I've Transmigrated Into this Movie Before (English to Indonesian Translation) - Episode Tambahan 175
- Home
- I've Transmigrated Into this Movie Before (English to Indonesian Translation)
- Episode Tambahan 175 - Obrolan Malam Sambil Memegang Lentera (Bagian 1)
EPISODE TAMBAHAN 175:
OBROLAN MALAM SAMBIL MEMEGANG LENTERA (BAGIAN 1)
Malam pertama dengan Life Theater
Kamu adalah seorang gadis yang suka membaca novel.
Kamu akan membuka perpustakaan e-book di ponselmu kapan pun dirimu memiliki waktu luang, dengan mata terbuka lebar saat kamu memeriksa apakah ada pembaruan baru…tentu saja tidak ada!!
“Sialan, update saat liburan, update di tahun baru, Ah Xia1… chapter tambahan yang kamu janjikan, jangan bilang kamu bermaksud untuk merilisnya untuk cucu-cucuku, kan?”
Kamu merasa putus asa, komentar terakhir di bawah novel adalah yang pernah kamu kirim terakhir kali, bagaimana dengan yang berikutnya? Pasti tidak mungkin cucu kamu yang akan menulis, ‘Nenek, novel di perpustakaan e-book nya nenek memiliki pembaruan baru.’
“Lupakan.” Kamu menggelengkan kepala, membuang pemikiran menakutkan itu dari kepalamu, “Akan lebih baik mengunduh gim seluler untuk menghabiskan waktu… Hah, apa ini?”
Kamu menyadari bahwa ikon tambahan telah muncul di ponselmu tanpa dirimu sadari.
Ikon itu menunjukkan satu set pintu kuno, dua set lentera merah tua di depannya.
“Life Theater?” Kamu membaca nama ikon sebelum berseru, “Bukankah ini novel Ah Xia? Apakah sudah diadaptasi menjadi gim?”
Berpikir bahwa tidak ada salahnya mengetuk ikon ini, kamu pun mengulurkan tangan dan mengetuk ikon.
Lagipula, kemungkinan besar ini adalah gim seluler sampah dengan kekayaan intelektual novel. Pertama-tama gim ini akan memberimu kartu SSR2 gratis — yang mungkin akan menjadi satu-satunya kartu SSR yang akan kamu miliki dalam hidupmu— kamu tidak akan bisa menarik kartu SSR kedua sampai gim mematikan servernya… Lupakan, lebih baik tidak bicara tentang pengalaman menyedihkan seperti itu.
“Apa?” Melihat layar di depan Anda, kamu menjadi sedikit kecewa. “Ini hanya aplikasi pemesanan tiket.”
Tampilan mukanya terlihat sangat mirip dengan Ticketmaster3, yang juga merupakan platform tiket.
Aplikasi ini menampilkan empat film yang sedang diputar.
“<<Teater Hidupmu>>, <<Kerangkeng Biasa>>, <<Perpisahan yang Keseratus>>, <<Hentikan Aku>>,… Apa ini? Mengapa aku tidak pernah mendengar satupun dari judul-judul ini?” kamu menggulir layar ke bawah dengan jarimu, lalu mengerutkan kening. “Mengapa hanya ada empat film ini?”
Tidak ada film yang sedang tren di aplikasi.
Yang mereka miliki hanyalah empat film tanpa nama dan tidak dikenal.
“Apakah mereka baru saja merilis film web besar?” kamu bergumam, “Betapa miskinnya, mereka bahkan tidak mampu menyewa pengguna Weibo bayaran4…”
Semakin banyak film yang dibuat, tetapi hanya sedikit yang bagus, kamu tentu tidak ingin menghabiskan uang untuk film yang terlihat buruk. Saat kamu hendak keluar dari aplikasi, sebuah notifikasi tiba-tiba muncul.
“Hah? Penonton yang beruntung?” kamu berseru, “Aku?”
Notifikasi itu mengatakan bahwa kamu telah menang, bahwa sebagai pemirsa yang beruntung, kamu dapat menonton film secara gratis malam ini, bahkan akan ada makanan ringan dan minuman gratis.
“Gratis…” Kamu mengangkat dagumu dan mulai ragu.
Kamu bisa dibilang sangat lemah dengan iming-iming barang gratisan5.
Sama seperti sampel gratis di pusat perbelanjaan, bahkan jika kamu tidak berencana untuk membelinya, kamu tetap akan mencobanya.
“Karena gratis.. ayo kita pergi dan melihat-lihat, ini akhir pekan, aku tidak punya banyak rencana.” kamu mengatakan ini sembari mengetuk tombol tebus.
Pada saat itu, banyak suara terdengar di telingamu, suara pria dan wanita dari segala usia.
…Tapi kamu jelas berada di ruang tamu! Satu-satunya orang di ruangan itu adalah kamu sendiri!
Kamu melihat ke atas dengan tergesa-gesa dan yang bisa kamu lihat hanyalah orang bertopeng berdiri di depanmu—seorang wanita kuno bertopeng dengan sepasang mata melengkung, dia berbicara dengan dialek Wu yang terdengar menyenangkan, “Selamat datang di Life Theater, Pelanggan.”
