Please Confess to Me (English to Indonesian Translation) - Bab 32
Setelah makan malam, Shen Xi memegang cangkir dan duduk di karpet di bawah pohon Natal. Bersandar ke sofa, ia melihat bola lampu kecil yang berkedip, dan dekorasi warna-warni yang digantung di dahan pohon pinus hijau. Tiba-tiba Shen Xi tersenyum dan melihat pria yang berdiri di sampingnya: “Kamu meminta Bibi Zhang menghiasnya?”
“Enggak…” Su Hang secara naluriah ingin menyangkal, tapi menyadari bahwa sekarang dia tidak perlu menyembunyikan hal seperti itu lagi. Dia sudah menyatakan perasaannya. Tapi dia masih merasa agak canggung, jadi dia mengangguk dengan kuping yang memerah, “Aku yang minta.”
Hati Shen Xi menjadi manis, dan dia melihat pria yang malu itu, lalu ingin tertawa.
“Duduk sini.” Shen Xi menepuk-nepuk tempat di sebelahnya.
Su Hang jongkok, duduk bersila di samping Shen Xi, jarak keduanya sangat dekat. Su Hang merasa jika ia bergerak sedikit, ia dapat menyentuh sudut baju Shen Xi. Ini membuat matanya melembut.
Sebagai anjing jenius jenis Labrador, Chu Wu sangat pintar. Ia memutuskan untuk tidak mendiskusikan kekesalannya dengan papanya dan akhirnya berbaring di sisi lain pohon Natal.
“Waktu itu di kota kecil, ada sesuatu yang belum kamu jelaskan. Sekarang kamu harus memberitahuku.” Shen Xi tiba-tiba berkata.
“Apa yang mau kamu tahu?” Su Hang bertanya-tanya.
“Apa kamu ingat apa yang kamu bilang padaku kemarin?” Shen Xi mengingatkan.
“Aku … aku …” Su Hang melirik Shen Xi lalu menundukkan kepalanya. Setelah beberapa saat, ia akhirnya bisa memandang mata Shen Xi dan berkata, “Aku menyukaimu.”
“…” Bagaimana bisa Shen Xi tidak pernah sadar kalau Su Hang itu begitu polos sebelumnya, ah? Itu sangat jelas. Lihat dia, mencoba mencuri pandang. Shen Xi hampir tertawa karena sikap “istri” kecilnya ini. Ia menahan tawanya dan bertanya. “Kapan kamu mulai menyukaiku?”
Su Hang tidak menyangka Shen Xi akan menanyakan hal seperti ini. Dia dengan gugup memegang-megang karpet sambil berpikir. Pada akhirnya ia memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya: “Sudah sangat lama.”
Benar saja, Shen Xi mengangguk dan memberi isyarat agar Su Hang terus melanjutkan ceritanya.
“Sejujurnya, kita pernah bertemu sebelumnya.” Su Hang memulai, “meskipun kamu mungkin gak ingat.”
“Oh iya? Kapan?” Shen Xi tahu bahwa dia dan Su Hang pasti pernah bertemu sebelumnya. Kalau tidak, bagaimana bisa Su Hang menyukainya sebelum mereka menikah? Tapi kapan mereka bertemu? Shen Xi benar-benar tidak bisa mengingatnya.
“Saat itu, kamu masih SD, kayaknya kelas dua atau tiga. Aku berjalan di dekat sekolahmu saat itu, mengumpulkan botol air mineral.” Su Hang menjelaskan.
Shen Xi berkedip dan berusaha keras untuk mengingat. Ia benar-benar tidak bisa mengingatnya. Ia tidak memiliki ingatan tentang SD dan botol air mineral di masa kecilnya.
“Waktu itu aku gak punya KTP dan ga punya pekerjaan tetap. Aku cuma bisa memungut sampah untuk ditukar dengan uang.” Su Hang berkata, “Sekolahmu cukup elit, dan kondisi keluarga para siswanya sangat baik, jadi tempat sampah di sekolahmu punya banyak barang bagus.”
