I've Transmigrated Into this Movie Before (English to Indonesian Translation) - Episode 129
- Home
- I've Transmigrated Into this Movie Before (English to Indonesian Translation)
- Episode 129 - Perlahan Lenyap
EPISODE 129
PERLAHAN LENYAP
Cheng Shuang He tiba-tiba bergidik saat dia melihat orang yang ada di depannya.
“Pelanggan, silahkan ikuti saya.”
“…Tunggu dulu, kamu bukan kostumer.”
“Minggir!! Hahahah, ayo cepat, semuanya! Seseorang sudah menyelinap masuk, akhirnya seseorang menyelinap masuk!”
Para manusia topeng berhamburan. Layar menunjukkan timer dengan latar merah darah. Di akhir hitung mundur tersebut, sepasang mata tiba-tiba terbuka di layar tersebut.
Seperti sorotan lampu mobil yang tiba-tiba di kegelapan malam, kedua mata itu bersinar putih dan dengan silau menyinari matanya, merasa sangat silau, Cheng Shuang He pun menutup matanya lagi. Saat dia membukanya kembali, dia sudah kembali ke masa lalu.
“Apa ini mimpi?” Chen Shuang He bergumam kecil sambil perlahan menjulurkan tangannya ke tubuh Shi Zhong Tang.
Jika ini adalah mimpi, tentu jarinya saat ini akan melewati tubuh pria bertopeng yang sedang berdiri di depannya ini, namun sayangnya tidak. Jarinya dengan jelas menyentuh topeng tersebut, sensasi hangat namun juga dengan sedikit sejuk menyesap dalam jemarinya.
Chen Shuang He dengan cepat menarik kembali jari-jemarinya, melihat orang yang ada didepannya dengan terkejut dan bertanya dengan berhati-hati. “Kamu nyata?”
“Apa yang nyata?”
Suara seorang wanita tiba-tiba terdengar di belakangnya. Chen Shuang He dengan cepat membalikkan kepalanya untuk melihat kebelakang, seorang wanita dengan rambut panjang dan wajah pucat berdiri di belakangnya, melihatnya sambil tersenyum.
Sering disebutkan bahwa memiliki kulit putih akan menutupi tiga kelemahan, namun wanita yang ada di depannya ini putih dalam hal kepucatan, sangat rentan, dimana tidak terlihat sedikitpun jejak kebugaran dalam sosoknya. Dia terlihat seperti sketsa seseorang yang di gambar di sebuah dinding dengan sebuah pensil, jika seseorang tanpa sengaja menghapus dia dengan penghapus, mereka akan dengan mudah menghapus keberadaannya dari muka bumi ini.
“Ibu…” gumam Chen Shuang He. Dia menyentuh wajah sang ibu, gerakannya terlihat sangat berhati-hati, dia takut bahwa jarinya akan menembus wajah ibunya.
Namun dia bisa menyentuh wajah itu.
Sebuah wajah yang pucat, kasar dan kering.
“Ada apa?” tanya wanita yang ada di depannya yang tak lain adalah ibunya, Chen Hui, dia bertanya dengan sikap ragu, “Kenapa kamu menangis?”
Chen Shuang He tertegun sesaat. Dia menyentuh pipinya, dan memang pipi itu sekarang basah dengan air matanya.
“Kasihan kamu, pasti kamu kesepian ya?” hela Chen Hui. Dia memeluk putranya dan berkata, “Ayahmu berkata dia akan membawa kita jalan-jalan saat liburan yaitu hari ini namun dia malah membatalkannya di menit-menit terakhir…apa kamu tahu kenapa?”
Dia memegang tangan Chen Shuang He sambil menggiringnya turun ke lantai bawah. Walah rumah itu berbentuk villa, namun pencahayaannya lebih gelap dibandingkan rumah pada umumnya. Hanya dengan sekali lihat, orang bisa tahu bahwa semua itu akibat seluruh jendela yang ditutupi tirai. Dia membawa Chen Shuang He menuju sofa dan duduk bersama, lalu dia mengambil remot tv dan mengarahkannya ke depan sambil menekan sebuah tombol. TV pun mulai menyala, yang terpampang di sana adalah wajah Ning Yu Ren.
<<Liburan Sicilian>>, Ning Yu Reng dan seorang aktor luar memerankan sebuah kisah cinta di luar negeri.
