Married To The Male Lead's Father (English - Indonesian Translation) - Chapter 103
Chapter 103
Kepala Pelayan Zhao melihat Duke membolak-balikkan bukunya dengan wajah bersyukur dan puas. Tidak sia-sia ia mencarikan semua buku ini. Di masa depan, Duke tidak akan menciptakan insiden konyol seperti masalah insiden jantung.
Xie Qi terus melihat dengan mata melebar dan mulut menganga. Duke sungguh membaca buku-buku yang tidak memenuhi syarat itu dengan keseriusan semacam itu. Citra tinggi dan besar Duke Ding dalam hatinya sedikit retak.
Siapa yang tahu kalau buku yang sedang dibaca Duke Ding, “Wanita Pejabat dan Suami yang Tampan”, menceritakan tentang kisah putri seorang pejabat yang berani mencintai dan membenci, dan mengejar seorang pria tampan namun miskin.
Ini membuat Duke Ding teringat akan gadis kecilnya yang berani menggoda dan bibirnya sedikit melengkung.
Gadis kecil itu pasti sudah membaca bukunya.
Tiba-tiba saja Duke Ding menjadi tertarik dalam novel dan ia membaca mereka dengan sikap untuk belajar.
Ini bisa dikatakan sebagai keberuntungan.
Apabila Duke Ding membaca buku lainnya, “Putra Kedua Du Memonopoli Ratu Bunga”, ia tidak akan seserius ini atau membacanya dengan sikap untuk belajar.
Ia bahkan mungkin akan melemparkan buku ini ke tempat sampah.
Setelah terbakar sebatang dupa, Duke Ding sudah membaca seluruh bukunya dan meletakkannya di atas meja saat ia terlarut dalam pemikirannya dengan ekspresi yang muram, seolah-olah ia sedang memikirkan tentang kehidupan.
Xie Qi diam-diam melihat ke arah sampul buku yang dibaca Duke Ding dan diam-diam menghela napas lega. Jadi, itu adalah buku biasa, tidak heran Duke tidak bereaksi.
Tak lama kemudian, suara Duke Ding, Xie Heng pun terdengar di dalam ruangan yang senyap itu.
“Xie Qi, mulai besok, kirimkan sekeranjang buah segar kepada Nona Keempat Jiang setiap hari.”
Ia memberikan sekeranjang setiap hari, itu jauh lebih banyak daripada pria tampan di dalam novel. Gadis kecil itu pasti akan lebih bahagia ketika ia menerima buah-buahan segar yang dikirimkannya.
Duke Ding, Xie Heng berpikir dengan gembira.
Xie Qi langsung menerima perintah itu dengan hormat. Kepala Pelayan Zhao merasa senang dalam hatinya. Duke mengambil inisiatif untuk mengirimkan buah-buahan pada Nona Keempat Jiang. Ini merupakan awal dari pencerahan. Tiba-tiba ia merasa kalau itu merupakan tindakan yang tepat untuk mencarikan buku-buku itu.
Ia akan jadi lebih baik di masa yang akan datang.
Saat ia meninggalkan halaman utama, Kepala Pelayan Zhao merasa kalau angin membawa kakinya. Suasana hatinya sangat baik.
***
Ketika ia tiba kembali di Kediaman Count Chang Ning, Jiang Ning Bao belum mengembuskan napas sebelum seorang pelayan tua datang untuk melapor.
Nyonya Besar Jiang ingin bertemu dengannya.
Jiang Ning Bao hanya bisa memimpin sekelompok pelayan ke Aula Emas Umur Panjang dan membiarkan mereka berjaga di pintu. Jiang Ning Bao merapikan dirinya sendiri dan mengangkat roknya selagi ia melangkah masuk ke dalam aula.
Atmosfer di dalam aulanya menekan dan para pelayan di aula semuanya menundukkan kepala mereka, tidak berani bernapas terlalu keras. Mereka semua gemetar ketakutan.
Wajah Nyonya Besar Jiang yang duduk di kursi yang tinggi tampak gelap. Pelayan di sisinya, Hong Xing, wajahnya juga tidak tersenyum.
Mata Jiang Ning Bao berkilat curiga. Mungkinkah terjadi sesuatu di Kediaman Count Chang Ning? Tetapi saat ia tiba, para pelayan semuanya melakukan pekerjaan mereka dan tidak terlihat terjadi sesuatu. Ia memikirkannya selagi ia melangkah maju ke depan dan menyapa Nyonya Besar Jiang.
“Memberi salam pada Nenek!”
Nyonya Besar Jiang menahan pandangannya dan mata tajamnya menatap lekat wajah Jiang Ning Bao.
Ia berbicara dingin, “Gadis keempat, paman tertuamu tiba-tiba saja pingsan siang hari ketika makan siang.”
Jiang Ning Bao akhirnya merasakan sesuatu dan wajahnya memperlihatkan ekspresi yang terkejut dan tidak percaya, “Nenek, ini … apa ini benar?”
“Aku sudah mengundang beberapa tabib hebat tetapi mereka tidak menemukan ada yang aneh.”
Nyonya Besar Jiang teringat akan mimpi buruk yang dibicarakan cucu perempuan keempatnya beberapa hari yang lalu. Ia teringat bagaimana si gadis mengatakan bahwa paman tertuanya dibelit oleh seekor ular besar dan pingsan.
Dalam hatinya, ia menyesal karena tidak mengirimkan keponakan Nyonya Zhang, Zhang Zhan, kembali ke Kediaman Count Dong Ping lebih awal. Sekarang, sudah terlambat untuk mengatakan apa-apa. Putra sulungnya mendadak pingsan dan para tabib tidak dapat menemukan penyebabnya.
Nyonya Besar Jiang akhirnya panik.
Di antara putranya dan keponakan lelaki menantu perempuannya, tentu saja Nyonya Besar Jiang memilih putranya. Kemudian, ia terpikirkan putranya yang dicekik oleh Zhang Zhan, dan ia bahkan setuju membiarkan cucu perempuan keempatnya untuk membawanya ke perjamuan mengagumi bunga Ratu Rui.
Sekalinya Zhang Zhan memanjat pohon yang lebih tinggi, ia akan jadi bahan tertawaan.
Nyonya Besar Jiang hampir muntah darah akibat amarah.
Comments for chapter "Chapter 103"
NOVEL DISCUSSION
Support Foxaholic Global
Your donations will go towards site costs and management.
Individual translators usually have their own ko-fi buttons.