Heart Protection (English - Indonesian Translation) - Chapter 113 (END)
Chapter 113 (End) : Ekstra
Setelah Yan Hui dan Tian Yao menikah, mereka tinggal di kediaman Tian Yao di Qing Qiu. Mereka menghabiskan hari dengan santai, mengamati awan dan memelihara bunga di pagi hari, dan bermain-main kala senja. Tetapi hari-hari itu terlalu damai. Yan Hui mulai berpikir, ia harus mencari sesuatu untuk dilakukan.
Hari kedua setelah Yan Hui memiliki pemikiran itu, Huan Xiao Yan datang mencarinya. Iblis itu mengatakan bahwa ada dokumen yang mesti diperoleh Yan Hui agar seorang pejabat dapat menyatakan bahwa ia boleh tinggal di Qing Qiu.
Ternyata, selama lima belas tahun ini, Gunung San Chong bukanlah wilayah yang terlarang lagi. Meskipun masih ada perselisihan antara xian dan iblis, beberapa kultivator xian dan iblis saling jatuh cinta. Beberapa kultivator iblis membawa pasangan kultivator xian mereka untuk menetap. Setelah ada banyak dari pasangan seperti ini, Qing Qiu pun menetapkan peraturan baru. Bagi kultivator-kultivator xian itu, yang menikah atau memilih sendiri untuk menetap di Qing Qiu, mereka harus belajar selama tiga bulan tentang sejarah iblis, melenyapkan kesalahpahaman tentang iblis, dan memahami adat istiadat iblis demi menghindari adanya masalah di masa depan.
Itu adalah aturan yang bagus. Ras iblis tercemar parah di bawah lima puluh tahun pemerintahan Qing Guang. Menyingkirkan sikap negatif seperti itu harus secara perlahan-lahan dikelupas untuk mengubah pola pikirnya.
Yan Hui tidak begitu memikirkannya dan mengangguk setuju.
Huan Xiao Yan sedikit ragu setelah melihat persetujuan Yan Hui: “Guru sejarahnya sangat ketat. Ia tidak peduli siapa dirimu dan memperlakukan semuanya dengan setara. Majikan, jika kau tidak benar-benar ingin belajar, aku akan menyuruh Zhu Li untuk bicara pada sang raja. Kau adalah kasus spesial, jadi kita lihat saja, apakah kau dapat memperoleh dokumennya secara langsung.”
Yan Hui melambaikan tangannya: “Itu hanya belajar sedikit-sedikit. Tidak perlu menggunakan metode pintu belakang sejak awal. Tidak apa-apa. Aku akan belajar. Kau tidak perlu membantu.”
Huan Xiao Yan melirik ke arah Tian Yao yang sedang membaca buku.
Tian Yao merasakannya memandangnya, dan berkata bahkan tanpa mendongak: “Kalau ia mau belajar, maka biarkan ia belajar. Saat ia tidak mau belajar lagi, tentu saja ia akan kembali.”
Yan Hui menatap fokus padanya: “Kau meremehkanku. Tunggu saja. Setelah tiga bulan belajar, aku akan menampar wajahmu dengan dokumen itu.”
Tian Yao mengangkat satu alis dan menurunkan bukunya.
Ia menatap Yan Hui: “Dan jika kau tidak mendapatkannya?”
“Maka, kau boleh melakukan apa yang kau inginkan.”
“Baiklah.”
Tian Yao setuju dan mengambil buku itu untuk lanjut membaca.
“Uh ….”
Huan Xiao Yan dengan serius menatap Yan Hui dan menambahkan: “Ada ujian setelah tiga bulan. Kalau kau tidak lulus, maka kau harus terus belajar ….”
“Tidak masalah,” ucap Yan Hui.
“Itu cuma ujian. Kau bertingkah seolah tidak ada yang pernah mengikuti ujian sebelumnya. Lagian, aku termasuk anak ajaib di kehidupan ini. Tidak mungkin sejarah iblis akan sulit bagiku.”
Mulut Huan Xiao Yan terkatup dan tidak bicara lebih jauh.
