Heaven Official Blessing (Chinese To Indonesian Translation) - Chapter 002
- Home
- Heaven Official Blessing (Chinese To Indonesian Translation)
- Chapter 002 - Pemungut Sampah Yang Masuk Ke Surga Ketiga Kalinya (Part 1)
Selamat, Yang Mulia.”
Mendenhar hal ini, XianLe mengangkat wajahnya, dan tersenyum. Kemudian berkata, “Terima kasih. Namun apa aku boleh bertanya, kamu memberiku selamat untuk apa?”
Ling Wen Zhejun berdiri tegak dengan kedua tangannya terlipat di punggung, “Selamat karena anda memenangkan posisi pertama ‘Dewa yang diharapkan untuk dibuang kembali ke dunia manusia‘ pada tahun ini.”
(Zhejun adalah sebuah gelar tertinggi yang diberikan kepada Dewa yang telah mencapai kesempurnaan)
Xie Lian menjawab, “Yah, bagaimanapun juga, tempat pertama tetaplah yang pertama. Namun karena kamu mengucapkan selamat padaku, apakah berarti ada sesuatu yang akan membuatku senang?”
“Benar.” Ling Wen menjawab, “Posisi pertama akan mendapatkan seratus pahala.”
Xie Lian dengan segera berkata, “Jika nanti ada kompetisi seperti ini lagi, jangan lupa untuk mencantumkan namaku.”
“Apa anda tahu siapakah di posisi kedua?” Ling Wen bertanya.
Xie Lian berpikir untuk beberapa saat, kemudian menjawab, “Sangat susah untuk ditebak. Lagipula, jika dilihat dari segi kemampuan, aku pasti bisa mengambil posisi pertama hingga ketiga untukku sendiri.”
“Benar sekali.” Ling Wen melanjutkan, “Tidak ada posisi yang kedua. Karena anda sudah sangat jauh di depan, sehingga yang lain hanya bisa melihat sisa jejak anda.”
“Kamu terlalu memujiku.” Xie Lian menjawab. “Jadi, siapa di posisi pertama pada kompetisi sebelumnya?”
“Tidak ada satu pun.” Jawab Ling Wen, “Karena kompetisi ini baru dibuat hari ini.”
“Huh?” Xie Lian sedikit terkejut, “Jangan katakan jika kompetisi ini khusus dibuat hanya untukku?”
Ling Wen menjawab, “Anda bisa berpikir demikian, anda juga tiba tepat pada waktunya, dan tanpa sengaja juga mendapat posisi pertama.”
Xie Lian tersenyum hingga matanya tertutup, “Baiklah. Aku akan merasa lebih senang jika berpikir seperti itu.”
“Apakah anda tahu mengapa anda mendapatkan posisi pertama?” Ling Wen melanjutkan.
“Karena permintaan yang sangat banyak?” Jawab Xie Lian.
“Izinkan saya menenjelaskan alasannya,” lanjut Ling Wen, “Silahkan melihat lonceng di sebelah sana.”
Xie Lian memutar kepalanya ke arah yang dia tunjuk, dan yang dia lihat adalah sesuatu yang sangat indah. Di tempat itu ada sebuah kuil besar yang terbuat dari batu putih, dan di sana ada banyak menara, paviliun, dan gazebo dengan awan yang mengelilingi. Berbagai jenis bunga dan burung yang terlihat sedang menari.
Tempat itu terlihat sangat bagus, kemudian dia bertanya, “Mungkin kamu menunjuk ke arah yang salah? Aku tidak melihat ada satu pun lonceng di sana.”
“Saya tidak salah.” Kata Ling Wen, “Lonceng itu ada di sana, apakah anda tidak melihatnya?”
Xie Lian melihat sekali lagi dengan lebih serius, kemudian menjawab dengan jujur, “Aku tidak melihatnya.”
Ling Wen kemudian menjawab, “Tidak apa jika anda tidak melihatnya. Sebelumnya, memang ada sebuah lonceng di sana, namun saat anda terangkat, lonceng tersebut jatuh karena gempa.”
