Monologue of a Pharmacist (English to Indonesian Translation) - 24
“Bullying…” Gaoshun terlihat tidak percaya.
Benar. Pelayan tidak boleh melakukan hal seperti itu kepada permaisuri peringkat tinggi. Itu tidak terpikirkan.
“Sulit dipercaya.” Kata Maomao.
Jika pihak sana enggan untuk mengerti, Maomao juga tidak ingin membicarakannya. Dia tidak suka berbicara berdasarkan spekulasi.
Namun, penting untuk menjelaskan mengapa si pelayan menyentuh wadahnya. Dia memutuskan untuk dengan jujur menyatakan pendapatnya alih-alih berpura-pura.
“Bisakah kau ceritakan itu padaku?” Tanya Gaoshun.
“Aku akan menceritakannya. Aku hanya ingin mengatakan sebelumnya bahwa ini hanya spekulasi.” Jawabnya.
“Tidak masalah.”
Pada awalnya, dia menceritakan dari perspektif unik Selir Riishu.
Dia menjadi selir kaisar sebelumnya meskipun usianya masih muda, dan akibatnya dia meninggalkan keluarganya.
Banyak wanita dididik untuk sepenuhnya menyerahkan tubuh mereka sebagai istri kepada suami mereka. Terlebih lagi bagi mereka yang dibesarkan di keluarga terpandang.
Bahkan jika untuk alasan politis, fakta bahwa Selir Riishu menikahi putra almarhum suaminya adalah sangat tidak berbudi.
“Apakah kau melihat pakaian Selir Riishu saat pesta kebun?” Tanya Maomao.
“….”
“Dia tidak membaca suasana.”
Namun, semua orang di rombongannya mengenakan pakaian putih yang senada.
“Biasanya, para pelayan seharusnya memberi saran pada selir apa yang harus dikenakan. Kalau tidak, mereka akan memakai pakaian yang sesuai dengan dirinya. Tetapi apa yang kita lihat di sana, seolah-olah Selir Riishu tidak serius.”
Pelayan adalah orang yang menyokong majikannya. Itulah yang Honnyan dan pelayan lainnya katakan padanya. Hal-hal yang dikatakan Infa saat pesta kebun, dia paham itu adalah kenyataan.
Jika dia berpikir seperti itu, ada sudut pandang yang berbeda dari insiden tentang pelayan yang bertengkar satu sama lain tentang pakaian Selir Riishu.
(Pelayan Selir Murni pasti sudah memarahi pelayan Selir Riishu yang pengecut.)
Selir Riishu yang masih muda pasti mengenakan pakaian itu karena pelayannya memujinya dan mengatakan pakaian itu cocok untuknya.
Tidak ada keraguan tentang hal itu.
Di Istana Dalam, semua orang di sekitarnya adalah musuh, maka satu-satunya yang bisa dia percayai adalah pelayannya.
“Bukan hanya itu. Bukankah mereka menukar makanan untuk menyulitkan Selir Riishu?” Gaoshun bertanya untuk memastikan.
“Betul. Akibatnya, dia hampir saja meninggal.”
Racun fugu tidak memiliki efek di awal.
Dengan kata lain, jika hidangannya tidak ditukar, dia akan meletakkannya di mulutnya berpikir bahwa hidangannya sudah diperiksa oleh pencicip makanan. Akan makan waktu sepuluh menit.
“Sungguh cara yang jelek untuk melakukan sesuatu.”
(Spekulasinya sampai di sini saja.)
Dia mengambil mangkuk itu lagi dan menunjuk dengan jarinya. ”Ini mungkin sidik jari orang yang meracuni. Mereka memegangnya di tepi ketika mereka mencampurkan racun.”
Kau tidak boleh menyentuh tepi wadah makanan. Itu juga salah satu ajaran Honnyan. Alasannya adalah kau tidak boleh mencemari tempat di mana bibir para bangsawan akan menyentuh dengan jari-jarimu.