Hanya Tian Yao yang sedikit menambahkan sembari membaca bukunya: “Yan Hui, sebenarnya, kau tidak mengerti banyak soal iblis.”
Yan Hui tidak menanggapi. Bukankah ia sudah berhubungan dengan banyak iblis? Ia sudah begitu dekat dengan iblis naga milenium itu.
Yan Hui tertawa: “Di kehidupan laluku di Gunung Chen Xing, aku tidak pernah gagal dalam ujian. Tunggu dan lihat saja kalian.”
Karenanya, Yan Hui mendaftar dan mulai menghadiri kelas keesokan harinya. Gurunya adalah seorang wanita tanpa ekspresi. Tingkat keterampilan Yan Hui saat ini tidak memungkinkannya melihat penampilan asli guru itu. Namun, beberapa teman sekelas xian-nya memberitahunya bahwa guru itu sebenarnya adalah roh kuas tulis, yang bahkan lebih dingin dari iblis salju ….
“Bawa kembali buku ini dan salin sepuluh kali.”
Itu adalah hal pertama yang dikatakan guru tersebut pada hari pertama. Yan Hui lengah dan tidak sanggup mengutarakan sepatah kata pun pembantahan ketika teman sekelasnya mengambil bukunya dan mulai pulang. Tampaknya mereka sudah terbiasa dengan itu.
“Tunggu, tunggu.”
Yan Hui menghentikan salah satu murid.
“Itu … itu saja?”
“Yep.”
Teman sekelas itu mengangguk, “Selalu seperti itu. Setiap hari kita datang untuk absensi, mendapatkan nilai kita dari kelas terakhir, dan itu saja.”
“Gurunya tidak berceramah?”
“Itu saja.”
Si teman sekelas melambaikan buku itu dan kuasnya. “Kembali dan salin sepuluh kali.”
Yan Hui: “….”
Kesalahan!
Dari hari pertama setelah pulang dari kelas, Yan Hui berpikir bahwa ia telah membuat kesalahan total!
Para iblis tidak tahu bagaimana caranya mengajar sebuah kelas. Mereka terbiasa berburu dan bertarung. Mengajar mengandalkan kepraktisan, dan hanya sedikit iblis yang memantapkan mengajar kelas. Bahkan jika ada iblis seperti mereka, mereka akan pergi mengajar Zhu Li dan keluarganya. Mereka tidak akan melakukan hal seperti mengajari sejarah umum iblis kepada kultivator xian ….
Yan Hui menyadari kesalahannya setelah mengeluarkan kuas yang dibagikan di kelas. Katanya, buku ini ditulis oleh si guru di waktu luangnya …. Sihir tidak bisa digunakan. Kau harus menyalinnya dengan tangan sepuluh kali supaya itu dihitung! Dan bagian yang paling parah dari tertipu ini adalah belajar dengan menghafal dan dinilai dengan ini!
Malam itu, Yan Hui hanya bisa menyalakan lampu dan dengan geram menyalin sambil menggertakkan giginya dan mengutuk dalam hatinya.
Tian Yao berbaring di tempat tidur dan memerhatikannya dengan kalem: “Mau kubantu?”
“Tidak.”
Yan Hui tegas. Tidak ada ruang untuk diskusi sama sekali. Karenanya, Tian Yao pun tidak mengucapkan kata lainnya.
Yan Hui lanjut menyalin buku itu dan ia menghabiskan sepanjang malam menyalinnya sepuluh kali. Yan Hui tidak bisa mengingat terakhir kalinya ia menulis begitu banyak. Akhirnya ia menyelesaikannya di saat langit mulai terang. Ia berjalan ke arah tempat tidur, mengusap pergelangan tangan dan lehernya yang pegal, dan melihat ke bawah, melihat mata Tian Yao masih terbuka dan memerhatikannya.
Yan Hui terkejut: “Kau tidak tidur?”
Tian Yao tidak mengatakan apa-apa dan menarik Yan Hui ke ranjang dengan ringan.
Kemudian ia membungkus Yan Hui dalam dekapannya: “Aku hanya bisa tidur seperti ini.”