“…”
“Usia lonceng tersebut lebih tua dari usia anda, namun dia memiliki karakteristik tersendiri dan selalu menjadi pusat perhatian. Setiap kali seseorang terangkat ke Surga, dia akan berdentang beberapa kali, seakan ikut merayakannya. Di hari anda naik, gempa sangatlah besar dan membuatnya berdentang dengan kuatnya dan tidak bisa berhenti. Pada akhirnya, dia membuat dirinya terjatuh di atas menara dan akhirnya berhenti. Dan saat dia terjatuh, dia menimpa salah satu Dewa yang saat itu sedang melintas.”
“Um… apakah sekarang telah membaik?” Tanya Xie Lian.
“Masih belum, masih dalam tahap perbaikan.” Jawab Ling Wen.
“Maksudku adalah Dewa yang terluka itu,” jelas Xie Lian.
“Yang terluka adalah seorang Dewa Pelindung,” ucap Ling Wei, “Tangannya sedikit terkilir dan lonceng tersebut patah menjadi dua tepat pada saat itu. Sekarang, silahkan lihat ke arah Istana Emas. Apakah anda melihatnya?”
Sekali lagi, Xie Lian melihat ke arah yabg ditunjuknya, dan dia bisa melihat atap berwarna emas yang berkilau di tengah-tengah sekumpulan awan. “Ah, aku melihatnya kali ini.”
“Jika anda bisa melihatnya, maka itu bukanlah pertanda baik,” lanjut Ling Wen. “Sebenarnya, tidak pernah ada apapun di sana.”
“…”
“Saat anda terangkat, pilar emas dari beberapa istana emas milik beberapa Dewa runtuh karena gempa, dan lantai kaca mereka berserakan. Bahkan ada beberapa yang tidak mungkin untuk dibangun kembali. Para Dewa itu akhirnya membangun dari sisa-sisa istana mereka untuk membangun tempat tinggal sementara mereka.
“Dan aku lah yang bertanggung jawab untuk semua ini?”
“Benar, anda lah yang harus bertanggung jawab.”
“Mm…” Xie Lian bertanya untuk memperjelas, “Jadi, aku telah menyinggung banyak sekali Dewa tepat setelah aku terangkat?”
“Jika anda bisa memberi ganti rugi, mungkin tidak.” Jawab Ling Wen.
“Bagaimana aku harus mengganti rugi?”
“Sangat mudah. Cukup dengan delapan juta delapan ratus delapan puluh ribu pahala.”
Xie Lien tersenyum pahit.
Ling Wen menambahkan, “Tentu saja saya tahu jika anda bahkan tidak memiliki satu per sepuluh dari jumlah itu.”
Xie Lian menjawab dengan jujur, “Bagaimana aku harus mengatakannya? Walaupun aku sangat merasa bersalah, dan walaupun kamu hanya menginginkan sepersepuluh dari jumlah keseluruhan, aku tidak memilikinya.”
Kepercayaan dari para manusia kepada Dewa yang mereka sembah, berubah menjadi kekuatan spiritual bagi Dewa tersebut. Dan setiap batang dupa yang mereka nyalakan dan persembahan yang mereka berikan, itulah yang disebut sebagai pahala.
Xie Lian menjadi serius dan bertanya lagi, “Apakah kamu mau menendangku dari tempat ini dan memberiku delapan juta delapan ratus delapan puluh ribu pahala untuk hal tersebut?”
“Aku hanyalah Dewa Sipil,” jawab Ling Wen. “Jika anda mencari seseorang untuk menendang anda dari sini, lebih baik anda mencari Dewa Pelindung. Semakin keras tendangan mereka, maka semakin banyak pahala yang akan mereka berikan.”
Xie Lian menghela nafas panjang, “Tolong izinkan aku memikirkan apa yang harus aku lakukan.”
Ling Wen menepuk pundaknya, “Tak perlu khawatir. Pasti akan ada jalan ketika kereta anda telah sampai di pegunungan.”
“Namun untuk kasusku, kapal akan langsung tenggelam ketika mencapai dermaga.” Ucap Xie Lian.
Jika hal ini terjadi delapan ratus tahun yang lalu, saat Kerajaan Xian Le masih berada pada masa kejayaanya, delapan juta delapan ratus delapan puluh ribu pahala bukanlah hal yang susah. Putra Mahkota pasti langsung bisa memberikannya, bahkan tanpa perlu mengedipkan matanya. Namun masa sekarang berbeda dengan masa lalu, dan seluruh kuilnnya di dunia manusia telah lama hancur dan dibakar. Dia tidak memiliki satu pun pengikut, tidak ada dupa, dan tidak ada persembahan.
