Please Confess to Me (English to Indonesian Translation) - Bab 31
- Home
- Please Confess to Me (English to Indonesian Translation)
- Bab 31 - Mengejar Orang yang Sudah Memiliki Orang Lain di Hatinya
Karena mereka harus pergi kerja pada hari Senin, maka setelah makan siang keesokan harinya semua orang mulai bersiap kembali ke Kota S. Bagi kebanyakan dari mereka, rasanya seperti mereka baru saja sampai dan sekarang harus pergi lagi. Tapi Shen Xi merasa waktu berjalan begitu cepat. Bagaimanapun juga, hubungannya dengan Su Hang mengalami kemajuan yang begitu besar.
Setelah tiga setengah jam penerbangan, pesawat mendarat di bandara kota S tepat waktu.
Empat orang menyeret koper mereka keluar dari lorong dan berjalan ke lift. Su Hang berkata kepada Shen Xi di sebelahnya: “Aku akan pergi ke tempat parkir untuk mengambil mobil. Tunggu aku di pintu keluar bandara.”
“Aku akan pergi denganmu,” kata Shen Xi.
“Aku bisa pergi sendiri, parkiran di basement pengap.” Su Hang menggelengkan kepalanya.
“Kalau begitu barang-barangnya dibawa aku aja.” Shen Xi menjawab sambil berniat mengambil koper yang dipegang Su Hang.
“Aku bisa bawa.” Su Hang menghindari tangan Shen Xi dan berkata, “Tunggu aku aja.”
Pipi Shen Xi sedikit memerah. Nada Su Hang yang memanjakannya membuatnya merasa sangat dimanja. Terutama ketika Yun Shu, yang berada di sebelahnya berkedip padanya. Pada akhirnya Shen Xi hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan malu.
Su Hang balas mengangguk kemudian berbalik dan berjalan ke arah tempat parkir.
Shen Xi menatap sosok Su Hang yang perlahan pergi dan berpikir dalam harinya : Orang ini benar-benar tidak melakukan sesuatu setengah-setengah. Meskipun hanya mengambil mobil saja dilakukan dengan langkah yang tegas.
“Kalau begitu kamu menunggu dengan Shen Xi di pintu keluar bandara. Aku akan mengambil mobilku dan akan mengantarmu pulang.” Shang He Xu berkata pada Yun Shu.
“Un.” Yun Shu mengangguk.
Shang He Xu tersenyum dan menyeret kopernya lalu pergi ke tempat parkir.
“Aku menyadari sesuatu.” Yun Shu berkata pada Shen Xi sambil memandang Shang He Xu yang pergi.
“Apa?” Shen Xi bertanya-tanya.
“Tuan Su -mu, lelaki yang sudah memusuhi Shang He Xu dari awal sampai akhir perjalanan ini, sengaja pergi duluan supaya ia tidak harus berjalan dengan Shang He Xu ke tempat parkir. Aku rasa dia masih sangat cemburu.” Kata Yun Shu.
“Gak seperti itu. Mereka cuma ga akrab satu sama lain.” Kata Shen Xi.
“Baik, baik, terus aja bohongin dirimu sendiri. Tapi aku tahu kamu bisa liat apa yang aku liat.” Yun Shu tertawa.
“Lalu apa yang kamu ingin aku lakukan.” Shen Xi juga sangat tidak berdaya. “Kalau aku menyuruhnya untuk cemburu dengan Shang He Xu, apakah menurutmu itu berguna?”
“Itu tergantung bagaimana caramu mengatakannya.” Ekspresi Yun Shu langsung menjadi tidak senonoh. “Contohnya, kamu bisa memakai pakaian dalam seksi dan membisikkannya ke telinga Pak Su.”
“Diam kamu.” Shen Xi dengan kesal mendorong Yun Shu.
“Ha ha ha ha …” Yun Shu tertawa keras.
“Aku bakal ngacangin kamu.” Shen Xi berteriak dan berjalan ke depan sendirian.
Setelah tawa Yun Shu mereda, ia menyeret kopernya dan dengan cepat mengejar Shen Xi. Keduanya mengobrol sambil berjalan ke pintu bandara.
“Dulu aku mengira Su Hang adalah orang yang sangat membosankan, tapi setelah pagi ini aku sadar kalau ternyata dia orang yang cukup menarik.” Kata Yun Shu.
“Apa yang terjadi pagi ini?” Shen Xi bertanya-tanya.
“Dia bertengkar dengan Ying Ying.” Yun Shu tertawa.
“Ying Ying? Beneran?” Su Hang adalah laki-laki yang tidak banyak bicara. Bahkan dengannya, Su Hang hanya berbicara sedikit. Dengan orang asing, dia pada dasarnya tidak memperhatikan mereka.