“Aku ngambil banyak barang : kotak pensil baru, tas sekolah, boneka, bola sepak dengan sedikit goresan di sisinya, aku akan mengambilnya dari tempat sampah dan memberikannya untuk anak-anak kecil di panti asuhanku.” Mungkin itu karena ia akhirnya memiliki hubungan yang baik dengan Shen Xi. Ketika Su Hang berbicara mengenai masa lalunya, ia tidak lagi merasa rendah diri.
“Tapi keamanan sekolah kami seharusnya sangat baik, bagaimana kamu bisa masuk?” Shen Xi bertanya.
“Memanjat tembok.” Su Hang berkata, “Penjaga keamanan di sekolahmu akan berganti orang setiap hari pada pukul tiga sore. Saat itulah aku akan memanjat tembok. ”
“Lalu bagaimana kita bisa bertemu?” Shen Xi bertanya.
“Suatu ketika, aku sedang mengorek tempat sampah, tiba-tiba kamu berlari untuk membuang suatu sampah. Aku takut ketahuan, jadi aku memanjat tembok untuk kabur. Tapi aku terlalu panik dan tidak sengaja jatuh dari tembok. ” Su Hang tidak bisa menahan tawa ketika memikirkan dirinya di masa lalu.
“Apa kamu baik-baik saja? Apa kamu terluka?” Shen Xi langsung bertanya.
Su Hang memandang Shen Xi, dan gambaran wanita di depannya serta gadis kecil sepuluh tahun lalu seperti tumpang tindih.
“Kakak, apa kamu baik-baik saja? Apa kamu terluka?” Shen Xi kecil melihat seorang kakak laki-laki jatuh dari tembok setinggi itu. Ia dan melemparkan benda di tangannya dan buru-buru berlari ke arah laki-laki itu.
Su Hang muda menggerak-gerakkan kakinya. Untungnya hanya tergores kulitnya saja, tulangnya baik-baik saja, dan tidak ada keseleo. Dia menundukkan kepalanya dan tidak berani melihat gadis kecil yang ada di sekitarnya. Dia berdiri dan ingin memanjat lagi.
“Kakak, kamu berdarah.” Wajah kecil Shen Xi penuh dengan kepanikan.
Su Hang muda melihat darah yang mengalir dari lututnya ke betis, ia lalu dengan santai menyekanya dengan lengan bajunya yang kotor.
“Jangan, jangan, jangan dilap kaya gitu. Ada bakteri.” Shen Xi kecil berteriak.
Su Hang muda tidak berniat untuk menghiraukan gadis kecil ini, ia mengangkat tangannya untuk kembali memanjat tembok.
“Aku mau panggil kakak dokter. Kak, tunggu aku ya.” Shen Xi kecil tahu kalau dia terluka di sekolah, dia perlu pergi ke dokter.
Dokter? Kalau sekolah tahu tentangnya yang memanjat tembok setiap hari untuk memungut sampah, ia pasti tidak akan bisa kembali dan memungut tempat sampah mereka lagi. Su Hang muda dengan cemas buru-buru berbalik dan mengejar gadis kecil itu. Ia memegang tangan Shen Xi yang gempal dan berkata: “Jangan pergi!”
“Tapi kakak berdarah.” Shen Xi kecil yang ketakutan menjawab.
Su Hang muda juga merasa kalau ia seharusnya tidak menindas seorang gadis kecil berusia delapan atau sembilan tahun, tapi dia tidak bisa kehilangan “sumber penghasilan” yang banyak ini. Dia berkata dengan sabar, “Adik kecil, siapa namamu?”
“Namaku Shen Xi.” Shen Xi kecil berpikir bahwa kakak laki-laki ini sangat tampan, tidak seperti orang jahat, jadi ia menjawab dengan jujur.
“Shen Xi?” Su Hang muda langsung teringat tentang masa kecilnya. Penampilan gadis kecil ini memang cukup mirip dengan gadis yang memeluk boneka kelinci di masa lalu. “Apa ayahmu itu yang mendirikan Yayasan Amal Shen?”
“Ibuku yang mengatur yayasan amalnya, aku juga bantuin.” Shen Xi mengoreksi.
“Ah, kamu luar biasa.” Bertemu dengan “kenalan lama”, Su Hang muda menjadi lebih lembut. “Adik kecil, kakak bukan orang jahat.”