Kamu terperangah.
Kamu menatap orang bertopeng di depanmu sejenak, lalu melihat sekeliling. Kamar kamu sudah hilang, sekarang kamu berdiri di aula bioskop, ada orang yang berjalan-jalan, ada yang memakai topeng, ada yang tidak memakainya, ada yang memakai pakaian santai dan ada yang memakai jubah kuno.
“Pelanggan? Pelanggan?” Wanita kuno bertopeng itu berseru, “Tolong tunjukkan tiket Anda.”
Saat itulah kamu kembali tersadar, berkeringat dingin saat kamu menatap lawan bicaramu dengan tergagap, “Aku, aku …”
Aku tidak punya tiket.
Siapa pula yang nekad mengatakan hal itu secara terang-terangan!
Kamu adalah seseorang yang telah membaca novel, kamu tahu bahwa orang-orang yang tidak memiliki tiket di Life Theater tidak memiliki hak asasi manusia! Tidak masalah jika orang bertopeng di depan kamu bersikap sopan dan baik, jika dia mengetahui bahwa kamu tidak memiliki tiket, seluruh sikapnya akan berubah, dia akan memanggil sekelompok orang bertopeng untuk menyeret dirimu pergi.
Kemudian hidupmu akan diekstraksi dan diubah menjadi film, memberikan semua orang bertopeng hiburan.
“Aku, aku di sini hanya mau numpang ke toilet…” Di bawah tekanan, kamu menggunakan alasan toilet, tetapi sebelum kamu bisa menyelesaikan kalimatmu, suara lembut seorang wanita terdengar di sampingmu, “Dia adalah tamuku, biarkan aku yang melayaninya langsung.”
Orang bertopeng itu melihat ke belakangmu, “Ya, Pemilik.”
Kamu terkejut, lalu melihat ke belakang.
Berdiri di belakang kamu adalah seorang wanita yang sangat cantik.
Kecantikannya tak terlukiskan bagimu, yang bisa kamu katakan hanyalah bahwa matanya terlihat sangat indah seperti ada cahaya bintang yang akan bersinar cerah dan hangat bahkan di malam yang paling gelap sekalipun.
“Kamu adalah …” ketika kamu mencoba menghubungkan situasi yang kamu alami saat ini dengan novel asli serta Life Theater yang ada di depan matamu, kamu pun bertanya dengan ragu, “Ning Ning?”
Lawan bicaramu pun tersenyum, “Ya, itu aku.”
Kamu di sisi lain tercengang. Kamu tidak dapat percaya bahwa pemeran utama wanita dari novel itu berdiri tepat di depanmu.
Pada saat kamu tersadar kembali, Ning Ning telah membawa kamu ke ruang pemutaran terpisah.
Tidak ada kursi kayu berukir, tidak gelap dan menakutkan sama sekali. Kamu duduk di sofa kain lembut, ada meja pendek di tanganmu, di atasnya ada sepiring makanan ringan, cahaya redup menyinarinya dengan lapisan warna emas yang lembut.
“Cola atau teh mawar?” tanya Ning Ning.
“Teh,” katamu, kamu mengeluarkan keringat dingin sehingga kamu menginginkan sesuatu yang hangat.
Dua cangkir teh kemudian, kamu merasa jauh lebih baik.
“Nah, apa yang ingin kamu tonton malam ini?” Ning Ning memegang teko dan mengisi ulang cangkirnya untukmu.
“…Bisakah aku menonton tanpa berpindah alam?” kamu berkata dengan susah payah, “Sepertinya aku hanya cocok untuk menjadi bagian dari penonton, peran utama atau semacamnya, aku sama sekali tidak berbakat untuk hal-hal itu …”
Kamu adalah seorang gadis yang suka membaca novel, tetapi kamu bukan seorang gadis yang suka berpindah alam ke dalam novel.
Tapi tentu saja, alasan yang lebih penting adalah, kamu berpikir bahwa Ah Xia itu adalah seorang penulis novel horor murni.
Komentar penerjemah:
Ini dia! Siap-siap dengan cerita tambahan yang bikin emosi kita teraduk-aduk kayak adonan donat >.<
Catatan Kaki:
- Ah Xia adalah nama panggilan penulis novel ini
- Kartu SSR = Beberapa gim kamu dapat melihat ada level R, SR, SSR, UR. R berarti “Rare (Langka)”, kebanyakan kode ini digunakan dalam permainan kartu. Itu berarti kamu mendapatkan kartu langka. SR (Super Rare) artinya sangat langka. SSR (Specially Super Rare) artinya Super Sangat Langka
- Ticketmaster Entertainment, Inc. adalah sebuah perusahaan distribusi dan penjualan tiket Amerika Serikat yang berbasis di Beverly Hills, California dengan operasi di banyak negara di seluruh dunia. Pada 2010, perusahaan tersebut digabung dengan Live Nation dengan nama Live Nation Entertainment
- Disini dia menggunakan kata Weibo shills yang artinya seseorang yang mempromosikan sesuatu atau seseorang secara daring tanpa mengungkapkan bahwa mereka terkait dengan entitas yang mereka promosikan
- Seperti berkaca pada diri sendiri >.<