentang hal yang kau minta untuk ku investigasi. Ada dua orang yang cocok dengan kondisi orang itu. Satu bernama Shen Qiuhua, 38 tahun adalah seorang pelukis terkenal di Huacheng. Sekarang dia adalah seorang profesor departemen art di Huacheng University. Dia memiliki seorang anak lelaki berusia tujuh tahun bernama Shen Han. Dan satu lagi, Jiang Changmin, usia 35 tahun juga seorang pelukis terkenal di Huacheng. Sekarang di memiliki sebuah galeri dan juga punya seorang anak laki-lakik berusia lima tahun bernama Jiang Xiaohan.
“Shen Qiuhua dan Jiang Changping, apa kau merasa kenal dengan dua nama itu?”
Hantu tanpa kepala itu dapat mendengar percakapan di antara mereka dengan jelas. Ketika dia mendengar nama Jiang Changping, dia merasa tidak asing. Dia lalu membalas dengan tidak yakin, “aku rasa aku mengenal nama Jiang Changpin.”
“Ok…” Ling Hua’an melihat ke arah Yan Yu dan berkata, “ayo, klien kali ini pasti Jiang Changping.”
Yan Yu tidak terkejut dengan Ling Hua’an yang berbicara sendiri. Dia melangkah ke depan pintu untuk mengambil tongkat lalu memberikannya kepada Ling Hua’an. Kemudian membuka pintu dan berjalan keluar terlebih dahulu, “hati-hati dengan ambang pintu.”
Mereka berdua berkendara menuju Changping Gallery yang dikelola oleh Jiang Changping, dan memarkir mobil. Yan Yu keluar terlebih dahulu, membuka pintu untuk Ling Hua’an dan secara alami meletakkan tangannya di atas pintu mobil, “turunlah, kita sudah sampai.”
Ling Hua’an berkata dengan tidak berdaya, “Yan Yu aku bisa melakukannya sendiri, kau tidak perlu seperti itu.”
Yan Yu membalas dengan lembut, tapi dia tetap seperti sebelum-sebelumny, melakukan apa yang harus ia lakukan.
Ling Hua’an bertemu dengan Yan Yu karena kakek Yan Yu di bunuh. Ling Hua’an membantunya untuk menemukan kebenaran atas kematiannya, agar beliau bisa memiliki kesempatan untuk bereinkarnasi. Ling Hua’an sudah mengambil komisi miliknya.
Menurutnya, hal ini sudah selesai, tapi Yan Yu sangat keras kepala dan bersikeras membalas apa yang sudah Ling Hua’an lakukan, meninggalkan perusahan besarnya untuk menjadi rekan kerja Ling Hua’an.
Keterbatasannya membuatnya membutuhkan seseorang untuk membantunya, dan akhirnya dia pun menerimanya. Namun, hal baiknya adalah Yan Yu memiliki kemampuan yang kuat. Dia tidak hanya bertanggung jawab atas perusahaan besar miliknya, tetapi juga memiliki waktu untuk bekerja dengannya, yang membuat Ling Hua’an merasa lega.
Yan Yu melangkah maju untuk membuka pintu kaca, berdiri diambang pintu dan membantu Ling Hua’an masuk ke dalam.
Melihat kedatangan pengunjung, penjaga toko itu cepat-cepat menyapa mereka, “selama siang tuan-tuan, apakah ada yang ingin kalian pesan?”
Ling Hua’an berkata tanpa basa-basi, “Apakah bosmu ada di sini? Kami datang untuk menemuinya.”
Penjaga toko itu berkata dengan malu, “Maaf, tuan-tuan… bos kami biasanya tidak ada di sini. Jika ada yang ingin kalian sampaikan, katakan saja padaku.”
“Aku ingin mengadakan pameran. Aku sudah berbicara dengan bosmu sebelumya, tapi aku kehilangan ponselku beberapa waktu lalu bersamaan dengan kontak informasinya. Jadi aku datang kesini untuk menemuinya.”
“Baik, kalian berdua tunggulah di ruang tunggu. Aku akan menghubungi boss kami.”
Ling Hua’an menganggukkan dan berjalan ke ruang tunggu dengan bantuan Yan Yu. Belum lama dia duduk, penjaga toko itu datang dan berkata dengan nada bersalah, “Maaf, ponselnya tidak tersambung. Bagaimana jika kalian mencatat nomornya dan menghubunginya langsung?”