“Semua ini gara-gara wanita itu.” Chen Hui menatap Ning Yu Ren sambil terus berkata pada putranya, “Dia telah menculik ayahmu lagi. Syuting, syuting, syuting. Setelah ini, akan selalu ada syuting selanjutnya. Dengan adanya wanita ini, ayahmu tidak akan pernah kembali ke sisi kita.”
“Matikan TV nya.” Shi Zhong Tang berkata kepada Chen Shuang He dari belakang sofa, “Cukup hanya dengan menonton TV sesekali. Jangan terlalu sering berkutat dengan itu dan memperlakukan aktris dalam TV itu sebagai saingan khayalan.”
Chen Shuang He melirik ke laki-laki itu dan bertanya, “Ibu, apa ada seseorang di rumah hari ini?”
“Maksudmu siapa?” Chen Hui berbalik dan ikut melihat. Shi Zhong Tang jelas-jelas sedang berdiri di depannya, namun dia sama sekali tidak bisa melihat laki-laki itu. Dia melihat ke sekelilingnya kemudian tersenyum pada Chen Shuang He. “Tidak ada orang di rumah, jangan menakutiku. Baiklah, ayo kita tonton TV ini bersama…apa yang kamu lakukan?”
Televisi itu dimatikan. Chen Shuang He berbalik dan tersenyum kepadanya. “Ibu, karena ayah tidak akan liburan bersama kita, aku yang akan menemanimu liburan.”
Chen Hui tersenyum, “Tapi bukannya kamu harus syuting juga nanti?”
Sebagai seorang aktor cilik, apalagi seseorang yang memiliki wajah tidak pernah berubah menjadi buruk seiring dengan pertambahan usia, namun sebaliknya semakin bertambah usianya maka semakin tampan wajah Chen Shuang He, tentu saja hal ini membuat perekonomian Chen Shuang He menjadi semakin baik. Dia bahkan tidak ikut sekolah formal yang fokus mempelajari perfilman, namun dia sudah berhasil mendapatkan secara berturut-turut peran dalam beberapa film. Dia bahkan sudah menerima peran penting dalam sebuah drama klasik yang diperankan oleh aktor veteran, dan dia berperan sebagai sosok muda dari Qin Shi Huang1.
<<Qin Shi Huang>> adalah sebuah film klasik yang sangat penting dalam membangun karir Chen Shuang He. Bukan hanya berhasil mengubahnya dari bintang cilik menjadi aktor ternama, namun film ini juga membantunya menguatkan persahabatan dengan rekan aktor senior dalam film tersebut. Kesuksesannya di masa depan tidak akan bisa dicapai tanpa ada sokongan dari para senior ini.
“…Aku tidak akan syuting.” Chen Shuang He memegang lengan Chen Hui, dengan lembut bersandar padanya. “Aku akan menemanimu.”
Chen Hui meninggal pada hari <<Qin Shi Huang>> selesai syuting. Dia meninggal dalam kesendirian di atas sofa di ruang tamu, tanpa suami dan putranya, yang menemaninya hanyalah sebuah remot TV yang ada di tangannya dan juga Ning Yu Ren yang ada di televisi.
Dia sama sekali tidak ingin mengulang sejarah ini.
“…Tapi aku sama sekali tidak ingin keluar rumah.” Chen Hui dengan perlahan memalingkan wajahnya dan menatap keluar jendela, mata yang terlihat mati itu terlihat menampung harapan. “Bagaimana jika tiba-tiba ayahmu kembali? Harus ada seseorang yang menunggunya dirumah.”
“…Karena kamu seperti inilah makanya dia sama sekali tidak pernah muncul.” Chen Shuang He dengan paksa menariknya dari sofa. “Biarkan sesekali dia yang menunggu!”
Namun walau mereka akhirnya memutuskan untuk berlibur berdua, Chen Hui tetap saja diliputi dengan rasa cemas akan rumah mereka. Pergi keluar negeri sama sekali bukan pilihan. Bahkan walau mereka liburan di dalam negeri sekalipun, dia sama sekali tidak ingin pergi terlalu jauh dari rumah, karena dia selalu terlihat sangat tidak tenang hanya dalam rentang waktu tiga hari, lalu memaksa Chen Shuang He untuk memesan tiket pulang.
