My Childhood Friends are Trying to Kill Me (English to Indonesian Translation) - Bab 135
BAB 135
Tetapi segera setalahnya Lelia menyadari bahwa ini semua adalah mimpi.
Mimpi yang benar-benar seperti nyata.
Sejak Oscar menghilang, Lelia selalu memikirkannya.
Setelah Oscar menghilang di depan matanya, Lelia merindukannya. Namun, dia bingung apakah pikiran itu adalah efek samping dari ramuan itu atau bukan.
Itulah yang dia pikirkan.
[Apakah aku benar-benar merindukan Oscar? Atau apakah aku sedang bermimpi dirinya seperti ini akibat dari rasa rindu ini?]
[Apakah aku cukup merindukanmu untuk memimpikanmu?]
Lelia mengerjapkan matanya sambil menatap kosong ke arah Oscar.
Dia bertanya-tanya apakah itu campuran dari keinginan untuk melarikan diri dan keinginan untuk melihat Oscar yang sudah menciptakan mimpi ini.
“….”
Ketika Lelia mengira ini adalah mimpi, hatinya pun menjadi tenang.
Lelia melihat lebih lekat wajah Oscar yang sudah lama ingin dia lihat.
Namun, penampakannya sedikit berbeda dari sebelumnya.
Rambutnya yang tadinya agak panjang, kini terpotong rapi. Namun, kulit pucat, mata dan bibir merahnya masih sama.
“Kamu menatapku dengan cara yang membuat salah paham lagi.”
“….”
“Aku tidak akan tertipu lagi, Leo. Hentikan itu.”
[Apa?]
Lelia perlahan menyadari bahwa ada sesuatu yang salah. Perasaan kereta berderak, dan Oscar di depannya …
Semuanya begitu nyata.
“Mimpi… Bukankah ini mimpi?”
“Cukup menakutkan untuk membuat kamu ingin berpikir itu mimpi buruk, tapi sayangnya ini adalah kenyataan.”
Oscar menjawab dengan tenang dengan ekspresinya yang acuh tak acuh.
Baru saat itulah Lelia menyadari bahwa dia tidak sedang bermimpi.
[Tapi bagaimana caranya?]
Bagaimana Oscar bisa di sini?
Dua hari lalu, Lelia mendengar kabar tentang Oscar.
Itu adalah berita bahwa kaisar Kekaisaran Hraesvelg, negara asal Oscar, telah meninggal.
Kaisar Hraesvelg adalah ayah Oscar.
[Itulah mengapa kamu kembali ke negara asalmu…]
Karena Oscar harus mewarisi tahta.
Lelia pikir itu sebabnya Oscar pergi, mungkin pemuda ini pergi bukan karena dirinya …
Mengapa Oscar ada di sini, siapa yang naik tahta untuk mewarisi takhta?
[Tunggu, tapi kenapa kamu ada di sini? Kemana kita akan pergi?]
Pada pikirannya yang terlambat, Lelia segera mengulurkan tangannya dan menarik tirai di jendela kereta.
“Um…?”
Sebuah padang rumput yang luas terbentang di depannya.
Tidak peduli berapa lama Lelia melihat sekeliling, dia tidak bisa melihat apa pun. Dengan kata lain, waktu sudah berlalu cukup lama sejak Lelia melarikan diri bersama Oscar dari Kota Kekaisaran Auraria.
Kenyataan ini benar-benar menyadarkan Lelia.
“Hei, di mana kita? Ke mana kita pergi sekarang?”
“Perjalanan terakhir sebelum pergi ke neraka?”
Ekspresi Lelia berkerut mendengar frasa yang tidak dikenalnya.
Lelia menatap Oscar seolah frustrasi.
Deg, Deg
Tapi saat mata mereka bertemu, jantung Lelia mulai berdetak aneh.
[Apakah obat itu masih mempengaruhiku?]
Tidak bisa terus seperti ini… Ketika Lelia menyadari bahwa ini semua bukanlah mimpi, dia merasa sangat emosional.
Lelia pikir dia tidak akan melihat Oscar lagi untuk waktu yang lama. Dia bahkan berpikir bahwa mungkin dia tidak akan pernah melihat pemuda ini lagi seumur hidupnya.
Tapi siapa sangka dirinya bisa bertemu dengan pria ini lagi begitu cepat…
Dia berterima kasih dan kasihan pada Oscar karena sudah datang kepadanya lagi.
Melihat rambut Oscar yang pendek, Lelia bertanya-tanya apakah dia sudah naik tahta.
“.…”
Ketika dia masih kecil, Lelia sangat bangga karena bisa mengerti apa yang telah Oscar alami.
Alis Oscar berkedut saat dia melihat mata Lelia yang berlinang air mata.
Dia berkata dengan nada dingin menggigit.
“Tidak ada gunanya menangis.”
Dengan suara dan nada dinginnya, Lelia perlahan-lahan kembali sadar.