Lengannya sehangat biasanya. Di saat Yan Hui terjatuh ke dalamnya, rasa kantuk segera menyerbunya.
Ia mengguman dengan mengantuk: “Jangan menungguku. Kau bisa tidur duluan.”
Tian Yao agak mengeratkan pelukannya: “Itu terlalu gampang dikatakan.”
Yan Hui pergi selama lima belas tahun. Meskipun tubuh Tian Yao benar-benar utuh, lubang di hatinya tidak bisa sembuh. Yan Hui bahkan mengembalikan nei dan dan sisik perlindungan jantungnya, tetapi apa yang sebenarnya memberikannya kekuatan dan melindungi sisiknya diambil olehnya.
Tian Yao baru lengkap saat ia memeluk Yan Hui.
Meskipun Yan Hui lelah sekali sampai ia nyaris tidak bisa membuka matanya, ia masih menepuk punggung Tian Yao ringan: “Mulai sekarang, aku akan selalu ada di sini.”
Tian Yao tidak bisa kehilangan dirinya lagi, dan Yan Hui pun merasakan hal yang sama tentang dirinya.
Yan Hui harus bangun sekitar pukul lima pagi. Walaupun roh kuas tulis itu tidak mengajar hari ini, ia suka memeriksa kehadiran dan melingkari nama masing-masing murid. Satu lingkaran mengindikasikan bahwa murid itu tidak telat. Seorang murid harus memiliki sepuluh lingkaran demi memenuhi kualifikasi untuk mengikuti ujian yang akan diadakan dalam tiga bulan.
Guru kuas tulis itu juga suka mengumpulkan pekerjaan rumah. Untuk sepuluh salinan tugas buku, ia suka memeriksa tulisan tangan si murid. Saat ia melihat kaligrafi yang bagus, matanya akan berbinar senang, dan ia akan memberikan nilai penuh. Saat ia melihat kaligrafi yang jelek, ia hanya akan memberikannya lirikan sekilas dan memberikan nilai gagal.
Guru itu mengetahui tulisan tangan semua orang dengan sangat jelas, jadi para murid tidak bisa mencari seseorang untuk membantu mereka menyalin buku. Semua murid datang ke kelas dengan mata lelah.
Yan Hui tidak begitu percaya diri dengan tulisan tangannya. Untungnya, roh kuas tulis itu tidak begitu keras dan memberi nilai C pada Yan Hui. Itu bisa dengan enggan dianggap sebagai nilai rata-rata.
Yan Hui baru saja melepaskan napas terengah-engah ketika guru itu melemparkan sebuah buku dengan dingin ke arah mereka: “Mereka yang mendapat nilai penuh harus menyalin ini lima kali. Semua yang lainnya harus menyalin sepuluh kali.”
Sudah lama semenjak Yan Hui merasakan kesuraman. Pada saat itu, Yan Hui merasa perasaan itu kembali.
“Kapan hari ini akan berakhir ….”
Yan Hui menghabiskan sepuluh hari berikutnya menyalin buku dan menghela napas.
Huan Xiao Yan memerhatikan dari samping dan berkata: “Aku akan menyuruh Zhu Li membantumu.”
Mata Yan Hui jadi cerah: “Ia masih bisa membantuku?”
Huan Xiao Yan belum merespon saat Tian Yao menyela: “Tidak masalah jika kau mau atau tidak menginginkan dokumen resminya. Aku tidak tahan lagi.”
Yan Hui tersentuh oleh perkataannya: “Tian Yao ….”
“Tidak mau belajar lagi?”
Tian Yao menurunkan bukunya.
“Itu tidak apa-apa. Kalau begitu biarkan aku memelukmu selama beberapa jam.”
Ia mengulurkan satu tangan ke arah Yan Hui, “Sini.”
Yan Hui: “….”
“Bukankah kau bilang, jika kau tidak mendapatkan dokumennya, aku bisa melakukan apa pun yang kuinginkan?”
Yan Hui menggertakkan giginya dan mengeraskan hatinya.
Ia memungut kuasnya dan lanjut menyalin: “Aku akan menyalinnya!”
