Heaven Official Blessing (Chinese To Indonesian Translation) - Chapter 005
- Home
- Heaven Official Blessing (Chinese To Indonesian Translation)
- Chapter 005 - Percakapan Tiga Pria Bodoh Saat Malam Di Kuil JuYang (Part 2)
Menyadari tatapan mereka, Xie Lian tersenyum pada mereka dan berbalik, “Apa ini pertama kalinya kalian melihat belenggu kutukan?”
Belenggu kutukan. Seperti namanya, belenggu ini dibuat dari sebuah kutukan.
Dewa yang diusir dari Surga pasti akan memiliki sebuah tanda di tubuh mereka sebagai penanda atas dosa miliknya yang dibuat dari kemarahan Surga. Tanda tersebut akan menyegel seluruh kekuatan mereka, dan tidak akan pernah dibebaskan kembali. Seperti tato di wajah, rantai di tangan dan kaki, semuanya adalah sebuah penanda hukuman dan sebagai peringatan. Yang pasti, semua itu sangat menakutkan dan memalukan.
Sebagai salah satu bahan tertawaan tiga dunia karena dua kali diusir dari Surga, tentu saja Xie Lian memiliki belenggu kutukan di tubuhnya. Tidak mungkin jika dua dewa muda itu tidak pernah mendengar tentang hal ini sebelumnya. Namun tetap saja, ada perbedaan besar antara hanya mendengar dan melihatnya secara langsung. Xie Lian juga mengerti mengapa mereka bereaksi seperti itu.
Xie Lian menyadari jika hal ini membuat dua dewa muda itu menjadi lebih hati-hati dan terlihat tidak nyaman. Lagipula, hal seperti ini bukanlah sesuatu yang bagus.
Awalnya, dia ingin beralasan ingin mencari pakaian dan berjalan keluar, namun keinginannya ini dihentikan oleh Fu Yao yang memutar bola matanya sambil berkata,
“Jika anda keluar dengan penampilan seperti itu, maka anda pasti akan dibilang orang mesum.”
Pada akhirnya Xie Lian harus berterima kasih pada Nan Feng setelah dia melemparkan pakaian yang diambilnya dari bagian belakang kuil untuknya, dan menghentikannya melakukan perbuatan yang memalukan. Namun setelah semua masalah ini, Xie Lian merasa jika kejadian barusan membuat suasana menjadi sedikit canggung.
Akhirnya Xie Lian mengeluarkan gulungan yang diterimanya dari istana Ling Wen, “Apa kalian ingin melihat gulungan ini sekali lagi?”
Mata Nan Feng terbelalak dan memandang Xie Lian, “Aku sudah selesai melihat gulungan itu. Aku rasa dia yang perlu melihat gulungan itu lebih jelas lagi.”
“Apa maksudmu aku harus melihat gulungan itu lebih jelas lagi?” Fu Yao membalas, “Gulungan itu juga tidak detail, benar-benar tidak berguna. Dan kamu pikir aku harus melihatnya lagi?”
Mendengarnya mengatakan jika gulungan itu tidak berguna, Xie Lian tidak bisa berbuat apapun selain merasa kasihan pada para pekerja di istana Ling Wen. Para dewa junior itu menulis banyak sekali gulungan hingga wajah mereka berubah menjadi biru dan mengumpulkan semua informasi tersebut menjadi satu.
Fu Yao kemudian melanjutkan, “Oh benar, dimana kita sekarang? Di kuil Nan Yang. Jadi mengapa Nan Yang memiliki banyak sekali pengikut wanita?”
Xie Lian kembali menyimpan gulungan itu dan memijat keningnya yang mulai berdenyut. Sekarang dia tahu jika malam ini tidak ada siapapun yang akan mengerjakan tujuan utama mereka, jadi tidak ada salahnya jika mendengar masalah tambahan apa yang akan dibahas.