“Tidak tersambung? Apakah tidak ada yang menjawab atau ponselnya mati?”
“Ponselnya mati. Mungkin kehabisan daya.”
“Ugh. ini benar-benar penting untukku. Jika aku tidak bisa menghubunginya, maka aku akan mencari di tempat lain.”
Saat penjaga toko itu mendengar itu, dia terlihat ragu. Sangat jelas jika dia tidak ingin kehilangan Ling Hua’an, seorang pelanggan besar.
“Bagaimana jika seperti. Aku akan menghubungi istri bos kami dan bertanya dimana dia. Lalu aku akan meminta bos kami untuk menghubungimu. Bisakah kau menunggu sebentar?”
Ling Hua’an merenung sejenak dan berkata, “ok, kau bisa menelponnya dulu.”
Penjaga toko itu mengambil ponselnya dan melangkah ke pinggir. Lalu penjaga toko lainnya datang dengan dua cangkir teh yang menyapa sambil tersenyum, “silahkan diminum tehnya, sambil menunggu.”
Ling Hua’an tersenyum dan berterima kasih, tetapi dia berniat untuk meminum teh itu.
Setelah beberapa saat, penjaga toko sebelumnya datang kembali dan berkata, “Bos tidak ada di rumah, dan istri bos tidak bisa menghubunginya. Kenapa kau tidak meninggalkan kontak informasimu dan aku akan menghubungimu saat bos kembali?”
Yan Yu mengeluarkan kartu namanya dari kantongnya, memberikannya kepada penjaga toko itu dan berkata pelan, “kami hanya menunggu selama satu hari.”
Mereka berdua tidak tinggal lebih lama lagi dan segera beranjak pergi meninggalkan galeri. Ling Hua’an menyentuh bel di kantongnya dan berkata, “bagaimana? Apa kau merasakan mengenal tempat itu?”
“Ya. aku yakin pernah berada disini sebelumnya.” nada hantu tanpa kepala itu terdengar sedikit bersemangat.
“Kemungkinan besar kau adalah Jiang Changping.
“Apa yang akan kau lakukan sekarang?”
“Kau tidak perlu khawatir. Jika kau mengingat sesuatu, jangan menutupinya. Katakan saja padaku.”
***
Setelah hari yang sibuk, kepala dari korban masih belum ditemukan. Walaupun beberapa orang yang dilaporkan hilang masuk dalam kriteria, itu masih membutuhkan waktu untuk menbandingkan DNA mereka.
Kamera pengintai di pintu masuk gang rusak dan belum diperbaiki, yang paling dekat dengan TKP adalah kamera pengintai di pintu masuk barbershop, sedangkan yang lainberjarak sangat jauh dan memiliki banyak pintu keluar.
Identitas dari korban masih belum bisa dikonfirmasi, pria dan wanita muda yang berada di tempat kejadian juga tidak bisa ditemukan. Kasus ini memasuki jalan buntu sebelum dimulai.
Melihat jam, saat itu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Jiang Chengyan bersuara lantang, “ok, kita sudahi hari ini. Ayo lanjutkan besok, sekarang pulanglah!”
Kasus ini memasuki jalan buntu. Semua orang merasa kesal dan tidak ada gunanya untuk mereka tinggal lebih lama. Lebih baik kembali pulang untuk mengisi tenaga sembari menunggu hasil dari perbandingan DNA.
Orang-orang pergi satu per satu, Jiang Chengyan berbalik dan pergi ke forensik deparemen, dan kebetulan dia berpapasan dengan Su Ke yang baru saja keluar dari ruang otopsi. Su Ke tertegun, lalu bertanya, “bagaimana? Apa kau menemukan kepalanya?”
“Belum. Aku bekerja sangat keras hari ini tapi tidak menemukan apapun. Aku meminta orang-orang untuk pulang. Apa kau menemukan perkembangan baru?’
“Ya, aku baru saja ingin menemuimu, kemarilah.”
Mata Jiang Chengyan berbinar dan cepat-cepat bertanya, “apa itu? Cepat katakan!”
“Baru aja, aku memeriksa tubuh korban dan menemukan luka robekan di **1 korban. Lalu aku memeriksa isi perutnya dan menemukan jika semuanya bersih. Dia memiliki gejala ringan dysbacteriosis gastrointestinal.”
Jiang Chengyan mendengarkan itu dengan wajah bingung dan bertanya, “apa maksudnya?”
“Itu artinya, dia berhubungan badan dengan seseorang selama hidupnya dan dia orang yang di bawah.”
