Mulan Has No Elder Brother (English - Indonesian Translation) - Chapter 36 (1)
- Home
- Mulan Has No Elder Brother (English - Indonesian Translation)
- Chapter 36 (1) - Anak yang Buruk atau Ayah yang Buruk?
Chapter 36 (1) : Anak yang Buruk atau Ayah yang Buruk?
He Guang sudah lama sekali memperhatikan keributan di sana, tetapi untuk berbagai alasan, ia tidak ikut kericuhan tersebut.
Adik lelaki Hua sudah pergi dengan cemas untuk melihat kehebohan itu.
Hua Mu Lan sering membeli barang-barang di pasar jembatan Ma Jiao. Ada banyak orang di pasar ini, yang bahkan jika mereka tidak mengetahui si “Hua Mu Lan” yang terkenal, setidaknya mereka mengenal Hua Mu Tuo.
Segera setelah Hua Mu Tuo muncul, semua orang mengetahuinya hampir segera setelahnya, siapakah pria Xian Bei yang tengah mereka tunjuk-tunjuk dengan jari mereka itu. Untuk sesaat, semua binatang dan burung pun berhamburan.
He Mu Lan merasa kesulitan selagi ia menyentuh wajahnya penuh derita. Mengecualikan wajah kasar dan kulit gelapnya, ia ingin mengetahui apakah ia tampak segarang itu. Kalau tidak, bagaimana mungkin mereka melarikan diri setelah mengetahui identitasnya?
Bukankah ia menjadi pahlawan di pedesaan ketika ia memaksa Gai Wu untuk pergi terakhir kali?
Ini benar-benar berbeda dari apa yang dikatakan rumornya!
***
“Bibi, apa kau mengenal siapa pria itu?”
He Guang tersenyum lembut dan tak berbahaya, selagi ia menunjuk ke Hua Mu Lan yang kebingungan.
Harus dikatakan bahwa ia agak senang melihat Jenderal Hua, yang merupakan ‘seorang pria sepemberani seorang dewa yang heroik’ di mulut ayahnya, kebingungan akan apa yang dikatakan oleh penduduk desa.
Bibi itu sudah tertarik dengan satu mutiara di tangan He Guang dan yang menjadi fokusnya adalah itu.
Setelah mendengar ini, ia mendongak, dan matanya berkilat dengan rasa ingin tahu dan ekspresi yang fanatik: “Oh, aku lihat, kau pastinya tuan muda kaya raya yang datang untuk jalan-jalan ke pedesaan. Itu adalah Hua Mu Lan dari desa Ying Guo! Ia sering datang ke pasar untuk membeli barang-barang dengan berpakaian pria. Aku bisa mengenalinya karena putra bungsu keluarga Hua mengikuti di belakangnya.”
“Karena mereka mengetahui ia adalah si pahlawan wanita, mengapa semua orang menghindarinya?”
Ini tidak sama seperti apa yang dibayangkannya.
“Kau tidak tahu itu …”
Si bibi memelankan suaranya dan berbisik misterius kepadanya: “Konon katanya, Hua Mu Lan sedang mencari-cari suami belum lama ini. Rekan-rekannya di ketentaraan memaksa yang lain untuk menikahinya! Mereka takut berdiri dekat dengannya karena mereka mungkin akan dipaksa untuk menikahinya oleh para prajurit itu …”
“Lancang sekali!”
He Guang bangkit berdiri, dengan wajahnya yang menghijau, dan wajah tampannya tampak dingin.
“Pemuda Yu Lin dari ketentaraan, pilar kerajaan, dalam kapasitas apa kalian, para pedagang dan penjaja jalanan membicarakan tentang mereka di balik punggung mereka!”
“Ya Tuhan! Kau mengerikan sekali, anak muda …”
Bibi itu menepuk-nepuk dadanya, menatap He Guang seolah melihat seorang psikopat.
“Aku hanya mendengar apa yang dikatakan orang lain, karena kau bertanya padaku, aku menjawabnya. Kenapa kau harus bersikap seperti seorang Tuan Pejabat untuk menakutiku?”