Sebenarnya, selain Putra Mahkota yang menghabiskan ratusan tahun untuk memungut sampah, seluruh Dewa dan Budha tahu jika ada waktu dimana Nan Yang Zhenjun, Feng Xin, dipanggil dengan sebutan Ju Yang Zhenjun. Yang bersangkutan sebenarnya juga merasa sangat tidak senang dengan sebutan ini. Menurut pengalaman Feng Xin, seluruh perasaan orang yang lain jika digabungkan akan menjadi kata “Tidak Adil!”
[Ju Yang : kejantanan yang luar biasa, Ju Yang yang seharusnya berarti selalu bersinar]
Hal ini dikarenakan pada waktu itu ada seorang raja yang membangun kuil dan istana. Dan untuk menunjukkan kepercayaan dan kesungguhannya, secara pribadi dia menuliskan semua papan nama untuk kuil dan istana tersebut. Namun saat dia akan menulis nama untuk istana Ju Yang, dia salah dalam menuliskan karakter Ju, sehingga kesalahan kecil ini menyebabkan sebuah kesalahpahaman yang besar.
Waktu itu, para petugas yang bertanggung jawab untuk merenovasi kuil tersebut merasa sangat khawatir. Mereka tidak bisa menerka apakah Yang Mulia dengan sengaja merubah nama tersebut atau hal ini adalah murni ketidaksengajaan. Jika memang sengaja, mengapa tidak ada pengumuman yang menyatakan jika nama tersebut memang sengaja dirubah? Namun jika tanpa sengaja, mengapa Yang Mulia bisa melakukan kesalahan sekecil ini?
Mereka tidak akan pernah bisa mengatakan “Yang Mulia, anda salah.” Siapa yang tahu, bisa saja Yang Mulia berpikir jika mereka menertawakan kesalahannya itu. Bahkan Yang Mulia bisa saja menuduh mereka menganggap pengetahuan raja mereka itu sangatlah dangkal. Dia pasti merasa sangat tidak senang dalam hatinya. Dan yang terpenting, tulisan itu dibuat menggunakan tinta yang merupakan harta karun sang raja. Apakah mungkin jika tulisan itu hanya akan menjadi sampah?
Hal yang paling susah untuk ditebak di dunia ini adalah keinginan Kaisar. Hingga terjadi perdebatan di anatara para pejabat kerajaan. Namun setelah dipikirkan lagi, mereka memutuskan jika lebih baik membuat Ju Yang ZhenJun menjadi sedih, daripada membuat Yang Mulia merasa bersalah.
Dan sepertinya pejabat kerajaan itu membuat keputusan yang benar. Saat Yang Mulia mengetahui jika Ju Yang (selalu bersinar) kini berubah menjadi Ju Yang (kejantanan yang luar biasa), dia tidak mengatakan apapun. Sebaliknya, beliau mengundang banyak sekali sastrawan kerajaan untuk memeriksa naskah kuno dengan semangat untuk mencari bukti sekecil apapun untuk membuktikan bahwa tulisan yang benar adalah Ju Yang (kejantanan yang luar biasa), namun ada salah penulisan sehingga menjadi Ju Yang (selalu bersinar).
Dalam sekejap, hanya berselang satu hari saja setelah kejadian tersebut, seluruh kuil Ju Yang (selalu bersinar) berubah menjadi kuil Ju Yang (kejantanan yang luar biasa).
Feng Xin, yang tiba-tiba mendapat julukan tersebut, tidak mengetahui hal ini hingga sepuluh tahun kemudian. Sebelumnya, dia tidak pernah terlalu perhatian terhadap papan nama di setiap kuil miliknya. Suatu hari, tiba-tiba dia murung. Mengapa banyak sekali wanita yang datang ke kuilnya dan menyembahnya? Dan sebagai tambahan, mengapa hampir semua dari mereka terlihat malu dan mengapa mereka berdoa dengan wajah yang memerah? Permohonan apa yang mereka minta saat mereka menyalakan dupa?
Setelah mengetahui apa yang terjadi, Feng Xin dengan segera pergi ke ujung cakrawala, menatap ke arah teriknya matahari dan langit yang luas, sebelum akhirnya mengeluarkan semua sumpah serapah.
Dan tidak heran jika hal yang dilakukannya ini membuat terkejut seluruh Dewa di Surga.