Tidak perlu lagi membahas mengenai hal ini. Karena, apapun yang di sarankan, dia tidak memiliki apapun, tidak satu pun, dan sama sekali tidak memiliki apa-apa.
Dia terduduk lemah di salah satu sudut jalan utama Kota Surga dan terlihat putus asa, sebelum tiba-tiba dia mengingat sesuatu. Dia sudah terangkat selama tiga hari, namun dia sama sekali belum pernah masuk ke dalam sistem komunikasi spiritual wilayah atas. Dan dia lupa meminta kata sandinya pada Ling Wen.
Seluruh Dewa yang terangkat ke wilayah atas memiliki sebuah sistem komunikasi tersendiri. Dengan sistem ini, mereka bisa saling berkomunikasi antara satu dengan yang lain, bahkan menyampaikan pesan melalui sistem ini secara instan. Setiap seseorang terangkat, maka dia harus bergabung dalam sistem ini. Namun kata sandi diperlukan jika ingin masuk ke dalam sistem komunikasi tertentu.
Terakhir kali Xie Lian memasuki sistem ini adalah delapan ratus tahun yang lalu, dan dia kini sama sekali tidak bisa mengingat apa kata sandinya. Jadi, akhirnya dia mencari secara acak, dan sepertinya dia menemukan sistem yang dia cari, jadi dia langsung bergabung. Tepat saat dia memasuki sistem komunikasi tersebut, dia nyaris terpental karena banyaknya teriakan yang datang dari segala penjuru.
“Pasang taruhanmu dan tidak boleh mundur, mari kita bertaruh berapa lama Putra Mahkota kita yang terhormat bisa bertahan sebelum diusir lagi.”
“Aku bertaruh satu tahun!”
“Satu tahun itu terlalu lama, terakhir kali dia hanya bertahan selama satu jam saja. Maka aku pikir kali ini pasti hanya tiga hari. Aku menaruh pahalaku pada tiga hari, tiga hari!”
“Jangan lanjutkan, bodoh! Tiga hari hampir berakhir, apakah kamu sebenarnya tahu cara bertaruh?!”
… Xie Lian keluar dari sistem komunikasi itu dengan diam-diam.
Dia masuk ke tempat yang salah, pastilah bukan yang itu.
Pada dewa di wilayah atas adalah para tokoh besar yang memimpin wilayah tertentu, yang telah dikenal oleh setiap keluarga, dan selalu dipenuhi oleh banyak sekali urusan pemerintahan.
Karena mereka adalah Dewa yang terangkat dengan hormat, mereka tetap mempertahankan status mereka, mereka terlihat lebih berwibawa dan terkadang mereka terlihat angkuh dari cara berbicara dan tindakan mereka. Hanya dirinya saja yang menyapa setiap Dewa dalam sistem komunikasi pada saat dia terangkat untuk pertama kalinya karena terlalu bersemangat. Saat itu dia masih sangat polos dan jujur, hingga memperkenalkan dirinya sendiri dari kepala hingga ke bagian kaki.
Setelah keluar dari sistem komunikasi sebelumnya, dia mulai mencari lagi secara acak, dan masuk ke dalam sistem komunikasi lain secara acak. Kali ini, ketika dia masuk, dia merasa tenang, dan berpikir, “Di sini tenang sekali, mungkin ini adalah sistem yang tepat.”
Tepat saat itu, dia mendengar sebuah suara yang berkata dengan lembut, “Jadi, kini Yang Mulia telah kembali?”
Suara tersebut terdengar sangat tenang, halus dan ramah, nada suaranya juga sopan. Namin, jika seseorang mendengarnya lebih jelas lagi, orang tersebut pasti mendapati jika suara itu terdengar dingin dan acuh. Membuat sesuatu yang sebenarnya terdengar hangat berubah menjadi sesuatu yang memiliki sebuah niat jahat.
Xie Lian sebenarnya ingin bergabung dalam siatem komunikasi itu dengan sopan dan tetap diam, namun karena seseorang telah menyebut dirinya, membuatnya tidak bisa tetap berpura-pura tuli dan bisu. Selain itu, dia merasa senang karena masih ada Dewa dari Wilayah Atas yang masih mau memulai percakapan dengan Dewa pembawa kesialan seperti dirinya.