Wajah bibi itu mungkin sudah dibuat tersapu sampai ke tanah oleh He Guang dan ia tak lagi memberitahukannya dimana membeli garam. Bibi itu menundukkan kepalanya tanpa melihat He Guang maupun mutiaranya.
“Mereka hanya mendengar apa yang orang lain katakan …”
He Guang menundukkan kepalanya dan menghela napas.
“Aku sering mendengar bahwa omongan orang itu mengerikan, tetapi aku kerap mengira itu karena topik dari rumornya tidak cukup kuat. Sekarang tampaknya, ada kalanya ketika aku pun tidak ingin mendengarkan rumor orang lain.”
Baru satu hari dan Hua Mu Lan ini memiliki karakter yang tidak menyenangkan. Apakah itu karena ia menyebabkan orang jadi sakit?
He Guang melirik ke pakaian berlapis sutranya, dan kemudian ia melihat ke pakaian linen penduduk desa lainnya. Ia menyesal mengenakan mereka kemari.
Beberapa orang ini mengenakan pakaian kulit. Tak peduli siapa mereka, selama mereka menjual barang, mereka berjongkok di tanah dan meringkuk. Jika ada embusan angin yang bertiup pada saat ini, banyak orang akan bersin di waktu yang sama, seolah-olah mereka sudah sepakat untuk bersin-bersin.
Ia menggenggam mutiara di tangannya kuat-kuat dan berjalan menuju ke penjual acar lainnya sambil tersenyum masam.
Kenapa ia harus merasa kasihan kepada orang lain?
Hari ini, kalau ia tidak bisa membeli garam, ia akan diasapi sampai mati di cerobong asap itu.
***
He Mu Lan memperhatikan Hua Mu Tuo berjalan ke arahnya.
Pemandangan yang dilihatnya ketika adik lelaki Hua mendatanginya dengan perlengkapan kamar mandi itu, terlalu mengerikan. Ia berpikir sejenak bahwa, perlengkapan kamar mandi itu akan dipakaikan ke kepalanya. Jadi ketika Hua Mu Tuo mendatanginya, ia begitu ketakutan akan apa yang dibayangkannya dan mundur beberapa langkah ke belakang.
“Kak, apa yang barusan terjadi? Aku sepertinya melihatmu berkelahi dengan beberapa orang …”
Hua Mu Tuo melihat sekeliling dengan gelisah, pada orang-orang yang tengah menilai mereka di belakang.
“Apakah ada masalah?”
“Tidak ada. Ada kesalahpahaman. Sudah dipecahkan.”
He Mu Lan ingin mengambil perlengkapan kamar mandi itu dari tangan adik lelaki Hua, tetapi Hua Mu Tuo merona dan menolak untuk memberikannya. Sebaliknya, ia membawa perlengkapan tersebut dan pergi mencari A-Dan Zhuo, yang sedang menjaga kereta kudanya.
“Anak ini …”
He Mu Lan sedikit tersentuh selagi ia memandangi punggung adik lelaki Hua.
Ia mengetahui apa yang sedang dipikirkan Hua Mu Tuo, ia hanya berpikir bahwa, ‘si pahlawan wanita Hua Mu Lan membawa perlengkapan kamar mandi’ akan menjadi rumor yang terlalu mengerikan untuk didengar.
Ia tidak mengetahui bahwa keluarganya berupaya membuat kehidupannya menjadi sebuah kehidupan yang dipenuhi dengan rasa hormat orang lain.
Tetapi, bahkan jika ia tidak dihormati pun, ia tidak keberatan.
Adik lelaki Hua segera berlari kembali. He Mu Lan mengikutinya dan melihatnya tawar-menawar dengan orang lain. Setelah kesepakatannya dikonfirmasi, ia mendongak dengan gembira ke arah He Mu Lan. Setelah ia menganggukkan kepalanya, Hua Mu Tuo kemudian akan menggunting kain linen atau bagian dari kain katun yang dibawanya sesuai dengan ukuran yang disepakati dengan penduduk desa.