Setelah puas mengumpat, tidak ada yang bisa dilakukannya. Jika mereka ingin menyembahnya, maka dia hanya bisa membiarkan mereka menyembah. Dia juga tidak mungkin membuat hidup wanita yang dengan tulus menyembahnya ini menderita. Maka dari itu, dia memantapkan dirinya sebelum mendengarkan doa mereka untuk puluhan tahun berikutnya.
Hal ini berlanjut hingga sebuah kerajaan yang bermartabat berpikir jika sebutan Ju Yang (kejantanan yang luar biasa) ini sangat memalukan, maka dari itu mereka menggantinya dengan Nan Yang. Namun, para penduduk tidak pernah lupa jika selain menjdi dewa pelindung, Nan Yang juga seorang dewa yang memberikan berkat dan perlindungan. Hanya saja, mereka mengerti jika tidak boleh menggunakan dua kata untuk menyebut Nan Yang.
Pada saat bersamaan, para dewa yang lain tahu bagaimana harus menilai Nan Yang Zhejun. Mereka hanya memerlukan beberapa kata, Dia sangat hebat!
Wajah Nan Feng menjadi semakin muram, sekelam warna kuali yang sudah tua. Namun Fu Yao tiba-tiba merasa melankolis dan mulai melantunkan nada,
“Sahabat para wanita, teman yang bisa dipercaya
Untuk meminta putra yang sangat kuat
Ada sebuah rahasia, berdoalah pada Nan Yang
Dia pasti akan mengabulkannya.”
“Ahahahahhahaha…”
Xie Lian dengan susah payah menahan tawanya untuk memberi Nan Yang muka di hadapan patungnya. Namun Nan Feng terlihat marah.
“Jangan bertingkah sarkastis di sini, jika kamu merasa bosan, pergilah untuk menyapu lantai!”
Tepat setelah kalimat tersebut diucapkan, wajah Fu Yao juga berubah muram seperti kuali yang sudah usang. Jika Istana Nan Yang tidak tahan mendengar kalimat tersebut, maka istana Xuan Zhen tidak akan tahan mendengar kata “menyapu”. Hal ini dikarenakan saat Mu Qing masih menjadi seorang pelayan di istana Putra Mahkota, yang dia lakukan hanyalah menyiapkan teh, mengantar air, menyapu, dan mengganti selimut Xie Lian di istana Putra Mahkota.
Suatu hari, Xie Lian tanpa sengaja melihat Mu Qing melafalkan dasar-dasar bela diri sambil menyapu. Hatinya merasa terenyuh saat melihat kegigihan untuk belajar dan bekerja keras di bawah tekanan dan kesusahan. Kemudian Xie Lian membujuk Guoshi untuk mengangkatnya menjadi murid.
Kata apa yang bisa digunakan untuk menggambarkan keadaan ini? Apakah hal ini adalah sesuatu yang cukup besar atau kecil, apakah ini adalah sebuah penghinaan atau pujian? Hal ini bergantung pada penafsiran masing-masing individu. Tentu saja, jika ditanyakan pada orang yang bersangkutan, maka hal ini bisa dikatakan sebagai penghinaan dalam hidup, karena Mu Qing dan seluruh ahli bela diri yang berada di bawahnya akan merasa marah saat mendengar kata “menyapu”.
Benar saja, Fu Yao langsung memasang kuda-kuda. Setelah memandang ke arah Xie Lian, yang melambaikan tangannya, terlihat tidak bersalah sama sekali, dia mendengus.
“Mendengar kalimatmu ini, mereka yang tidak tahu pasti akan berpikir jika istana Nan Yang kalian berada di pihak istana Putra Mahkota dan berjuang keras atas ketidakadilan yang diterimanya.”
Nan Feng juga mendengus, “Jenderal kalianlah yang paling tidak tahu malu, menggigit tangan orang yang telah memberinya makan. Apa lagi yang bisa aku katakan?”
“Um…”
Xie Lian mencoba untuk mencegah saat Fu Yao tertawa dan berkata, “Hahaha… Jenderal kalian sendiri seperti sebuah kuali yang mengatakan jika bagian alasnya buruk. Apa hakmu untuk mengatakan hal seperti itu.”