Kehidupan seperti ini berlangsung selama setengah tahun.
Lalu, Chen Hui pun jatuh sakit.
“Pulang, aku mau pulang.” Dia memegang tangan Chen Shuang He sambil terbaring di ranjang rumah sakit, sama sekali tidak ingin melepaskan tangan itu, menggunakan seluruh tenaga yang tersisa untuk memaksa putranya untuk pulang, “Ayo bantu aku memesan tiket pulang.”
Chen Shuang He langsung dihinggapi dengan rasa sedih. “Tidak ada seorang pun yang menunggumu di rumah, untuk apa kamu pulang?”
Sudah enam bulan berlalu, Sutradara Chen sama sekali tidak pernah menelepon mereka, ibunya lah yang selalu menelpon suaminya itu, melaporkan lokasi mereka dan kegiatan yang mereka lakukan padanya sebelum akhirnya sang suami dengan nada tidak sabar segera menutup telepon tersebut.
“Apa kamu tahu bagaimana cara berbicara dengan wanita?” suara Shi Zhong Tang terdengar dari belakangnya, dia terlihat tersenyum lebar. “Wanita itu sangat tahu semua ini dalam hatinya. Dia tidak butuh penjelasan darimu, yang dia butuhkan adalah sebuah penghiburan.”
Selama setengah tahun ini, laki-laki bertopeng yang mengaku namanya adalah Shi Zhong Tang selalu menghantuinya seperti arwah penasaran. Chen Shuang He lama-lama terbiasa dengan kehadirannya dan memperlakukan dia seakan dia sama sekali tidak ada. Sedangkan saran yang diusulkan oleh Shi Zhong Tang selama setengah tahun ini….berhubung dia sangat curiga dengan lelaki itu dan juga bioskop tersebut, Chen Shuang He sama sekali tidak mendengar satupun saran darinya.
“Kenapa tidak…” Chen Shuang He berkata dengan ibunya yang saat ini terbaring sakit, “cerai saja dengan ayah.”
Chen Hui terkejut, lalu dia pun terdiam.
“Sepertinya dia masih memiliki perasaan pada ayahmu.” Shi Zhong Tang memberinya saran. “Alasan kenapa wanita itu tidak bisa melupakan cinta lamanya karena mereka belum pernah bertemu dengan cinta baru yang memang lebih baik dari yang lama…Sebelum kamu meyakinkan dia untuk bercerai kenapa kamu tidak mencoba untuk mengenalkannya dengan pria tampan?”
“….dimana remote nya?” Chen Hui dengan tiba-tiba melihat ke sekelilingnya, pandangannya terpaku pada remote yang tergeletak di atas meja. “Berikan aku remotenya.”
Chen Shuang He tahu apa yang ingin ibunya lakukan. Dia tidak ingin menyerahkan remote itu pada sang ibu, namun ibunya justru merangkak keluar dari tempat tidur dan berusaha meraih remote itu. Karena tidak punya pilihan lain, Chen Shuang He hanya bisa menyerahkan remote itu ke tangan sang ibu.
Dia langsung memilih program yang didalamnya ada Ning Yu Ren, kemudian dia pun menghela nafasnya. Dia berbaring menyamping di tempat tidur, melihat wanita yang ada di layar kaca dengan linglung. Wajahnya yang semakin terlihat kuyu sangat kontras perbedaannya dengan wajah wanita itu yang penuh dengan vitalitas dan daya tarik.
“Aku sangat iri dengannya.” Chen Hui bergumam.
“Tidak ada yang perlu diirikan dengannya.” sahut Chen Shuang He dengan sedikit kesal. “Dia hanya bercahaya di atas panggung. Dia hanya memiliki latar belakang pendidikan setingkat SMP saja, dia ibu dengan satu anak, satu-satunya yang berjuang untuk menafkahi keluarganya. Ada banyak lagi kesulitan yang dia hadapi yang tidak diketahui oleh orang lain!”
Chen Hui perlahan menatap anaknya, “Aku rela bertukar nasib dengannya.”
Chen Shuang He langsung syok.
“Aku rela menukar latar belakang keluargaku dan juga pendidikan ku dengan kemampuan aktingnya.” Segaris air mana menitik dari ujung mata Chen Hui, membasahi bantalnya. “Tapi bahkan jika aku menukar semua ini dengannya, aku tetap tidak akan bisa menukar hidupku dengannya….semuanya bergantung denganmu.”