Pada waktu ini, He Mu Lan mengangkat barang-barang yang telah dibeli Hua Mu Tuo dan mengirimkan mereka ke kereta di samping A-Dan Zhuo satu per satu.
Orang harus mengatakan bahwa, itu hal yang sangat memudahkan apabila ada seseorang yang menjaga keretanya. He Mu Lan terbiasa membawakan semua barangnya sampai ia harus meninggalkan pasar, sebelum ia menaruh barang-barang itu di belakang kereta bersama Hua Mu Tuo.
Karena ini adalah terakhir kalinya mereka akan berbelanja selama musim dingin ini, dan ada dua tamu tambahan di rumah, dan Hua Mu Tuo menderitkan giginya untuk membeli banyak sayur dan buah-buahan berharga, seperti pir beku dan kesemek.
Barulah kemudian, A-Dan Zhuo mengetahui apa maksud Hua Mu Tuo ketika ia berkata, “Saat kau keluar bersama kakak perempuanku, kau hanya perlu membawa seseorang bersamamu.”
Dan keluar bersama “Bibi Hua” ini, orang hanya perlu membawa seseorang yang tahu bagaimana cara menawar dan memilih sesuatu. He Mu Lan membayarkan uangnya dan membawakan barang-barangnya. Ia sangat sabar bahkan ketika menunggu Hua Mu Tuo untuk mengambil dan memilih barang-barang …
Tunggu …
Kenapa ia selalu merasa bahwa ada sesuatu yang tidak benar tentang ini?
***
He Guang langsung jadi orang aneh di pasar itu.
Anak muda ini, yang berjongkok di pasar, berbalut pakaian berbahan bagus dan secara khusus mencari kios acar dimana-mana, hanya menggunakan mutiara yang ukurannya lebih besar dari jempol untuk menukarnya dengan barang, meski ia memasang senyuman tampan. Tidak ada seorang pun di antara penduduk desa ini yang berani menjual apa-apa kepadanya.
Apabila mutiara semacam itu ditatahkan dengan jepit rambut apa pun untuk putri sebuah keluarga, itu cukup untuk jadi sebuah mas kawin untuk menikahi pria kaya!
Tetapi, itu juga akan tergantung apakah mutiara ini akan menarik perhatian pencuri atau tidak.
Semua orang yang membeli dan menjual barang di sekitar pasar jembatan Ma Jiao adalah kenalan. Hari ini kau mendapatkan mutiara, dan esoknya seluruh desa akan pergi ke rumahmu untuk melihat soal apa kehebohan itu. Seperti kata pepatah, bahkan jika kau tidak takut akan maling, kau akan takut kepada maling yang memikirkan tentang harta bendamu. Bahkan jika kau mendapatkan sesuatu seperti ini tanpa banyak usaha sekarang, di masa depan, hari-harimu akan sukar untuk dijalani.
Tetapi, ada pula yang berani, yang berinisiatif untuk berbicara kepada tuan muda kecil ini.
“Apa yang akan kau beli, anak muda? Beritahu paman ini, dan aku akan lihat apakah aku memilikinya!”
He Guang dihentikan oleh seorang pria terlatih yang mengenakan pakaian dari kulit anjing yang besar.
Dari jauh, He Mu Lan melihat ke arahnya dengan mata yang bertanya-tanya. He Guang menggelengkan kepalanya pada He Mu Lan dan mulai berbicara padanya.
“Aku bertaruh dengan temanku bahwa aku bisa membeli sepuluh jin garam di pasar ini.”
He Guang mengerutkan dahi dan melihat ke mutiara di tangannya dengan malu.
“Kalau aku tidak berhasil membelinya, aku harus mengaku kalah.”
“Oh, ternyata tuan muda kecil ini mau membeli garam …”
Si pria terlatih pun tertawa.
“Iya, aku mau membeli sepuluh jin garam.”
Mulut berisi penuh dengan gigi yang kuning itu membuat He Guang merasa sakit perut dan ia sedikit menundukkan kepalanya sebagai tanggapan.