Kemudian, dia menjawab dengan cepat, “Yeah! Halo semua, aku kembali lagi.”
Yang tidak dia tahu, setelah sapaan ini, seluruh Dewa yang ada dalam sistem komunikasi tersebut menjadi bersemangat.
Kemudian, dia menjawab dengan lesu, “Yang Mulia kali ini benar-benar terangkat dengan sebuah kegemparan besar, huh?”
Di Wilayah Atas Surga, baik Kaisar, Raja, Jenderal, dan penasehat bisa banyak ditemukan di sana. Bahkan para pahlawan sangat banyak sekali seperti air yang mengalir.
Untuk menjadi Dewa, seseorang harus mendapatkan sebuah pencapaian. Di dunia manusia, seseorang yang memiliki pencaaian atau memiliki sebuah keahlian tertentu, pasti akan memiliki kesempatan besar untuk terangkat ke Surga.
Maka tidak heran jika penguasa, pangeran, bangsawan, dan jenderal bukanlah sesuatu yang langka di tempat ini. Mereka semua adalah kesayangan Surga. Mereka semua juga saling menghormati santara satu dengan yang lain. Maka dari itu, mereka akan memanggil yang lain dengan sebutan Yang Mulia, Jenderal, Ketua Aliansi, Kepala Bagian. Dan semua panggilan itu menunjukkan penghormatan.
Namun, panggilan yang dikatakan oleh salah satu Dewa kali ini, sepertinya tersirat sebuah makna yang lain. Walaupun dia selalu berkata “Yang Mulia” begini, “Yang Mulia” begitu, namun Xie Lian selalu merasa jika dalam sebutan itu sama sekali tidak ada maksud untuk menghormati dirinya. Sebaliknya, hal tersebut seperti menambahkan luka baru di atas luka yang lama.
Dalam sistem komunikasi tersebut juga ada beberapa Dewa yang merupakan Putra Mahkota. Dan mereka bisa merasakan bulu kuduk mereka berdiri saat mendengar kata tersebut, benar-benar tidak nyaman. Xie Lian merasa jika orang tersebut tidak memiliki maksud yang baik, namun karena Xie Lian tidak ingin memulai pertengkaran, maka dia memilih untuk keluar dari sana.
Dia tersenyum, “Tidak buruk.”
Namun, Dewa tersebut tidak memberikannya kesempatan untuk kabur, dan berkata dengan datar, “Keberuntungan Yang Mulia benar-benar tidaklah terlalu buruk. Namun keberuntunganku lah yang mungkin tidak bagus.”
Tiba-tiba, Xie Lian mendengar pesan pribadi dari Ling Wen. Dia hanya mengatakan satu kata, “lonceng.”
Dengan segera, Xie Lian mengerti. Jadi, dia adalah Dewa yang tertimpa lonceng itu.
Jika demikian, maka tidak heran jika dia marah. Xie Lian selalu sangat pandai ketika meminta maaf, maka dengan segera dia berkata, “Saya sudah mendengar tentang kecelakaan lonceng waktu itu. Saya ingin meminta maaf pada anda, saya benar-benar merasa menyesal.”
Dewa tersebut mendengus, namun tidak jelas apa maksudnya.
Ada banyak sekali Dewa Pelindung yang terkenal di Surga, dan banyak dri mereka terangkat ke Surga setelah masa Xie Lian. Maka dari itu, Xie Lian tidak bisa mengenali Dewa tersebut hanya dari suaranya, namun dia juga tidak bisa begitu saja mengabaikan Dewa tersebut setelah meminta maaf.
Maka dari itu, Xie Lian bertanya, “Bolehkah saya tahu bagaimana saya harus memanggil anda?”
Tepat ketika dia berbicara, Dewa tersebut terdiam. Namun sepertinya bukan hanya Dewa tersebut, tapu semua yang ada dalam sistem komunikasi tersebut sepertinya membeku, dan suasana di sana tiba-tiba hening sekali.
Dari tempatnya, Ling Wen mengirimkan pesan suara lain untuknya, “Yang Mulia, walaupun saya tidak menyangka jika anda tidak menyadari siapa dia setelah berbicara lumayan lama, namun saya akan membantu anda mengingatnya. Dia adalah Xuan Zhen.”
