Love Better Than Immortality / Spring Flower, Autumn Moon (English - Indonesian Translation) - Chapter 15 (2)
- Home
- Love Better Than Immortality / Spring Flower, Autumn Moon (English - Indonesian Translation)
- Chapter 15 (2) - Moto Xiao Bai
Chapter 15 (2) : Moto Xiao Bai
Silakan kunjungi blog terjemahan Inggrisnya.
Apa yang dipikirkannya adalah acara TV yang ditontonnya dulu, dimana biasanya ada pintu rahasia yang terpasang di balik kaligrafi atau lukisan di ruang baca yang menyimpan berbagai harta karun.
“Tulisan tangan Tuan Xiao Min cukup bagus.”
Lei Lei berpura-pura mengamati kaligrafinya selagi ia diam-diam melangkah maju untuk mengangkat gulungan itu.
Tidak ada apa-apa pada dinding di belakangnya.
Kecewa, Lei Lei pun sudah akan mengesampingkannya ketika ia tanpa sengaja melihat beberapa baris huruf kecil yang tertulis di belakang gulungannya: “Mimpi yang tiba-tiba, seolah aku pernah melihat wajah saudara secara langsung, untungnya penampilanmu tidak berubah, saudara akan terlibat sampai ke titik ini, di masa depan, saat kita di alam baka, aku akan berbicara dengan Saudara He Yan!”
Apa maksudnya ini? Mungkinkah, Xiao Min pernah melakukan sesuatu yang mengecewakan seorang teman?
Lei Lei terkejut dan menggesturkan pada si gong zi: “Lihatlah ini.”
Gong zi itu maju ke depan untuk melihatnya.
Ia juga terkejut dan tampak termenung: “Ternyata, ada juga tulisan di belakang ini, mungkin ia merindukan temannya sewaktu menulis ini.”
Lei Lei berkata: “Ayahmu tidak menyebutkan ini padamu?”
Gong zi menggelengkan kepalanya: “Ayahku belum tentu mengetahui tentang urusan para leluhur.”
Lei Lei tidak menjawab.
Gong zi mengesampingkan tulisan itu: “Saat Ayahku masih hidup, ia akan sering duduk di ruang baca untuk sesaat. Di ranjang saat kematiannya, satu-satunya instruksinya adalah untuk melakukan persembahan pada papan peringatan ini. Sedangkan untuk hal lainnya, bahkan aku mungkin tidak mengetahuinya, hanya saja ….”
Lei Lei bertanya gelisah: “Hanya apa?”
Gong zi tetap terdiam untuk sekian lama.
Tanpa sejejak pun keraguan dalam matanya, ia berbisik: “Ia ceroboh dan diracuni oleh Shang Guan Qiu Yue. Pada waktu itu, kami sudah mengundang Master Pengobatan Kediaman Ba Xian, Tuan Bu Tua untuk mengobatinya. Menurut Tuan Bu Tua, racunnya bukannya tidak bisa disembuhkan dan ada tujuh puluh persen kemungkinan bahwa ia bisa disembuhkan. Namun, kondisinya hanya memburuk dan akhirnya ia meninggal. Tuan Bu Tua sudah menyalahkan dirinya atas masalah ini.”
Ge ge cantik memang telah merenggut banyak nyawa. Ia bahkan musuh bebuyutan “Xiao Bai” yang telah membunuh ayahnya. Apabila “Xiao Bai” mengetahui identitasnya, apa yang akan terjadi padanya?
Diam-diam Lei Lei merasa cemas dan menghela napas: “Semua orang melakukan kesalahan.”
Gong zi menggelengkan kepalanya, ragu-ragu: “Aku rasa … Ayahku tidak meminum obatnya.”
Lei Lei syok: “Tidak minum obatnya?”
Gong zi itu agak resah dan berbalik melihat ke arah pintu: “Ia menyukai bunga prem dan menikmati duduk di bawah pohon prem di sisi selatan, jadi ia sering menginstruksikan agar obatnya diantarkan ke sana. Aku pernah lewat dan melihat apa yang kelihatannya seperti sisa bubuk obat di bawah pohon itu.”
Lei Lei juga bingung. Ini benar-benar aneh. Kediaman Bai Sheng menegakkan keadilan dan ge ge cantik adalah iblis jahatnya, jadi wajar kalau ada konflik. Tetapi tingkah laku Xiao Yuan jelas menolak untuk terus hidup. Mungkinkah ia bosan hidup dan ingin bunuh diri?