Tian Yao menghela napas menyesal.
Karenanya, dua bulan pun berlalu seperti ini. Yan Hui menyalin buku setiap hari dan pada akhirnya terbiasa. Menyalinnya sepuluh kali tidak ada apa-apanya sekarang, dan ia bahkan dapat B. Hari-hari menuju ke bulan ketiga pun terhitung mundur. Seperti biasa, Yan Hui bangun pukul lima lagi untuk pergi ke kelas.
Kali ini, guru itu melemparkan sebuah buku yang lebih tebal dari biasanya dan berkata dingin: “Hari ini adalah hari ujian untuk menyelesaikan pelajaran ini. Salin buku ini lima belas kali dan kumpulkan besok. Mereka yang tidak selesai, gagal dalam pelajaran ini.”
Apa ….
Hari ini ujiannya?!
Tidak ada pemberitahuan lebih dulu! Dan ujiannya adalah menyalin buku! Ini tidak pernah didengar! Kelompok macam apa yang mengadakan ujian seperti ini?! Apakah metode pengajaran iblis benar-benar seacak itu?! Gurunya hanya melakukan ini karena ia merasa senang orang-orang menggunakan kuas menulisnya, kan?!
Yan Hui tidak dapat menghentikan pemikiran seperti itu bermunculan di kepalanya. Sementara ia berusaha menekan pemikiran itu, ia secara otomatis mengambil bukunya dan pulang ke rumah dalam kepulan asap.
Tian Yao sedang bermeditasi di dalam ruangan dan melihat ia kembali dengan teleportasi asap. Sebelum ia dapat mengucapkan sepatah kata pun, Yan Hui menerjang masuk ke dalam ruang baca dan dengan geram mulai menyalin buku tersebut.
Konyol! Ia bekerja begitu keras sampai sekarang! Ia tidak akan gagal di tugas terakhir! Ini bukan lagi sesederhana taruhan dengan Tian Yao! Ia juga mempertaruhkan harga dirinya!
Yan Hui mencurahkan seluruh pikirannya untuk menyalin buku. Dari siang ke malam hari, ia terus menyalin. Sekarang sudah tengah malam, dan masih ada dua salinan lagi. Namun, sekarang kepalanya mulai linglung. Yan Hui bahkan tidak tahu bagian mana lagi yang disalinnya. Terlebih lagi, ia tidak tahu bagaimana keadaan tulisan tangannya di titik ini. Dengan tiap kedipan, semakin sulit untuk kembali membuka matanya. Akhirnya, Yan Hui memejamkan matanya dan tertidur lelap.
Ketika ia tiba-tiba bangun dari tidurnya di atas meja, ia terkejut. Tidak ada waktu untuk menghitung berapa banyak salinan yang ada. Yan Hui hanya buru-buru meraup mereka ke dalam pelukannya dan bergegas ke kelas.
Ia tidak tenang sepanjang jalan. Ia hanya tahu bahwa upaya tiga bulan itu semuanya sia-sia. Biarpun demikian, ia tetap ingin menyerahkan salinannya. Lalu … Tian Yao bisa melakukan apa pun yang diinginkannya. Tidak bisa mendapatkan dokumennya adalah takdir ….
Yan Hui tidak pernah mengira bahwa ketika ia menyerahkan salinannya, guru itu menghitungnya dan benar-benar membukanya untuk diperiksa dengan cermat. Yang lebih mengejutkan Yan Hui, guru itu menganggukkan kepalanya saat ia mencapai beberapa lembar terakhir dan memberikan nilai penuh.
Yan Hui agak bingung.
Mata roh kuas tulis itu akhirnya memandang Yan Hui dengan sedikit pujian: “Kau sudah melakukan dengan baik, selalu meningkat hasilnya. Kau menulis dengan baik. Ada kekuatan dalam gayamu.”
Jadi guru itu benar-benar hanya melihat tulisan tangan ….
Tunggu, ini bukan waktunya untuk fokus pada bagian itu.
Yan Hui menggelengkan kepalanya: “Aku punya lima belas salinan?”