“Xuan Zhen?” Xie Lian menjawab.
Dia bingung untuk sesaat sebelum akhirnya tersadar, dan mengirim pesan suara balasan ke Ling Wen, “Dia Mu Qing?”
Jenderal Xuan Zhen adalah Dewa Pelindung untuk wilayah Barat Daya, dan memiliki tujuh ribu kuil untuk memujanya. Sedangkan namanya ketika di dunia manusia sangatlah berbeda. Nama asli Jenderal Xuan Zhen adalah Mu Qing. Delapan ratus tahun yang lalu dia adalah Wakil Jenderal di istana XianLe yang bertugas untuk melindungi Putra Mahkota.
Ling Wen terlihat sedikit terkejut, “Anda benar-benar tidak menyadarinya?”
“Tidak.” Xie Lian menjawab singkat. “Dulu, dia tidak pernah bicara dengan nada seperti ini padaku. Selain itu, aku juga sudah tidak bisa mengingat kapan terakhir kali kami bertemu. Mungkin sekitar lima atau enam ratus tahun yang lalu. Aku juga sudah tidak bisa mengingat bagaimana wajahnya, jadi bagaimana mungkin aku bisa mengingat bagaimana suaranya?”
Sistem komunikasi itu masih hening. Mu Qing juga tidak mengeluarkan suara sedikit pun, sedangkan Dewa yang lain berpura-pura tidak mendengar apapun sambil tetap menajamkan telinga di tempat duduk mereka masing-masing, menanti siapakah dari mereka yang akan melanjutkan percakapan tersebut.
Semuanya akan terasa canggung jika berhubungan dengan mereka berdua. Setelah banyak rumor yang beredar selama ini, kebanyakan dari pada Dewa telah mengetahui cerita tentang mereka.
Waktu itu, ketika Xie Lian masih menjadi Putra Mahkota yang dihormati oleh semua, dia berlatih di Kuil Huang Ji. Kuil Huang Ji ini ada tempat khusus di Kerajaan Xian Le yang ingin memerdalam ilmu kultivasi mereka, tentu saja dengan syarat dan proses penerimaan murid yang ketat.
Mu Qing berasal dari keluarga yang miskin dan ayahnya adalah seorang kriminal yang telah dihukum mati. Tentu saja orang seperti dia ini tidak layak untuk bergabung dalam Kuil Huang Ji, jadi dia hanya bisa menjadi seorang pelayan. Di kuil tersebut, dia hanya menjadi seseorang yang membersihkan kamar Putra Mahkota dan menyiapkan teh dan air untuknya.
Xie Lian bisa melihat dirinya yang sangat tekun saat bekerja. Jadi dia meminta pendeta di tempat itu membuat pengecualian untuk Mu Qing, dan mengangkatnya menjadi seorang murid. Karena kepandaian Putra Mahkota dalam berbicara, akhirnya Mu Qing bisa bergabung dengan Kuil Huang Ji dan berlatih kultivasi bersama Putra Mahkota. Bahkan setelah pengangkatannya, Xie Lian menunjukknya sebagai jenderal, dan membawanya ke Ibukota Surga.
Namun, ketika Kerajaan Xian Le hancur dan Xie Lian diasingkan ke dunia manusia. Mu Qing tidak mengikutinya. Tidak hanya itu, Mu Qing juga tidak mau lagi berbicara apapun yang berhubungan dengan Xie Lian. Sekarang, setelah Putra Mahkota pergi, dia merasa bebas. Dia menemukan sebuah gua di sebuah tempat yang sangat bagus dan berlatih di sana demgan serius. Dan beberapa tahun kemudian, setelah dia mampu melewati cobaan besar dari Surga, dia terangkat ke Surga.
Di masa lalu, satu berada di Surga dan satu berada di bumi. Dan sekarang, masih tetaplah sama, satu di Surga dan satu di bumi, hanya saja kini posisi mereka bertukar.
Akhirnya, Ling Wen berkata, “Dia terlihat sangat marah.”
“Aku juga menyadari hal tersebut.” Jawab Xie Lian.
“Aku akan memulai percakapan lain, lebih baik anda menggunakan kesempatan ini untuk pergi.” Lanjut Ling Wen.