“Apa maksudmu?” Jiang Chengyan kembali sadar dan bertanya dengan ekspresi aneh di wajahnya, “apa kau mengatakan jika dia… gay?”
“Bagaimana menurutmu? Siapa yang akan menggunakan itu kecuali seorang pria bersetubuh dengan pria? Secara umum, sebelum homosexual berhubungan, shou2-nya akan diberikan enema. Jika mereka terburu-buru, mereka hanya akan memakainya dengan jumlah kecil, selama tempat dimana itu digunakan bersih. Yang penting tuangkan banyak air, dan tentu saja membutuh waktu. Namun, tidak peduli jenis enema apa yang digunakan untuk penggunaan jangka waktu yang lama, kurang lebih akan menyebabkan gejala dysbacteriosis gastrointestinal.”
Walaupun merasa sedikit malu, Jiang Chengyan tidak bisa menahan rasa penasarannya dan bertanya, “Su Ke, kenapa kau tau banyak hal tentang ini? Mungkinkah kau…”
Su Ke tiba-tiba saja mendekat, mendorong Jiang Chengyan ke pojok dan berkata pelan, “Apa?”
Melihat Su Ke di depannya, Jiang Chengyan tanpa sadar menelan ludahhnya. Dia pelan-pelan berjongkok, dan berjalan keluar dari bawah lenagan Su Ke, “Ehm, sudah malam sekarang. Kau kembalilah dan beristirahat. Aku.. aku akan pergi duluan.”
Melihat Jiang Chengyan kabur dengan cepat, Su Ke menyunggingkan ujung bibirnya, dan berkata pedas, “lihat bagaimana kau bertingkah!”
Jiang Chengyan keluar dari kantor polisi dan tanpa sadar melihat ke arah toko kelontong di seberang. Mengingat apa yang Ling Hua’an katakan semalam, dia merasa ragu untuk beberapa saat sebelum berbolak-balik dua kali di tempat sebelum memutuskan untuk berjalan pergi dengan menggertakan giginya.
“Laoban, orang bodoh itu berbolak-balik di depan pintu hampir sepuluh menit. Kau mengatakan dia tidak jelek, tapi kenapa dia begitu kasar dalam pekerjaannya?” Wang Lei tidak tahan untuk menggerutu di telinga Ling Hua’an.
Ling Hua’an tidak mengatakan apapun. Dia berjalan keluar dari kasir, membuka pintu toko dan melihat ke arah Jiang Chengyan.
Jiang Chengyan yang masih kebingungan, tertegun sesaat. Dia tanpa sadar ingin menyapa, tapi ingat jika Ling Hua’an buta. Dia pelan-pelan berbalik dan berencana kabur.
“Laoban, orang bodoh itu ingin melarikan diri.”
“Kapten Jiang, kemana kau akan pergi? Apa kau mencoba untuk mempermainkanku lagi?”
Jiang Chengyan membatu, lalu berbalik untuk melihat ke arah Liang Hua’an, dan dengan malu-malu menjelaskan, “Halo Laoban, aku tidak pergi kemanapun. Aku kemari untuk membeli sesuatu.”
Ling Hua’an berbalik dan membuka jalan ke arah pintu, “masuklah.”
Dia tidak bisa kabur, Jiang Chengyan hanya bisa mengigit peluru3 dan memasuki toko. Dia melihat ke sekeliling dan tidak menemukan seorang pun. Dia sangat penasaran bagaimana Ling Hua’an bisa tahu jika ada orang di luar toko.
“Apa kau sudah menyelesaikan perhitungannya?” Ling Hua’an bertanya langsung.
“Ada pembunuhan terjadi kemarin. Kami sangat sibuk dan aku belum memiliki waktu untuk itu.”
Tidak mengerti mengapa, tetapi Kapten Jiang yang agung di depan anggota tim, terlihat kecil di depan Ling Hua’an, seperti murid SD yang bertemu dengan kepala sekolah.
“Ambil yang kau inginkan sendiri.”
Jiang Chengyan tertegun sesaat, dan memberi respon, “okay.”
Ling Hua’an meraba-raba untuk mengambil pemasak telur dan berkata dengan lantang, “ambilkan aku dua telur”
Jiang Chengyan meletakkan barang yang ada di tangannya tanpa sadar dan berjalan untuk mengambil telur. Saat ia sadar, dia sudah memberikan dua telur itu ke Ling Hua’an
_TBC_