“Ying Ying berlari ke Su Hang ketika ia ada di halaman dan berkata bahwa dia membenci Su Hang. Alasannya karena kamu gak bisa jadi kakak iparnya gara-gara Su Hang. ” Kata Yun Shu.
Shen Xi tertegun, dan ekspresinya agak tidak wajar. Dia tahu bahwa ada beberapa rumor tentang dirinya dan senior Shang He Xu di kalangan mereka, tetapi karena tidak ada orang yang mengatakannya secara langsung padanya, ditambah senior Shang He Xu tidak pernah menunjukkan sesuatu yang berbeda, dia selalu menganggap ini sebagai gosip yang membosankan. Sampai akhirnya di makan malam amal terakhir Yun Shu mengatakan sesuatu dan reaksi keras Ying Ying ini, dia mulai memperhatikan hubungannya dengan Shang He Xu. Hal itu juga yang membuatnya sangat canggung ketika ia bertemu dengan Shang He Xu di kota kemarin.
Belum lagi, Yun Shu juga menyukai …
“Coba tebak apa jawaban Tuan Su -mu itu?” Yun Shu bertanya.
“Apa katanya?” Shen Xi mengalihkan pikirannya dan bertanya.
“Dia bilang sama Ying Ying : Kalau kamu pikir ingin menjadi adikku, kamu mending melupakannya.” Ketika Yun Shu mengingat kembali ekspresi murka Shang Ying Ying sambil berteriak dan melompat kesal, ia jadi tertawa kecil. “Dia tahu maksudnya Ying Ying bukan seperti itu, tapi dia sengaja bikin marah Ying Ying. Kamu harus liat dia, ah. Dia loncat-loncat marah besar, ngamuk. ”
“Pfftt…” Shen Xi tidak menyangka kalau Su Hang punya sisi jahil juga. Ketika ia memikirkan Su Hang, Shen Xi tanpa sadar jadi memikirkan kejadian tadi malam. Dia menoleh pada Yun Shu dan bertanya, “Kamu tahu tempat laminating foto? ”
“Laminating foto? Bukannya foto elektronik lebih populer sekarang-sekarang ini? Kenapa kamu harus laminating” Yun Shu bertanya-tanya.
“Engga, aku mau laminating ini.” Shen Xi mengeluarkan kertas putih yang terlipat rapi dari tasnya.
Yun Shu dengan penasaran membukanya, sekilas ia mengenali ini adalah peta kota BaGua. Terlihat sangat mirip dengan peta di papan reklame di gerbang kota, tapi lebih ringkas: “Bukannya ini peta Kota BaGua? Kenapa kamu ngegambar ini? ”
“Bukan aku yang gambar,” kata Shen Xi.
“Bukan kamu?” Yun Shu dengan lebih teliti melihat lagi peta yang digambar dengan pensil itu. Kemudian, seakan ia menyadari sesuatu, ia memandang Shen Xi dengan tatapan tidak percaya, “Su Hang ngegambar ini pas dia nyari kamu kemarin?”
“Iya.” Shen Xi berkata, “Pas aku ngeliat gambar ini, aku sadar seberapa lama dia nyari aku.”
“Ya Tuhan.” Yun Shu benar-benar tidak percaya. “Tiba-tiba aku merasa sedikit terharu.”
Tidak ada yang perlu dikatakan lagi. Dari peta yang digambar sendiri ini, menunjukkan seberapa teliti dan sulitnya itu untuk Su Hang di labirin kota itu. Untuk menemukan Shen Xi, dia telah melalui setiap jalan, setiap lorong, dan menginjak setiap jalur biru.
Shen Xi tersenyum tapi tidak berbicara apa-apa lagi. Ia menemukan peta ini di saku Su Hang ketika mereka sampai ke rumah Ying Ying. Ketika Su Hang mandi, Shen Xi melihat peta yang digambar dengan ringkas ini, air mata Shen Xi tanpa sadar terjatuh. Dia ingin menyimpannya. Setiap garis di gambar ini menunjukkan cinta Su Hang untuknya – Ini menggambarkan perjalanan Su Hang dan pernyataan cintanya untuk Shen Xi.
“Ada studio foto di dekat apartemenku. Aku bisa membawa petanya dan melaminatingnya untukmu?” Yun Shu menyarankan.
“Tidak.” Shen Xi menggelengkan kepalanya dan mengambil petanya dari tangan Yun Shu dan tertawa. “Aku akan menemuimu besok.”
“Oh, baiklah aku mengerti.” Raut muka Yun Shu jadi berlebihan.
Tiba-tiba sebuah Mercedes Benz hitam berhenti di depan kedua wanita itu. Su Hang membuka pintu dan turun dari mobil. Pertama, dia mengangguk ke Yun Shu, lalu dia berbalik ke depan pintu sebelah pengemudi untuk membantu Shen Xi membuka pintu.