Gong zi menggumam: “Aku sungguh tidak mengerti kenapa ia menolak pengobatan.”
Lei Lei merasa bahwa perlu untuk memperbaiki kesalahan yang dilakukan kakak lelakinya.
Ia pun menghiburnya: “Mungkin, kau sudah salah lihat.”
Gong zi itu tidak yakin, sehingga ia pun mengangguk.
***
Lei Lei hanya memedulikan tentang xin fa dan segera kehilangan minat dalam urusan orang mati. Berpura-pura mengapresiasi kaligrafinya, ia menyibakkan semua kaligrafi dan lukisan di dalam ruangan, tetapi tidak menemukan apa-apa.
Bukan di balik kaligrafi dan lukisan, tetapi bisa saja di belakang rak buku! Berdasarkan pengalamannya menonton serial TV, ia mengambil keuntungan dari keadaan melamun gong zi untuk menggoyangkan rak bukunya, menyentuh meja dudukan lampu, mengulurkan tangan untuk mengetuk dindingnya sekarang dan kemudian menghentakkan kakinya.
Gong zi pun tersentak keluar dari pemikirannya dan menatapnya: “Apa yang sedang kau cari?”
Lei Lei tengah memeriksa dinding di belakang rak buku dan terkejut saat ia mendengar ini.
Ia menarik kembali tangannya dengan tenang dan membuat alasan sambil tersenyum: “Tuan Besar Xiao Min menulis dengan begitu baik, jadi aku ingin belajar. Aku sedang melihat apakah ada kuas dan tinta.”
Gong zi berjalan ke depan meja dan membuka sebuah laci kecil: “Semuanya di sini.”
Ia kira, ruang baca ini sudah tidak digunakan selama beberapa tahun dan tidak akan memiliki semua kebutuhannya. Tanpa diduga, semuanya masih di sini, tetapi sudah terlambat untuk menyesal. Karena ia sudah bicara, Lei Lei pun hanya bisa berpindah mendekatinya.
Gong zi sedang dalam suasana hati yang baik dan menggilingkan tinta untuknya secara pribadi. Lei Lei membentangkan kertasnya dan mengambil sebatang kuas yang besar. Dikarenakan dua tahun latihan kaligrafinya, posturnya terlihat baik.
Gong zi melihat ke warna tintanya: “Sudah siap.”
Lei Lei memegang kuas di tangan kanannya, merasa agak canggung, apa yang harus ditulisnya? Ada terlalu banyak puisi plagiat di dunia ini dan ia sudah lama kehilangan minatnya.
Ia tidak bisa terpikirkan apa-apa untuk ditulis sehingga ia pun menarik gong zi itu: “Katakan, apa yang harus kutulis?”
Gong zi pun berpikir: “Karena kita berada di ruang baca, tuliskan tentang nasihat pendahulu kita atau semacamnya.”
Kata-kata bijak terkenal?
Lei Lei harus mengakui bahwa ia bukanlah seorang murid yang baik dan meskipun benda-benda itu tergantungg di kedua ujung dinding ruang kelasnya, ia tidak melihat ke arah mereka sebanyak ia melihat ke arah pria tampan, jadi praktisnya ia tidak punya kesan pada mereka. Kadang-kadang ia akan teringat satu atau dua, tetapi sekarang ia telah melupakannya, memeras otaknya dengan sia-sia.
Gong zi menatapnya dengan curiga.
Lei Lei gelisah dan tidak memedulikan tentang aspirasi dan apalah itu. Dengan lambaian kuasnya, ia menuliskan dua ungkapan yang memiliki makna mendalam dalam pendidikan, pepatah terkenal oleh tokoh-tokoh besar di zaman Tiongkok baru—
“Belajarlah dengan rajin, buatlah kemajuan setiap hari.”
Gong zi itu tercengang.
Tintanya berkualitas bagus dan kata-kata besar yang terhormat itu berkilauan dan bersinar. Tidak ada ibu yang akan mencemooh anaknya karena jelek, Lei Lei pun menurunkan kuasnya dan mengangkat tulisannya, menjadi semakin puas semakin ia memandanginya. Tak diragukan lagi, ini adalah huruf terindah yang pernah ditulisnya.
“Bagaimana?”
Ia menyenggol si gong zi dengan sikunya.