“Pendapatku sampai di sini,” kata Maomao.
Gaoshun memandangi mangkuk perak sambil menyentuh dagunya.
“Bolehkah aku bertanya satu pertanyaan?”
“Apa itu?” jawabnya pada Gaoshun yang sedang membungkus mangkuk.
“Mengapa kau membela pelayan itu?”
Menjawab pandangan Maomao yang melihatnya dengan curiga, Gaoshun menambahkan bahwa dia bertanya karena ingin tahu.
“Dibandingkan dengan seorang selir, kehidupan seorang pelayan hampir tidak ada artinya.” Katanya.
Terlebih lagi untuk seorang pencicip makanan.
Gaoshun mengangguk samar seolah dia mengerti maksudnya.
“Aku akan menjelaskan semuanya kepada Jinshi-sama.”
“Terima kasih banyak.”
Setelah dia mengantar Gaoshun ke pintu keluar, Maomao duduk di kursi.
“Betul juga. Aku perlu berterima kasih padanya.”
(Dia menyempatkan diri untuk menukarnya untukku.)
Pada saat yang sama dia berpikir, aku tahu aku seharusnya menelannya.
○ ● ○
“Sudah selesai.” Kata Gaoshun.
Jinshi menyisir rambutnya dengan tangan ketika dia mendengarkan laporan Gaoshun. Ada tumpukan dokumen yang menunggu untuk dicap di atas meja.
“Kapanpun aku mendengarnya, kau memang pandai bicara.” Kata Jinshi.
“Benarkah begitu?” Si pelayan yang tak kenal takut berkata dengan cepat.
“Tidak peduli sejauh apa aku memikirkannya, pelakunya adalah orang dalam.” Kata Jinshi.
“Sepertinya memang begitu untuk kasus ini.”
Kepalanya mulai terasa sakit.
Dia ingin berhenti berpikir.
Bagaimanapun, tidak ada waktu untuk tidur mulai besok.
Dia bahkan tidak sempat berganti pakaian.
Dia ingin mengentakkan kakinya.
“Sifatmu yang asli mulai keluar.” Gaoshun mengingatkan.
Dia tidak tersenyum seperti biasanya. Dia merajuk, tampak seperti usianya.
Tampaknya Gaoshun memahaminya dengan jelas.
“Tidak apa-apa, kan? Tidak ada siapa-siapa di sini.” kata Jinshi.
“Aku ada disini.” Kata Gaoshun.
“Kau hanya tambahan.” Balasnya.
“Tidak.”
Dia hanya iseng bertanya, tetapi maksudnya tidak tersampaikan kepada pria yang terlalu serius ini.
Orang ini mengganggu, karena dia juga orang yang merawatnya sejak dia lahir.
“Aku masih memakai kanzashi ini.” Katanya.
“Aah, itu tidak baik.” Kata Gaoshun.
“Karena tersembunyi, tidak ada yang akan menyadarinya.” Ketika Jinshi melepaskan kanzashi yang tertancap dalam-dalam, desainnya menjadi terlihat.
Itu disebut qilin, makhluk legendaris yang tak terlukiskan yang merupakan rusa dan kuda.
“Kalau begitu aku akan menyerahkannya padamu, untuk diamankan.” Dia dengan santai melemparkannya ke arah Gaoshun.
“Tolong hargai barang ini. Ini benda yang penting.”
“Aku sudah mengerti.”
“Kau tidak mengerti.” Setelah dia selesai marah-marah, pengasuhnya selama enam belas tahun meninggalkan kantor.
Jinshi, dengan ekspresi kekanak-kanakan, meletakkan kepalanya di atas meja.
Masih banyak pekerjaan yang tersisa.
Dia harus cepat-cepat meluangkan waktu.
“Mari kerjakan.” Dia melakukan peregangan dan mengambil kuas.
Agar dia bisa menjadi orang yang santai, dia tidak punya pilihan selain menyelesaikan pekerjaannya.