“Tak apa,” jawab Xie Lian, “Pasti tidak akan apa-apa, asalkan kita berpura-pura tidak terjadi apapun.”
“Benarkah?” Lanjut Ling Wen, “Aku merasa canggung melihat kalian berdua.”
“Tidak seburuk itu.” Jawab Xie Lian.
Untuk seseorang seperti Xie Lian, semuanya akan terlihat baik-baik saja kecuali kematian. Itu karena dia tidak memiliki apapun dan tidak ada lagi rasa malu pada dirinya. Dia sudah banyak sekali menderita, bahkan dia sudah sering mengalami hal yang lebih cangung dari sekarang. Maka dari itu dia berpikir jika hal ini pastilah tidak akan apa-apa.
Namun siapa yang sangka jika kata “tak apa” bukanlah suatu kata yang bisa dikatakan dengan semudah itu. Dia baru saja mengatakan kata tersebut saat tiba-tiba sebuah teriakan marah terdengar.
“SIAPA ORANG SIALAN YANG BERANI MENGHANCURKAN ISTANA EMASKU?! TUNJUKKAN DIRIMU!!”
Teriakan penuh amarah itu seperti hampir meledakkan semua kepala dewa di sana.
Saat mereka semua ingin sekali komplain tentang hal ini, mereka masih berusaha menahan diri mereka dan tetap diam, menanti jawaban apa yang akan Xie Lian berikan. Namun yang tidak disangka, semuanya menjadi semakin menarik. Sebelum Xie Lian sempat membuka mulutnya, Mu Qing menjawab lebih dahulu.
Atau, jika hal tersebut bisa dikatakan sebagai jawaban, karena dia hanya mendengus, “Hmph..”
Pendatang baru itu berkata dingin, “Jadi kamu yang menghancurkannya? Bagus. Tunggu saja balasanku.”
Mu Qing hanya menjawabnya dengan santai, “Aku tidak mengatakan kalau aku yang melakukannya. Jangan suka menuduh orang lain tanpa bukti.”
Lawan bicaranya kini menjawabnya dengan penuh amarah, “Lantas mengapa kamu tertawa? Apa kamu sudah gila?”
“Tidak ada alasan, hanya terdengar lucu, hanya itu saja.” Jawab Mu Qing. “Saat ini, orang yang menghancurkan istana emasmu juga ada di sini. Silahkan interogasi dia sendiri.”
Dengan segala sesuatu yang sudah menjadi seperti ini, membuat Xie Lian malu jika dia kabur begitu saja.
Dia berdeham pelan, “Akulah yang melakukannya. Maaf.”
Tepat saat dia bicara, orang tersebut terdiam seketika.
Sekali lagi, Ling Wen mengirimnya pesan pribadi di dekat telinganya, “Yang Mulia, itu Nan Yang.”
“Untuk kali ini aku tahu.” Jawab Xie Lian, “Namun sepertinya dia tidak mengenaliku.”
“Dia sudah tahu.” Jawab Ling Wen. “Hanya saja, dia menghabiskan terlalu banyak waktunya untuk berkeliling di dunia manusia dan jarang kembali ke sini. Jadi dia tidak tahu jika anda terangkat lagi.”
Nan Yang Zhenjun adalah Dewa Pelindung di wilayah Tenggara, memiliki delapan ribu kuil, dan sangat dicintai oleh para pengikutnya. Nama aslinya adalah Feng Xin, dan delapan ratus tahun yang lalu, dia adalah jenderal tertinggi di istana Xianle milik Putra Mahkota.
Feng Xin sangatlah setia pada kerajaan, dan dia telah menjadi pengawal pribadi Xie Lian semenjak Xie Lian berusia empat belas tahun. Dia tumbuh bersama Putra Mahkota, mereka naik ke Surga bersama, turun bersama, dan diasingkan bersama.
Namun sayang sekali, mereka tidak bisa bertahan selama delapan ratus tahun bersama. Hingga akhirnya, perpisahan yang menyedihkan terjadi dan mereka berjalan pada jalan mereka sendiri-sendiri, dan tidak pernah bertemu lagi.
*_*_*_*_*
Comments for chapter "Chapter 002 "
NOVEL DISCUSSION
Support Foxaholic Global
Your donations will go towards site costs and management.
Individual translators usually have their own ko-fi buttons.