Sudut bibir gong zi pun berkedut: “… cukup bermakna.”
Lei Lei tidak memikirkan kata-kata di balik ucapannya dan dengan murah hati menawarkan hartanya: “Untukmu.”
Gong zi itu terdiam.
“Kau tidak mau?”
Lei Lei kecewa dan menundukkan kepalanya untuk memeriksanya, “Itu tidak ditulis dengan sangat baik ….”
Lei Lei memberikan itu padanya dengan niat baik dan tidak seharusnya ia mengeluh bahwa itu lebih buruk.
Pendidikan gong zi yang baik memaksanya untuk menjangkaunya dan menerimanya: “Bagus, terima kasih.”
Lei Lei menjauhkan kuas dan tintanya dengan senang hati, tiba-tiba teringat masalah yang penting: “Akan segera Tahun Baru, tentang Buah Umur Panjang … kau sudah menginstruksikan Pengurus Zhao untuk berkemas, apakah kau menuju ke Kota Bi Shui bersama Qin Liu Feng?”
Gong zi mengangguk.
“Xiao Bai” sedang menuju keluar dan ia tidak akan bisa mendapatkan apa-apa dengan tetap tinggal di halaman ini.
Lei Lei bertanya dengan resah: “Bolehkah aku pergi juga?”
Gong zi ragu-ragu: “Tidak nyaman bagi kita untuk berpergian bersama. Selain itu, kami akan melakukan bisnis dan akan berbahaya. Saudara Qin … mungkin harus mengirimkan Nona Leng kembali juga.”
Apa hubungannya Qin Liu Feng mengirimkan seseorang denganku?
Lei Lei bingung, tetapi ia tidak memikirkannya lebih jauh, menggesekkan dirinya pada pria itu: “Xiao Bai yang baik, aku tidak takut pada bahaya, jika kau meninggalkanku dan aku ditinggalkan sendirian di kediaman, itu bahkan lebih berbahaya.”
Gong zi meliriknya sebelum berbalik dan menuju ke pintu: “Aku akan menambah jumlah penjaganya.”
Lei Lei berpegangan pada lengannya: “Tidak perlu menambah pengawalnya, aku akan pergi bersamamu. Aku janji tidak akan menyebabkan masalah.”
Gong zi tidak bisa pergi dan tidak berdaya: “Tetapi ….”
Lei Lei malah memeluk pinggangnya: “Bukankah lebih baik untuk membawa seseorang untuk melayanimu? Aku bisa mengurusimu, makan dan istirahat, memesan makanan, memijat punggungmu, aku juga bisa membantumu ….”
Setelah melihat semua tindakan tidak tahu malu gadis ini, gong zi sudah kebal padanya dan ia melepaskan Lei Lei darinya.
Lei Lei menempel padanya lagi: “Ajak aku, ya?”
“….”
“Xiao Bai yang baik ….”
“….”
Ini berlanjut untuk beberapa waktu selagi ia mengikutinya dari halaman Timur ke halaman Barat, membicarakan tentang topik seperti keuntungan yang saling melengkapi antara pria dan wanita, hingga keuntungan dari keberuntungan.
Tepat ketika Lei Lei kehilangan harapan dan sudah akan menyerah sewaktu gong zi mendadak setuju: “Baiklah, pergi dan bersiaplah, kita akan berangkat lusa.”
***
Lei Lei kembali ke kamarnya dengan riang. Tepat saat ia meretakkan buku-buku jarinya dan memikirkan tentang apa yang harus dibawanya, ia melihat sebuah catatan yang diletakkan di samping tempat tidurnya. Ia dengan cepat meraihnya untuk mengambilnya.
“Xiao Chun Hua, cepat datang ke Paviliun Pinus Kuno, Qiu Yue.”
Huruf kursif kecil yang mengungkapkan tiga bagian keliaran, terbang dengan indahnya, masih membawa aroma tinta. Lei Lei memandanginya untuk waktu yang lama sebelum tersadar dari linglungnya, merasa putus asa dan tersipu malu. Tidak mudah bagi lao niang untuk akhirnya menyelesaikan sebuah karya kaligrafi yang aku sukai, tetapi kini aku membandingkannya dengan miliki ge ge cantik, perbedaannya antara langit dan bumi. Kenapa ada perbedaan besar antar Chun Hua dan Qiu Yue!
Ia dengan cepat mengambil catatan itu dan berlari keluar dari pintu.