“…”
Mendengar mereka seperti berubah menjadi palu dan saling memukul hingga bisa membuat pusing Dewa yang berdiri tegap di belakang mereka, Xie Lian akhirnya tidak bisa menahan dirinya lagi.
“Berhentilah. Aku rasa sudah cukup.”
Tentu saja tidak ada yang menganggapnya, bahkan mereka kini mulai saling pukul. Tidak tahu siapa yang memukul pertama kali. Namun yang pasti, altar persembahan kini terbelah menjadi dua, dan piring berisi buah-buahan terguling di bawah. Melihat jika dirinya tidak mungkin lagi bisa melerai pertengkaran itu, Xie Lian akhirnya memutuskan untuk duduk di bagian ujung dan menghela nafas.
“Kenapa rasanya sial sekali.”
Kemudian dia memungut bakpao yang berguling ke arahnya, membersihkan bagian kulitnya, dan hampir saja menggigitnya saat ujung mata Nan Feng melihatnya. Dengan segera, Nan Feng menampik tangan Xie Lian, membuatnya menjatuhkan bakpao tersebut.
“Jangan makan itu!”
Fu Yao juga berhenti, dia terlihat terkejut dan memandangnya dengan jijik, “Bagaimana kamu bisa memakannya? Bakpao itu cukup kotor.”
Xie Lian menggunakan kesempatan ini untuk mengangkat tangannya, “Berhenti, berhenti, berhenti. Aku ingin mengatakan sesuatu.”
Dia memisahkan mereka berdua dan berkata dengan ramah, “Pertama, Yang Mulia Putra Mahkota yang kalian bicarakan tadi tidak lain adalah aku. Yang Mulia ini bahkan tidak mengatakan apapun, jadi tolong jangan gunakan namaku seperti senjata untuk saling menyerang,” dia berhenti sejenak sebelum menambahkan, “Aku rasa jenderal kalian tidak akan bertingkah seperti ini. Jika kalian tetap bertingkat tidak sopan seperti ini, kalian pasti akan merusak reputasi mereka.”
Saat kalimat tersebut diucapkan, ekspresi wajah mereka berubah dan tidak bisa digambarkan.
Xie Lian melanjutkan, “Kedua, kalian di sini untuk membantuku kan? Jadi seharusnya kalianlah yang mendengarkanku, atau aku yang mendengarkan kalian?”
Diperlukan beberapa waktu sebelum akhirnya mereka menjawab, “Mendengarkan anda.”
Walaupun menjawab demikian, namun ekspresi wajah mereka seakan mengatakan, “Mendengarkanmu? Jangan harap!”, namun Xie Lian sudah cukup puas. Kemudian, Dia mengatupkan kedua tangannya seakan sedang berdoa.
“Bagus. Dan yang ketiga—ini adalah yang terpenting, kalau kalian ingin melempar sesuatu, lempar saja aku daripada kalian melempar makanan.”
Nan Feng akhirnya mengambil bakpao lain yang digenggam Xie Lian sejak tadi, berharap memiliki kesempatan untuk memakannya. Karena sudah tidak bisa tahan lagi akhirmya dia berkata, “Bakpao ini sudah terjatuh di lantai, jadi jangan dimakan!”
Keesokan harinya, mereka kembali ke kedai Xiang Feng.
Sang pemilik, sekali lagi, bersantai di bagian depan kedai dengan kaki terangkat, dan melihat mereka bertiga berjalan di kejahuan. Seorang kultivator sederhana dengan pakaian putih dan topi bambu tergantung di bagian leher terlihat memimpin di depan, dengan dua pemuda tinggi mengikutinya dari belakang.
Kultivator itu terlihat memandang berkeliling dengan tangan menyilang. Dia berbicara dengan lemas, terlihat lebih lemas dari dirinya sendiri, “Tuan, tolong tiga cangkir teh.”
Sang pemilik kedai tersenyum, “Segera datang.”