“Padaku?” tanya Chen Shuang He.
“Ya semuanya bergantung padamu.” Chen Hui meraih dan menyentuh wajah putranya dan berkata dengan lembut, “Kamu berbeda denganku, kamu memiliki bakat akting. Bahkan untuk urusan akting, kamu ini jenius. Jadi kumohon, anggap ibumu ini sedang memohon padamu, sebelum aku mati…kamu harus bisa membuat ayahmu melihat kita, memandang lurus ke mata kita.”
Setelah berputar-putar, pada akhirnya semuanya kembali ke alur awal.
Sebelumnya, setelah Chen Hui meninggal, Chen Shuang He bersumpah akan menghancurkan Ning Yu Ren dengan kemampuan aktingnya sehingga pandangan Sutradara Chen akan tertuju kembali pada dia dan ibunya. Namun sekarang, Chen Hui masih hidup, namun Chen Shuang He malah kembali ke alur awal cerita ini.
Tidak, ini tidak termasuk dalam alur awal.
“Apa yang kamu bilang?” Chen Shuang He memegang ponsel di tangannya dan mengerutkan alis, “Aku tidak termasuk dalam jajaran aktor yang berperan dalam film itu?”
“Benar sekali.” manajernya tertawa. “Tapi tidak masalah, walau kamu tidak bisa berakting dalam film ini, kita bisa menggantinya dengan film lain. Autumn Entertainment akan syuting sebuah film drama idola baru berjudul <<Kamu, Sang Kekasih Masa Kecilku>>, Sutradara berpikir bahwa wajahmu sangat cocok untuk berperan sebagai pemeran pria dalam drama itu….”
<<Kamu, Sang Kekasih Masa Kecilku>>? Dia sama sekali tidak pernah mendengar film ini sebelumnya, bisa jadi ini adalah sebuah film buruk, atau itu hanyalah sebuah drama idola yang mudah dilupakan oleh orang setelah menontonnya, bagaimana mungkin film seperti ini bisa dibandingkan dengan film klasik seperti <<Qing Shi Huang>>? Chen Shuang He menyela manajernya, “Siapa yang akan berperan sebagai versi muda dari Qin Shi Huang?”
Manajernya langsung terdiam sebentar sebelum berkata, “Qu Yan.”
Qu Yan? Siapa lagi itu? Chen Shuang He mencoba mencari-cari dalam ingatannya namun dia sama sekali tidak pernah ingat ada aktor dengan nama itu. Apa dia adalah aktor yang naik daun karena efek dari dirinya yang mengundurkan diri selama enam bulan terakhir ini?
“…sebenarnya, dia adalah orang yang sebelumnya menggantikanmu memerankan Qin Shi Huang versi layar kaca.” jelas sang manajer, “Dia ternyata berakting dengan sangat baik. Terlebih lagi, aktor senior yang berperan dalam film itu pun semua menyukainya dan merekomendasikannya untuk ikut dalam film layar lebarnya.”
Walau saat itu Chen Shuang He merasa bahwa hal ini sangat disayangkan, namun kesempatan ini sudah dia pilih sendiri untuk dia lepaskan dari tangannya, jadi dia tidak bisa menyalahkan orang lain. Oleh karena itu dia berkata, “Kalau begitu lupakan, Bantu aku melihat kesempatan lain. Kudengar sutradara Shi sedang persiapan untuk syuting sebuah film gangster, bantu aku agar bisa masuk ke dalam deretan aktor di dalamnya.”
Dia sudah berperan di berbagai macam film dan acara tv selama hidupnya, peran yang pantas untuk dia mainkan diantara semua film-film itu, yang meninggalkan kesan mendalam bagi penonton bahkan sangat jarang ditemukan. Film yang bagus adalah sesuatu yang kamu temukan, bukan yang kamu cari. Hanya ada beberapa yang dia pernah perankan diantaranya, yang nomor satu adalah <<Qin Shi Huang>>, yang kedua adalah <<Neraka Tak Berujung>>, sedangkan yang ketiga adalah <<Setelah Kematian Juliet>>.
