My Engagement Got Broken, But I Don’t Remember Getting Engaged in the First Place (English - Indonesian Translation) - Ch 48
- Home
- My Engagement Got Broken, But I Don’t Remember Getting Engaged in the First Place (English - Indonesian Translation)
- Ch 48 - Sepertinya Aku Ingin Ia Meminjamkan Tangannya
Chapter 48 : Sepertinya Aku Ingin Ia Meminjamkan Tangannya
“Thor—maksudku, Yang Mulia. Terima kasih banyak.”
Nora membungkuk, dan Raja Thorvard memberikannya senyuman yang lebih lembut daripada sebelumnya.
“Tidak perlu berterima kasih padaku. Kau mungkin tidak menyadarinya, tetapi sebenarnya semua adalah salahku. Aku ingin meminta maaf, tetapi aku akan menebusnya lain kali …. Pertunjukanmu sebelumnya luar biasa! Akankah kau tampil lagi untukku?”
“Tentu saja, aku akan merasa terhormat.”
Nora tertegun sejenak, mendengarnya mengatakan bahwa itu semua adalah salahnya, tetapi ia tidak menentang untuk menyanyi lagi.
“Luar biasa! Aku tidak sabar menantikannya.”
Kemudian ia melambaikan tangan berpamitan dan menuju ke belakang aula.
Karena sang raja sudah pergi, semua orang di sekitar mereka pun bubar, membuat ketegangan Nora berkurang. Bagaimanapun juga, “Thor” dan “Thorvard” adalah dua orang yang berbeda. Tentu saja, Nora mengetahui bahwa mereka memang orang yang sama, tetapi aura mereka berbeda jauh sekali. Itu membuatnya menyadari bahwa sang raja adalah keberadaan bak dewa yang jauh dari jangkauannya, dan bahwa ia benar-benar tidak ingin terlibat dengannya.
“Anda memiliki rasa terima kasih terdalamku, Duke Enroth.”
Nora membungkuk dan Duke mengangguk mengiyakan.
Apa yang dikatakan Duke benar-benar kebohongan belaka. Nora tidak tahu mengapa ia melakukannya, tetapi ia tahu bahwa itu demi dirinya. Putrinya, Viola, sebelumnya mencoba untuk meracuni Nora, jadi barangkali membantunya adalah caranya untuk bertanggung jawab atas kesalahan putrinya.
“Bukan apa-apa. Sebenarnya, akulah yang seharusnya meminta maaf …. Apakah tidak apa-apa, Elias?”
Setengah jalan sedang berbicara, nada bicaranya berubah serius, tetapi Elias sepertinya tidak memedulikannya.
“Terima kasih atas kerja samamu.”
Elias mengungkapkan rasa terima kasihnya dengan ekspresi yang rumit, dan setelahnya, Duke pun pergi.
Mempertimbangkan sikap Duke, Elias mungkin telah melakukan sesuatu tentang itu. Jika demikian, maka itu mungkin berkaitan dengan Viola, dalam hal ini, itu akan melibatkan Nora juga. Ia ingin bertanya padanya soal itu, tetapi Nora tidak yakin apakah pantas untuk mendiskusikannya di sini.
Tepat saat ia sedang merenunginya, seorang pelayan mendekat dan memberitahukannya bahwa ini waktunya untuk pertunjukannya.
“Untunglah. Sepertinya pianonya diperbaiki tepat waktu.”
Nora tersenyum ke arah Flora, yang tampak lega.
“Tetapi kertas musiknya tidak bisa ditemukan dimana-mana. Akan sulit untuk memainkan lagu asli pilihanmu …. Apa yang akan kau nyanyikan?”
Hanya satu lagu yang terlintas dalam benak Nora.
***
Suara merdu piano Flora bergema di seluruh aulanya, dan perhatian semua orang terfokus pada Nora. Ia tak lagi memiliki emosi campuran dari kemarahan dan rasa bersemangat yang dirasakannya ketika ia bernyanyi sendirian sebelumnya. Anehnya, hatinya merasa tenang.
Itu adalah lagu cinta yang diturunkan dari generasi ke generasi di wilayah tersebut. Itu adalah lagu lama yang populer, dengan lirik yang mengungkapkan perasaan untuk kekasih yang jauh. Nora tidak punya kekasih, tetapi ia berpikir tentang apa yang akan terjadi jika kekasih sementaranya, Elias, akan pergi jauh.
Apakah aku akan kesepian? Atau apakah aku akan menghentikannya pergi?
Lagunya tidak menyebutkan mengapa sang kekasih harus pergi. Lagu itu juga tidak mengatakan apakah si pria atau si wanita yang pergi jauh atau yang ditinggalkan. Ambiguitas itu membuat lagunya beresonansi dengan semua orang, dan sejak saat itu lagunya sudah dicintai, ayahnya memberitahunya.