“Apa kamu mau aku menunggu denganmu?” Shen Xi bertanya pada Yun Shu.
“Tidak perlu,” kata Yun Shu. “Cepat pergi, ini jalan keluar. Mobil gak bisa parkir terlalu lama disini. Kamu pergi dulu aja.”
“Baiklah, kalau begitu aku akan menemuimu besok.” Shen Xi melambaikan tangannya ke Yun Shu lalu masuk mobil.
Su Hang menutup pintu dan kembali ke kursi pengemudi. Dia mengangguk lagi ke Yun Shu, lalu masuk ke mobil, menyalakannya, dan dengan hati-hati keluar dari bandara.
Setelah mobil Su Hang pergi beberapa saat, mobil Shang He Xu datang. Dia turun dari mobil dan membantu Yun Shu meletakkan barang bawaannya di bagasi, lalu mengantarnya pulang.
Hampir pukul lima sore ketika pesawat mendarat, dan saat itu sedang musim dingin, jadi langit menjadi gelap lebih awal. Ketika mereka sampai di pintu masuk Apartemen Yun Shu, langit sudah gelap.
Shang He Xu turun dari mobil dan membantu Yun Shu mengeluarkan barangnya dari bagasi. Ketika Yun Shu mengambil barang bawaannya, dia tiba-tiba bertanya: “Senior, apa kamu mau makan malam bersama?”
“Ah? Tidak usah, kita sibuk seharian, istirahatlah lebih awal.” Shang He Xu menggelengkan kepalanya dan menolak, lalu kembali ke kursi pengemudi, membuka pintu dan mau naik mobil ketika Yun Shu memanggilnya lagi.
“Senior!” Yun Shu melihat Shang He Xu yang bingung, dan bertanya, “Apa kamu ingat apa yang aku katakan terakhir kali?”
Shang He Xu mengerutkan kening, ia tidak tahu apa yang Yun Shu maksud.
“Di Makan malam Amal .” Yun Shu mengingatkan.
“…” Shang He Xu tiba-tiba ingat, tapi ia tidak tahu bagaimana menjawabnya. Dia selalu berpikir bahwa itu adalah lelucon yang dilontarkan Yun Shu. Ia tidak tahu kenapa Yun Shu memutuskan untuk menyebutkannya lagi. Dia tiba-tiba merasa gugup.
“Aku bilang aku menyukaimu hari itu, aku serius.” Kata Yun Shu.
“Yun Shu …” Shang He Xu tidak menyangka Yun Shu tiba-tiba menembaknya malam ini, ia tiba-tiba kebingungan.
“Jangan panik, cuma dengarkan aku.” Dipisahkan oleh mobil diantara mereka, Yun Shu memandang pria yang telah diam-diam ia cintai bertahun-tahun itu. “Tadi malam, pas kita kembali ke kota untuk mencari Shen Xi dan Su Hang. Di bawah jembatan, pas aku lihat tatapanmu ke Shen Xi aku cemburu dan terluka.”
“Aku……”
“Dengarkan aku.” Yun Shu menghentikannya. “Kita bertiga bisa dibilang besar bersama sejak kecil. Aku menyukaimu sejak awal, mungkin sebenarnya kira-kira pada waktu yang sama kamu mulai menyukai Shen Xi.”
“Shen Xi adalah teman baikku. Kupikir karena Keluarga Shen dan keluargamu telah menyetujui hubungan kalian berdua di masa depan, aku memutuskan untuk menyembunyikan perasaanku padamu. Bahkan Shen Xi tidak tahu.” Yun Shu berkata, “Tapi kemudian sesuatu terjadi. Shen Xi menikahi Su Hang. Aku bertanya padanya, kau tahu. Aku bertanya padanya apakah ia menyukaimu. ”
Shang He Xu sudah tahu jawabannya. Kemarin, Shen Xi menolak untuk meninggalkan kota bersamanya, dan akhirnya dia melihat Shen Xi dan Su Hang berciuman di jembatan. Semua ini membuat Shang He Xu mengerti sesuatu. Apa yang disebut takdir, bukanlah tentang siapa yang pertama kali menemukan seseorang. Tetapi tentang menungggu seseorang yang menunggumu. Lelaki yang Shen Xi tunggu bukanlah dirinya. Setelah menyadari ini, Shang He Xu akhirnya dapat melepaskan perasaannya.
“Tadinya aku akan mengejarmu, tapi sekarang aku berubah pikiran. Aku tidak ingin mengejarmu.” Senyuman Yun Shu menunjukkan kejujuran dan kepercayaan diri. “Aku pantas mendapatkan yang lebih baik. Aku tidak akan membiarkan diriku tersiksa karena mengejar orang yang sudah memiliki orang lain di hatinya.”