<<Qin Shi Huang>> membantunya berevolusi dari aktor cilik menjadi seorang aktor tulen dengan banyak kenalan. <<Neraka tak Berujung>> membuat bakatnya makin berkembang dan diakui sebagai aktor jenius di industri perfilman. <<Setelah Kematian Juliet>> membuat semua orang mengingat namanya. Ini adalah trilogi dalam hidup Chen Shuang He. Bisa dikatakan tanpa ketiga film ini, maka tidak ada yang namanya Chen Shuang He.
Pencapaian dari seorang aktor bergantung pada film, pencapaian sebuah film juga bergantung pada aktor yang berperan didalamnya, kedua hal ini saling menyokong satu sama lain, tidak ada yang bisa bertahan tanpa ada salah satu dari dua faktor ini.
Namun setengah tahun kemudian…
“Apa?” Chen Shuang He berkata dengan sangat marah, “Aku gagal masuk dalam deretan aktor lagi? Apa alasannya kali ini?”
“Kita tidak bisa berbuat apa-apa.” Manajernya berkata dengan tak berdaya. “Qu Yan setuju untuk ikut serta dalam film ini.”
“Tapi bukannya Sutradara Shi lebih menyukaiku daripada orang lain?” sahut Chen Shuang He dengan cepat.
“Sutradara Shi memang lebih menyukaimu…namun sponsor yang ada di perusahaan lebih menyukai Qu Yan.” Manajernya mulai memberi saran, “Kita tidak bisa begini terus-terusan. Kita harus memilih satu film, kamu tidak boleh terlalu pemilih. Kamu tidak pernah berperan dalam satu film pun dalam setengah tahun ini, kita tidak bisa begitu terus-terusan! Kita tidak bisa bermalas-malasan seperti ini!”
“Biarkan aku pikirkan lagi…” Chen Shuang He menjawab dengan acuh tak acuh.
Air yang keluar dari gagang shower terus mengalir tanpa henti, cermin yang ada di depannya terlihat berembun, seseorang hanya bisa melihat sosok bayangan yang tidak jelas di dalamnya. Disana terpantul sosok pemuda dengan tubuh penuh vitalitas dan kali ini wajahnya tidak menunjukkan paras menawan seperti layaknya sosok dewa dalam mitologi Yunani, tapi tatapan wajahnya terlihat seperti seorang pemburu yang bisa berburu harimau dan juga macan tutul.
“Aku tidak bermalas-malasan.” dia tertawa dengan pahit, “Aku hanya sedang bersiap untuk berperan dalam film <<Neraka tak Berujung>>”
Usahanya selama setengah tahun ini menjadi sia-sia, pemeran utama dalam film itu bukanlah dia.
Bahkan setelah dia berusaha merendahkan dirinya dan berperan dalam film lain yang akan populer di masa mendatang, dia akan menjadi aktor dengan tingkat prioritas rendah.
Kenapa bisa seperti ini?
****
Pada musim panas setengah tahun kemudian, Chen Shuang He terlihat sedang berjalan sendirian di jalan. Dia tidak mengenakan kacamata hitam ataupun masker, tapi tidak ada seorangpun yang mengerumuninya, tidak ada yang mengeluarkan pena dan kertas ataupun membuka pakaian mereka dan memintanya tanda tangan di tubuh mereka.
Para pengguna jalan berlalu melewatinya bahkan tanpa ada sedikitpun perubahan ekspresi di wajah mereka, tidak ada seorangpun yang mengenalnya.
“Kenapa?” mau tidak mau dia bergumam, “Padahal hanya setengah tahun saja…”
Dalam setengah tahun itu, dia bukannya tidak berakting sama sekali, tapi dia sama sekali tidak bisa mendapatkan satupun pemeran bagus dalam film yang bagus. Kenapa? Dia berjalan melewati sebuah bioskop. Pintu masuk bioskop itu memasang sebuah poster yang sangat besar, dalam poster itu tertulis tiga kata dengan cukup besar <<Neraka Tak Berujung>>. Terlihat beberapa aktor ternama dan disertai dengan seorang aktor muda dengan wajah yang sungguh sangat tampan.
Chen Shuang He menghentikan langkahnya di depan poster itu, menelengkan kepalanya dan menatap wajah si pemuda.
Seorang pelanggan keluar dari pintu bioskop itu, mereka terlihat kaget ketika melewatinya. Mereka berhenti sebentar dan memandangnya sebentar, kemudian berkata sambil tersenyum, “Bro, kamu ini mirip sekali dengan pemeran utama di film itu.”