“Iya.”
Roh kuas tulis itu mengangguk singkat dan melanjutkan sikap dinginnya yang biasa.
“Besok kau akan mendapatkan dokumennya. Berikutnya.”
Yan Hui tidak bisa memahami apa yang baru saja terjadi, tetapi ia tidak sebodoh itu untuk terus bertanya. Ia hanya mencengkeram buku itu dan pulang ke rumah. Membicarakan soal rumah, Tian Yao kebetulan sekali sedang tidur siang di kursi goyang di halaman. Yan Hui memerhatikannya sejenak. Tatapannya turun ke lengan bajunya. Ada sedikit noda tinta hitam pada kainnya.
Yan Hui mendadak mengerti apa yang terjadi. Saat ia melihat ke beberapa halaman terakhir salinan itu, tulisan tangannya sangat mirip dengannya. Namun, mereka memiliki kekuatan dingin yang tidak dimiliki tulisan tangannya. Yan Hui memandangi Tian Yao lagi dan kemudian duduk di tempatnya berdiri, tepat di hadapannya.
Yan Hui tidak duduk untuk begitu lama sebelum Tian Yao membuka matanya. Saat ia melihat Yan Hui, tangannya terulur ke arahnya.
Yan Hui terbiasa dengan gestur Tian Yao yang hampir tanpa disadari itu. Ia duduk di pangkuan Tian Yao dan membiarkannya melingkarkan lengannya di sekelilingnya. Pasangan itu duduk di kursi dan dengan santai bergoyang-goyang.
“Tian Yao, apa kau membantuku menyalin bukunya?”
“Iya.”
“Kenapa? Bukankah seharusnya kau menungguku tidak mendapatkan dokumennya, dan kemudian kau bisa melakukan apa pun yang kau inginkan?”
Kening Tian Yao menempel ringan di telinga Yan Hui.
Suaranya masih parau akibat tidur, tetapi itu sangat menggugah: “Yang kuharapkan seumur hidupku adalah membuatmu bahagia.”
Ia memeluk Yan Hui sedikit lebih erat.
“Aku akan membawamu kemana pun kau ingin pergi. Aku akan membantumu mendapatkan apa pun yang kau inginkan. Mengejar impianmu sepuas hatimu. Aku akan menjadi jalan tempatmu berlari. Saat kau lelah dan hendak istirahat, aku akan menjadi pelabuhan tempat kau dapat beristirahat.”
Itu jelas hanya kata-kata, tetapi secara misterius Yan Hui merasakan dirinya melunak.
“Lalu, apa yang awalnya ingin kau lakukan?”
Tian Yao terdiam ketika ia mendengar kata-kata itu. Kemudian ia menarik wajah Yan Hui ke arahnya dan mencium bibirnya ringan. Mereka hangat, lembut, dan menenangkan.
“Apa kau menginginkan naga kecil?”
Pipi Yan Hui jadi memanas seketika: “Orang naga kecil ….”
Tian Yao tersenyum: “Iya, kau juga bisa menyebut mereka itu.”
“Sekarang juga?”
“Kalau kau mau ….”
Yan Hui masih tersesat dalam pikirannya saat ia mendadak merasakan dirinya diangkat ke udara.
Ia kaget: “Ini masih pagi!”
“Aku tidak tidur semalam, dan kau tidak tidur dengan baik. Anggap saja seperti mengejar tidur.”
Yan Hui hanya bisa tertawa tak berdaya: “Kita tidak perlu mengejarnya!”
Kemudian, suaranya menghilang di dalam ruangan. Yang tersisa di halaman hanyalah kursi goyang yang masih bergoyang-goyang di dalam cahaya matahari. Itu seperti lukisan yang indah dan sangat menarik.
—TAMAT—
Pojokan Raindrop: Yan Hui dan Tian Yao happy ending! Yey! Akhirnya kelar satu judul lagi. Makasih banyak untuk yang uda bersabar ikutan baca terjemahan ini. Mohon maaf kalo ada salah-salah kata dalam penerjemahannya. See you diterjemahan lainnya 😀