Lagunya berakhir dengan lirik tentang bagaimana orang itu pergi menemui kekasih mereka. Setelah menyanyikan frasa terakhir, “Temukan aku dan pinjamkan aku tanganmu,” Nora berterima kasih pada penonton.
Riak tepukan tangan pun mengalir seperti air terjun. Tingkatnya tidak seperti ketika ia tampil di restoran, terutama karena kerumunan yang besar dan ukuran besar aulanya. Sekali lagi ia menyadari betapa tidak pada tempatnya dirinya di panggung sebesar itu. Untuk sesaat, Nora terjebak dalam lamunannya, menikmati tepukan tangan itu, tetapi saat itulah, Nora menyadarinya.
Semuanya tersenyum dan bertepuk tangan untuknya, tetapi pandangan Nora tertuju padanya.
…. Oh.
Entah bagaimana, Nora ingin Elias menemukannya. Ia ingin Elias meminjamkan tangannya.
Nora tahu bahwa tangan Elias bukanlah untuk dirinya, tetapi ia memutuskan ia akan mengungkapkan perasaannya sekali saja.
Kalau ini tidak berhasil, ya sudahlah. Jika ia mau bermain dua arah, aku tidak mau.
Tetapi jika ….
Apabila Elias mengatakan padanya bahwa ia hanya menyukainya ….
—Maka ….
***
“Elias, aku perlu bicara denganmu.”
Setelah menerima segala pujian dari semua orang atas pertunjukannya, ia langsung ke pokok pembicaraan dan bertanya padanya. Elias memberinya anggukan dalam diam.
“Aku juga punya sesuatu untuk diberitahu padamu.”
Pasti tentang Andrea. Nora merasakan simpul dalam hatinya, tetapi ada hal lain yang dicemaskannya, dan ia harus berbicara dengannya untuk menyelesaikannya.
Elias berbicara dengan Allan, dan dengan cepat mengatur sebuah kereta untuk kepulangan mereka.
“Semoga beruntung, Nora.”
Flora sepertinya sudah menduga sesuatu, dan menyemangatinya sambil berbisik. Tetapi, dari ekspresi di wajahnya, Nora menebak bahwa ia pasti sudah salah paham. Ia hanya membiarkannya karena masalah ini antara Elias dan dirinya.
Setelah mengucapkan selamat tinggal pada Allan dan Flora, Nora dan Elias juga naik ke kereta mereka. Meskipun ia pasti mengaturnya secara tergesa-gesa, kereta ini memegang lambang Marquis Callum.
Apakah keretanya datang langsung dari kediaman mereka karena ia tidak bisa menyiapkannya lebih dulu?
Mempertimbangkan jarak jauhnya, pasti menempuh perjalanan dengan kecepatan yang luar biasa. Keluarga Marquis memang berada di level yang berbeda, bahkan dalam hal pengaturan keretanya. Bahkan interiornya indah; kursinya dilapisi kain merah, sedangkan keretanya berwarna biru tua.
Nora tidak tahu berapa banyak kereta yang mereka miliki, tetapi ia hanya bisa naik satu kereta semewah ini malam ini, jadi ia menikmati pengalaman itu dan duduk dengan nyaman. Selagi ia menikmati sentuhan lembut dari kain kursi di tangannya, Elias tersenyum padanya.
“Kenapa kau senang sekali membelai kursi itu?”
“Um, nyaman untuk disentuh.”
“Begitu.”
Elias tersenyum. Ia terlihat tampan seperti biasa dan sekali lagi Nora terpesona.
“Kalau begitu, jika aku memakai pakaian yang terbuat dari kain ini, apa kau akan membelaiku juga?”
“…. Mengetahui bahwa putra bergengsi dari Marquis benar-benar mengenakan kain kursi adalah fakta yang menarik.”
Walaupun Nora bilang begitu, ia yakin bahwa Elias tetap akan terlihat menarik meski jika ia sungguh mengenakan pakaian seperti itu. Dengan wajah tampannya, ia cocok dengan apa saja.
Nora bertanya-tanya apakah ia terpikat oleh wajah Elias.
Tidak, aku sudah melihat wajahnya semenjak pertama kali kami bertemu, dan ia tidak meninggalkan kesan pertama yang baik padaku.
Apakah itu artinya, ia tertarik pada Elias, dan bukan hanya wajahnya?
Oh tidak, ini buruk ….
Nora rasa, ia akan pulang ke rumah dengan sedih begitu Elias memberitahunya, ia tidak berarti untuk pria itu, tetapi kesadaran ini mengguncangnya.
Aku juga perlu menguatkan diriku untuk itu.
“Kenapa Duke Enroth membantu? Apa kau melakukan sesuatu? Aku juga berpikir bahwa kedatangan Yang Mulia agak tepat waktu. Apa obat penawar yang kau gunakan? Kenapa aku diracuni?”
Begitu Nora mulai membicarakan tentang hal-hal yang membuatnya tertarik, Elias memasang tampang kesulitan di wajahnya.
“Biar kujelaskan semuanya.”