Kemudian dia berpikir dalam dirinya, “Tiga orang bodoh ini datang lagi. Sayang sekali. Mereka semua terlihat seperti patut dihormati, namun otak mereka sama bermasalahnya dengan yang lain. Selalu berbicara tentang dewa ini atau imortal itu, hantu ini atau apa itu Surga. Jika jiwa mereka terganggu, apa gunanya memiliki wajah tampan?”
Xie Lian masih memilih tempat duduk dekat jendela. Dan setelah mereka duduk, Nan Feng mulai bicara.
“Kenapa kita harus datang ke sini lagi untuk berbicara? Apa kamu yakin tidak ada orang yang akan ikut mendengar?”
Xie Lian menjawab dengan tenang, “Biarkan saja. Walaupun orang lain mendengar kita, mereka hanya akan berpikir jika kita gila.”
“…”
“Baiklah, daripada kita membuang-buang waktu kita seperti ini, mari kita mulai”, lanjut Xie Lian. “Sekarang, setelah kita menenangkan diri semalam, apakah kaliam memiliki ide?”
Mata Fu Yao bersinar dan menjawab dengan dingin, “Mari kita bunuh dia!”
Nan Feng mendengus, “Bodoh!”
“Nan Feng, jangan berkata kasar. Fu Yao tidak mengatakan hal yang salah,” ucap Xie Lian. “Satu-satunya cara menyelesaikan masalah ini adalah dengan membunuh makhluk itu. Namun masalahnya, kemana kita harus pergi? Apa yang akan kita bunuh? Bagaimana kita membunuhnya? Aku menyarankan…”
Tepat pada saat itu, suara gong dan genderang terdengar dari jalan utama, dan mereka bertiga melihat ke arah jendela.
Sekali lagi, itu adalah prosesi untuk mengantar mempelai wanita, namun prosesi itu terlihat suram dan tragis. Kelompok pria yang menunggang kuda meniup terompet mereka keras sekali, bernyanyi dan berteriak dengan kencang, seakan takut jika orang lain tidak melihat apa yang mereka lakukan.
Nan Feng mengerutkan alis, “Bukankah penduduk di Pegunungan Yujun tidak berani mengadakan prosesi besar seperti ini?”
Prosesi ini memang bisa dikatakan besar, dengan ada banyak pria kekar dan kuat. Ekspresi wajah mereka semua terlihat tegang dan keringat dingin juga mulai muncul di kening mereka. Mereka tidak mengantar tandu pengantin yang ceria dan menyenangkan, melainkan sebuah guillotine yang akan mengakhiri hidup mereka dengan cepat. Hal ini membuat banyak yang berpikir, siapakah yang duduk di dalam tandu tersebut.
Setelah berpikir untuk sesaat, Xie Lian berniat untuk memeriksanya. Namun sebuah angin yang cukup kencang tiba-tiba berhembus, mengangkat salah satu bagian dari penutup tandu itu.
Sosok yang berada di dalam tandu tersebut duduk dengan posisi yang aneh. Kepalanya juga tertunduk dengan posisi yang tidak wajar, dan di balik tudung pengantin itu terlihat bibir yang sangat merah dengan senyum yang sangat lebar. Tandu itu bergoyang dan tudung pengantin terlepas, memperlihatkan sepasang mata yang menatap mereka dengan menakutkan. Hanya dengan sekali lihat saja, bisa dilihat jika posisi leher wanita tersebut seperti terpelintir, dan tertawa lebar tanpa suara ke arah mereka.
Mungkin karena tandu itu bergoyang cukup kencang, membuat tandu tersebut tidak bisa berjalan dengan stabil, sehingga kepala wanita di dalam tandu tersebut ikut melompat bersamaan dengan tandu yang terkena benturan tersebut. Tantu itu terus menerus terbentur dan KLANG! Sebuah kepala terjatuh dan menggelinding di jalan.
Tubuh tanpa kepala yang duduk di dalam tandu juga terjatuh dengan suara keras. Dan kini, tubuh wanita di dalam tandu itu sepenuhnya keluar dari dalam tandu.
*_*_*_*_*