Chen Shuang He tersenyum kepadanya, senyumnya sungguh tidak enak dipandang.
“Tapi setelah melihat lebih dekat.” kata si pelanggan tadi sedikit mendekatinya, “Bukan hanya pembawaanmu saja yang mirip, tapi bahkan wajahmu juga sangat mirip. Haha, apa kamu tertarik untuk ikut dalam parade imitasi film ini nantinya?”
“Tidak.” Chen Shuang He berjalan melewati orang itu dengan penuh rasa malu. Dia melewati berbagai poster film. Didalamnya terdapat seorang pemuda dengan gaya berpakaian yang mirip dengannya, wajah yang hampir sama dengannya, pemuda bernama Qu Yan ini dengan diam-diam menggantikan posisinya.
Mengambil hidup yang seharusnya menjadi miliknya.
Teriknya sinar matahari diatas kepalanya, membuat Chen Shuang He merasa pusing berdiri dibawah panasnya sinar matahari tersebut, dia merasa kesulitan bernafas dan mual di saat yang bersamaan. Dia menelepon Sutradara Chen.
Setelah berdering beberapa kali, telepon itupun tersambung.
“Ayah.” kata Chen Shuang He, “Ibu saat ini sedang kritis.”
“Hmmm,” jawab Sutradara Chen dengan tenang, “Apa ada yang lain?”
Chen Shuang He mengambil nafas dalam, “Apa kamu tidak berniat untuk pulang dan mengunjunginya? Dia sudah bertahan sejauh ini demi menunggu kepulanganmu.”
“Aku saat ini sedang mempersiapkan sebuah film baru.”
“…film apa?”
“<<Setelah Kematian Juliet>> ah, apa aku belum mengatakannya padamu?” sutradara Chen berpikir sejenak lalu tertawa, “Oh iya sepertinya memang belum.”
Dia mencengkram erat kepalan tangannya sebelum melemaskan tangannya lagi, lalu bertanya “Apakah pemeran utama lelakinya sudah ditentukan?”
“Benar sekali.” jawab Sutradara Chen, “Qu Yan.”
Nama ini lagi! Orang ini lagi….
“…Bisakah kamu memberikanku kesempatan?” Chen Shuang He berusaha bersikap tenang saat berkata seperti ini, namun dua air mata mengalir dari matanya. “Hingga saat ini, aku sama sekali tidak berhasil mendapatkan film yang bagus untuk ditunjukkan pada Ibu.”
Sorotan kamera perlahan menjauh dari wajah itu. Dalam sebuah bioskop di Life Theater, Ning Ning memandang wajah menangis dalam layar itu.
Para pria bertopeng yang ada disebelahnya berkali-kali meraup beberapa popcorn, namun mulut mereka sama sekali tidak bisa memakannya, jadi mereka hanya mencubit-cubit popcorn itu dengan jari mereka untuk menunjukkan kebahagiaan yang mereka rasakan. Orang bertopeng yang lain juga mengobrol dengan senang, memperlakukan hidup yang dipertontonkan di depan mereka ini seperti sebuah komedi kehidupan.
Ning Ning perlahan menunduk dan melihat jas yang ada di tangannya.
Jas ini milik Chen Shuang He, mash lembab karena tadi digunakan untuk melindunginya dari terpaan hujan. Dia mengambil sebuah tiket khusus bernomor ganjil.
Ketika dia ingin mengubah nasibnya dengan orang lain, maka bioskop ini akan mengirim mereka sebuah tiket khusus bernomor ganjil, membuat mereka bisa memilih karakter apa yang ingin mereka transmigrasikan.
“Ning Ning, kamu ini seorang pelanggan.” Ning Ning masih ingat apa yang Shi Zhong Tang dengan katakan diam-diam. “Kamu berbeda dengan orang bertopeng lainnya, kami datang kesini dengan sebuah tiket yang bisa digunakan kapanpun…kamu bisa memilih untuk bergabung ke pihak yang manapun.”
Catatan Kaki:
Comments for chapter "Episode 129"
NOVEL DISCUSSION
Support Foxaholic Global
Your donations will go towards site costs and management.
Individual translators usually have their own ko-fi buttons.