Yang paling penting adalah, kalau kamu tidak bisa melupakan Shen Xi, aku merasa aku akan membenci Shen Xi pada akhirnya, bahkan meskipun dia adalah sahabat baikku.
Shang He Xu tiba-tiba menghela nafas lega.
“Jadi, Senior Shang He Xu, hubungan kita akan tetap sama seperti dulu.” Kata Yun Shu.
“Baik.” Shang He Xu mengangguk dan tersenyum hangat.
“Tentu saja, kalau suatu hari nanti kamu menyesal dan memutuskan untuk mengejarku, aku dengan murah hati akan memberimu kesempatan.” Yun Shu tersenyum. “Tapi kamu harus mengalahkan pengejarku yang ada di depanmu dulu.”
“Aku tahu, Bahkan di luar negeri aku dengar tentang semua lelaki yang mengejarmu, Nona Yun Shu, aku yakin antriannya udah sepanjang 10 mil. ” Shang He Xu tahu bahwa Yun Shu sedang mencoba menghilangkan suasana canggung, jadi ia juga bekerja sama.
“Betul.” Yun Shu tersenyum dan mengambil koper lalu berkata, “Terima kasih karena mengantarku pulang. Dah.”
“Dah.”
Setelah melihat Yun Shu masuk ke dalam apartemen, Shang He Xu tiba-tiba merasa sangat kesepian. Pada hari yang sama, orang yang ia sukai dan orang yang menyukainya meninggalkannya. Shang He Xu tersenyum tanpa daya, hanya berharap bahwa lain kali, orang yang dia suka dan yang menyukai dirinya akan menjadi orang yang sama.
Ketika Shen Xi dan Su Hang kembali ke rumah, Bibi Zhang sudah menyiapkan makan malam.
Chu Wu tidak melihat orang tuanya selama beberapa hari. Begitu Shen Xi keluar dari mobil, Chu Wu langsung lari ke pelukan Shen Xi. Su Hang memperhatikan adegan mengharukan ini selama lima detik sebelum akhirnya mengambil Chu Wu pergi. Ia lalu memegang kepala Chu Wu dan dengan keras memerintahkan: “Kamu ga boleh lari ke pelukan mama. Ngerti gak?”
“Guk!” Chu Wu dengan penuh semangat mengibas-ngibaskan ekornya.
Su Hang menganggapnya setuju, lalu melepaskan kepala Chu Wu sambil mengangguk. Siapa yang tahu begitu Su Hang melepaskannya, Chu Wu langsung melemparkan dirinya ke dalam pelukan Shen Xi.
“Chu Wu!” Su Hang menghela nafas, menahan Chu Wu dengan memegang pinggang Chu Wu. “Kamu dengar gak tadi aku bilang apa?”
“Apa yang kamu lakukan, gimana bisa Chu Wu ngerti kamu ngomong apa?” Shen Xi tertawa.
“Kalau dia gak ngerti, aku bakalan terus ngulangin sampai dia ngerti.” Su Hang berniat untuk terus mengajarkan Chu Wu bagaimana caranya menjadi anjing yang baik.
“Kalau gitu, sebaiknya kamu juga kasih tahu aku, Paling enggak aku bisa mengerti apa maksud kamu.” Shen Xi tertawa. “Apa yang kamu mau?”
Shen Xi memandang Su Hang dengan penuh minat, tentu saja dia tidak percaya kalau Su Hang akan memintanya tidak bermain dengan Chu Wu.
“Itu … itu …” Sementara ekspresinya tetap ragu, cahaya licik memancar di mata Su Hang. Ia ragu-ragu lama sekali, sebelum akhirnya dengan takut meminta, “Saat ada aku, bisa gak kamu gak selalu langsung datengin Chu Wu?”
“Chu Wu yang datengin aku, ah. Bukan aku yang ngambil inisiatif.” Shen Xi tidak dapat berkata-kata.
“Kalo gitu … aku yang pertama kali meluk kamu.” Su Hang tiba-tiba mendongak, dengan Chu Wu di sekitarnya persis sama.
“Kamu …” Shen Xi menangis dan tertawa.
Penulis ingin mengatakan sesuatu:
Shang Ying Ying: Aku membencimu, Kak Shen Xi itu kan kakak iparku.
Su Hang: Ingin menjadi adikku? Hah, jangan harap !
Shang Ying Ying: Siapa yang mau jadi adikmu!
Su Hang: Kalau Shen Xi itu kakak iparmu, berarti kamu harus jadi adikku.
Shang Ying Ying yang sangat marah sampai mau pingsan …