Saat itulah dia mengajukan pertanyaan yang paling penting.
“Kenapa aku ada disini…?”
“Kenapa, Lelia?”
“… Kenapa aku?”
[Apakah Oscar benar-benar menculikku?]
Jelas, kalimat gabungan menunjuk ke satu kata, tetapi dia tidak memahaminya.
Itu adalah sesuatu yang tidak pernah dia pikirkan.
Seolah-olah dia telah menjadi idiot, dia tidak bisa memikirkan apa pun. Melihat Lelia seperti itu, Oscar dengan ramah menjelaskan.
“Sudah kubilang, sekarang aku akan melakukan apa yang kuinginkan.”
“.…”
“Kamu sekarang akan menjadi Permaisuri Kekaisaran Hraesvelg.”
“…Apa?”
“Kamu harus tinggal di kastil Kekaisaran Hraevelg selama sisa hidupmu, tapi aku akan membiarkanmu melihat dunia untuk terakhir kalinya. Tidakkah menurutmu aku orang yang murah hati?”
“….”
“Di Kekaisaran Hraesvelg, pengantin baru terkadang melakukan perjalanan singkat bersama.”
“Tidak, ayolah… tunggu sebentar. Apa yang kau bicarakan?”
“Tujuan diputuskan sebagai tempat di mana kita memiliki kenangan. Aku berpikir untuk pergi ke Zona Netral Suci. Bagaimana menurutmu? Apakah kamu menyukainya?”
“Oscar, apa-apaan ini …”
“Kamu tidak suka tujuan perjalananmu?”
“Bukan itu masalahnya. Aku yakin sudah membuat semuanya jelas hari itu, aku tidak bisa mengikutimu….”
“Itu sebabnya aku memberitahumu. Aku akan melakukan apa pun yang aku inginkan sekarang, dengan caraku sendiri.”
“…!!!”
Oscar menjawab dengan respons biasa, seolah-olah itu adalah hal normal.
Lelia benar-benar tidak bisa berkomunikasi dengannya, seolah-olah dia diblokir oleh dinding tinggi tak kasat mata.
Dia menyadari bahwa akal sehat tidak akan memungkinkan dia untuk berbicara dengan Oscar.
Lelia menatap Oscar dengan ekspresi kosong di wajahnya, dan mengepalkan tangannya.
[Lalu bagaimana dengan Kaisar Auraria?]
[Bagaimana dengan pamannya dan teman-temannya yang lain?]
Dia tak sempat memberitahu siapapun … Jelas bahwa mereka akan khawatir jika dirinya menghilang dalam semalam.
Selain itu, jika kakeknya mengetahui hal ini…
“Dengar, biarkan aku pergi ke Wilayah Superion.”
“….”
“Oscar, tolong. Bawa aku ke Wilayah Superion…”
Oscar menyelanya dengan suara dingin.
“Kamu sepertinya tidak bisa memahami situasinya sama sekali, Lelia.”
“.…”
“Kamu tidak memiliki kebebasan.”
“Apa…?”
“Tapi jika kamu patuh dan mendengarkanku dengan baik …”
“.…”
“Aku akan menunjukkannya padamu sekali atau dua kali dalam hidupmu. Keluarga yang sangat kamu cintai.”
Seolah-olah dia berada di posisi yang berlawanan dari terakhir kali.
Dia berharap ini semua hanyalah lelucon.
Tapi Oscar sepertinya tidak bercanda.
Ini semua memang niat dari lubuk hatinya.
Benar-benar….
Oscar…
[Kamu benar-benar menculikku.]
****
Malam itu.
Saat matahari terbenam, Oscar membawa Lelia ke sebuah penginapan besar di kota terdekat. Itu adalah hotel mewah yang relatif besar.
Dia memeriksa tanda saat masuk, dan itu adalah kota yang jauh dari Ibukota Kekaisaran tempat Lelia tinggal.
Oscar tampaknya telah melakukan perjalanan jauh, ketika Lelia tertidur dan dia pasti telah membuat celah dimensi.
Kalau tidak, dia tidak akan bisa menempuh jarak yang sangat jauh ini dalam waktu sesingkat itu.
Mungkin Oscar ingin agar Lelia juga bisa menikmati perjalanan yang sebenarnya, Oscar memberitahu Lelia bahwa dia akan menggunakan penginapan besar di setiap kota sampai mereka mencapai tujuan mereka.
Tapi setelah mendengar itu, Lelia tidak mengatakan apa-apa.
Setelah percakapan terakhirnya, dia tidak membuka mulutnya sampai mereka tiba di sini.
Oscar mengira Lelia sedang memprotes, tapi bukan itu yang dia maksud.
Semua ini awalnya terasa tidak masuk akal, jadi dia berusaha menyangkal kenyataan.
Sulit baginya untuk berpikir dengan benar, karena pikirannya bolak-balik.