Ia tidak tahu kenapa He Mu Lan memintanya untuk membeli garam sendirian. Ia tidak akrab dengan pasar ini dan tidak tahu dimana membeli garam. Tetapi ia tahu bahwa, bahkan jika ia tidak tahu, orang yang selalu menggunakan garam pastinya tahu dimana untuk membeli garam.
Jadi, ia terus menanyai para penjaja acar dimana mereka membeli garamnya, dengan harapan bahwa itu akan menarik perhatian si penjual garam.
Penduduk desa biasa yang menjual barang-barang asinan, tentunya menjual garam, tetapi jika itu mudah bagi mereka untuk menjualnya apabila itu satu atau dua liang garam, mustahil bagi mereka untuk menjual sepuluh jin garam sekaligus sekarang.
Pada periode awal Dinasti Wei Utara, meski tidak ada uang dan banyak fatwa politik yang longgar untuk dipatuhi, tetapi perdagangan garam selalu dikendalikan dengan ketat. Orang tidak punya hak untuk menambang ladang garam atau menjual garam secara pribadi.
Tetapi penjualan garam secara pribadi itu sulit diatur. Perang selama bertahun-tahun sudah membuat harga resmi garamnya semakin tinggi, dan keuntungannya digunakan untuk mensubsidi pengeluaran militer. Oleh karenanya, ada lebih banyak orang yang membeli dan menjual garam secara pribadi di pedesaan.
He Guang mengetahui bahwa ada sejumlah besar orang di wilayah Dinasti Wei yang terlibat dalam bisnis yang mempertaruhkan nyawa mereka untuk mengumpulkan, mengangkut, dan menjual garam.
Sepuluh jin garam adalah jumlah yang besar di pedesaan. Pria yang terlatih itu mungkin tidak menduga bahwa seseorang dari pemerintahan akan mengutus anak semuda itu untuk membeli garam di pasar dengan pakaian yang mahal. Ia dengan gembira, setuju untuk menjual sepuluh jin garam kepadanya. Ia hanya harus menuju ke tempat yang sepi di bawah jembatan selama satu jam untuk mengumpulkannya.
He Guang benar-benar ingin tahu bagaimana mereka melakukannya, jadi ia pun setuju tanpa ragu-ragu. Ia bahkan membiarkan pria itu melihat mutiara di tangannya dan memberitahukan pria itu bahwa jika pria itu datang lebih cepat, ia akan memberikannya dua butir.
***
Ketika He Guang kembali ke sisi He Mu Lan untuk menunggu garamnya, bahkan Hua Mu Tuo saja agak kaget karena He Guang membeli garam dengan begitu mudahnya.
Karena kekeraskepalaan ayah mereka, mereka tidak pernah membeli garam secara pribadi di pasar. Tetapi mereka sudah melihat orang membelinya di pasar, dan mereka tidak mengungkapkannya secara terbuka kepada mereka.
He Mu Lan memintanya untuk membeli garam karena, di satu pihak, ia ingin melihat apakah He Guang adalah orang bodoh. Di lain pihak, ia ingin melihat kemampuannya dalam berurusan dengan orang-orang.
Penjualan garam tidak sama dengan penjualan beras jawawut atau sutra. Itu adalah jenis barang yang sangat menimbulkan perselisihan. Sementara bagi He Guang, yang jelas-jelas adalah putra bangsawan yang tidak tumbuh besar di sekitar sini, orang-orang yang menjual garam secara pribadi dan penduduk desanya akan secara alami menahan rasa takut terhadapnya dan tidak akan menjual garam dengan mudah untuknya.
Tetapi kini tampaknya anak ini mengetahui bagaimana cara memanfaatkan kelebihannya dan pandai dalam mengamati situasi di sekitarnya. Tidak mengherankan anak muda itu melarikan diri dari rumah dan bisa datang ke wilayah Liang tanpa terluka.
Haruskah He Mu Lan kagum karena anak muda zaman sekarang harus diperlakukan dengan rasa hormat?