Dia muak dan lelah dengan semuanya. Dia ingin meninggalkan segalanya dan melarikan diri, tetapi dia juga memikirkannya lebih baik.
Dia bebas, seolah-olah dia telah membebaskannya dari beban yang membebani pundaknya.
Tapi memikirkan keluarganya membuatnya merasa berat lagi.
Selain itu, ketika dia melihat mata Oscar yang kosong, dia tidak tahu secara spesifik, tetapi dia pikir ada sesuatu yang salah.
Sementara itu, jantungnya pun selalu berdebar aneh setiap kali dia melakukan kontak mata dengan Oscar …
Sulit bagi Lelia untuk menatap matanya untuk waktu yang lama.
Setiap kali Oscar menatap Lelia dengan dingin, dia mengalihkan pandangannya, dan dia tidak menyadari apa yang terjadi dengan Lelia.
[Efeknya sepertinya masih ada…]
Begitu Lelia memasuki kamarnya, dia duduk di sofa, kelelahan.
Oscar mendekati Lelia dan menyerahkan air minum.
“Apa yang ingin kamu lakukan, apakah kamu ingin mandi dulu?”
“…?”
“Atau, akankah kita mandi bersama?”
Apa?!
Mendengar ucapan yang tiba-tiba, Lelia menatap kosong padanya.
“Yah, apa maksudmu?”
“Sekarang kita akan menikah. Sampai kapan kau akan menghindariku?”
“…Aku tidak pernah mengatakan bahwa aku akan menikahimu.”
“Ah! tapi kamu pasti akan menikahiku.”
Oscar duduk di sampingnya, seolah-olah dia tidak peduli dengan perilaku Lelia, dan dia membelai rambutnya.
Bertentangan dengan matanya yang dingin, itu adalah sentuhan yang ramah.
‘Ayo mandi bersama.’ Itu adalah hal paling mengejutkan yang pernah Lelia dengar dalam hidupnya.
Lelia memutar matanya ke bawah dan menggumamkan omong kosongnya.
“Oscar, aku tahu kenapa kamu kesal, tapi… Tetap saja, cobalah tenang dan… Kuharap kamu mengerti ini begitu tiba-tiba…”
“Mengapa kamu tidak melakukan kontak mata jika kamu akan meminta bantuanku?”
“….”
Oscar berbicara dengan sinis, tetapi Lelia menutup mulutnya, dan tidak bisa menjawab.
[Apa yang harus aku lakukan ketika aku bahkan tidak bisa menatap matamu bahkan jika aku ingin sekalipun?!]
Mungkin karena efek obatnya, jika dia menatap mata Oscar, jantungnya berdebar tak karuan.
Dia tidak merasakan dorongan untuk mencium atau memeluknya segera seperti sebelumnya, tapi …
Ketika dia bertemu matanya, Lelia anehnya merasa malu-malu. Dia merasa seperti hatinya akan terbaca.
Dia tidak tahu apakah itu ada di kepalanya atau di sudut hatinya, tapi anehnya dia digelitik di suatu tempat dan itu bahkan lebih menyakitkan.
Hah…
Lelia frustrasi dengan Oscar yang bodoh, dia menghela nafas kecil dan menutup matanya dengan erat.
“Apakah aku begitu mengerikan?”
Itu adalah suara yang sedingin es.
Pada saat itu, Lelia dikejutkan oleh suasana yang muram dan membuka matanya dan menatapnya.
Dia bahkan tidak bisa menatapnya lama dan menghindari matanya …
Mata Oscar, yang berhasil dia tatap untuk sementara waktu, sangat dingin.
Dia merasa seolah-olah mata merahnya dipenuhi dengan es, dan dia sepertinya menyembunyikan emosinya yang panas.
“Apa maksudmu mengerikan? Tidak seperti itu.”
“Kamu bahkan tidak bisa melihatku dengan benar, tapi kamu pandai berbohong.”
“….”
“Kurasa berbohong itu cocok untukmu.”
Ekspresi Lelia berkerut mendengar nada sarkastik itu.
Itu adalah nada yang sepertinya memunculkan peristiwa masa lalunya. Dia mengatakan hal-hal seperti itu meskipun dia tahu bahwa Lelia sebelumnya terikat oleh mantra …
Dia merasa sedih dan kesal.
Semua ini tidak terlalu menyedihkan sampai hingga titik dimana perlahan ujung hidungnya berkerut… dia merasa seperti akan menangis.
Sulit untuk mengontrol emosinya. Ini jelas karena efek obat yang tersisa.
Lelia berhasil menahan air matanya dan mengajukan pertanyaan.
“Apakah kamu benar-benar akan membawaku ke Kekaisaran Hraesvelg?”
“Ya.”
“Kenapa, kenapa kamu melakukan itu? Aku masih tidak tahu mengapa kamu melakukan ini … “
“Kamu benar-benar tidak tahu?”
“.…”
“Apakah kamu tidak ingin berpura-pura tidak tahu?”