Shen Xi kecil mengangguk, ia bukan orang jahat.
“Jadi, apa kamu bisa nggak bilang siapa-siapa kalau kamu ketemu aku hari ini?” Tanya Su Hang muda.
“Kenapa?” Shen Xi kecil tidak mengerti.
“Karena kakak datang ke sini untuk mencari sesuatu, kalau kamu memberi tahu orang lain, aku tidak akan bisa kesini nanti.” Su Hang muda terus merayu.
“Kita bisa mencarinya bersama-sama.” Shen Xi kecil sangat antusias.
“Enggak, kalau kamu kasih tahu orang lain, aku tidak akan pernah menemukannya lagi.” Su Hang muda tidak tahu harus berkata apa lagi.
Shen Xi kecil kebingungan dan memiringkan kepalanya. Ia lalu melihat kantung sampah hitam berisi botol air mineral di belakang kakak itu. Shen Xi kecil langsung mengerti. Ia dan ibunya juga melakukan hal yang sama berkali-kali ketika mereka membantu yayasan amal. Ia tahu bahwa botol air mineral dapat dijual dan beberapa anak panti asuhan akan akan memungutnya untuk dijual.
“Tapi kakak terluka,” kata Shen Xi kecil.
“Gak papa, darahnya udah mau berhenti.” Su Hang muda berkata, dia menggunakan lengan bajunya untuk mengelap lukanya.
“Jangan digosok.” Shen Xi kecil berkata, dia mengeluarkan plester kelinci kecil dari sakunya, kemudian menempelkannya ke luka Su Hang. Tetapi lukanya agak besar jadi plesternya tidak bisa menutupi seluruh luka, jadi Shen Xi menempelkan dua lagi. “Kakak harus inget pergi ke dokter kalau udah pergi.”
“Jadi kamu gak akan bilang siapa-siapa …” Su Hang muda mulai bicara ketika tiba-tiba ia mendengar suara dari kejauhan. Setelah memperkirakan waktu beberapa saat, Su Hang sadar bahwa itu seharusnya penjaga keamanan yang berpatroli. Dia takut ketahuan, dan tanpa pikir panjang, memegang Shen Xi lalu lompat ke dalam tempat sampah, menutupi tubuh mereka dengan beberapa kantung sampah.
Mata Shen Xi kecil membelalak ketakutan, dan khawatir ia akan mulai berteriak, Su Hang muda menutup mulut Shen Xi dengan tangannya. Itu benar-benar seperti adegan penculikan.
“Jangan takut.” Su Hang muda tahu bahwa gadis kecil itu pasti ketakutan, tetapi dia hanya bisa membujuknya untuk menenangkannya.
Untungnya satpamnya pergi beberapa saat kemudian, Su Hang muda langsung melepaskan Shen Xi, tapi siapa yang tahu bahwa hanya dalam beberapa saat, air mata Shen Xi kecil terus berjatuhan, dan Su Hang muda menjadi panik.
“Jangan menangis, jangan menangis.” Su Hang muda panik dan kebingungan. “Kalau kamu mau kasih tahu guru, yaudah bilang ke guru, aku tidak akan pernah datang lagi, jangan menangis.”
“Aku … gak akan bilang ke guru.” Shen Xi kecil berbisik, setelah mengatakan ini, ia berbalik dan berlari tanpa menoleh ke belakang.
Su Hang muda melihat sosok Shen Xi yang melarikan diri. Ia dengan kesal menjambak rambutnya dan sangat menyesali perbuatannya.
“Aku mengingatnya.” Shen Xi akhirnya ingat setelah mendengar ceritanya. “Jadi dia itu kamu.”
“Kamu ingat?” Su Hang kaget.
“Aku sedikit teringat.” Shen Xi tidak akan pernah mengakui bahwa satu-satunya alasan ia tidak pernah memberitahu orang lain adalah karena ia merasa ‘kakak laki-laki’ itu sangat tampan.
“Lalu? Apa kamu kembali?” Meskipun Shen Xi tidak pernah memberi tahu gurunya tentang hal ini, dia tidak pernah pergi ke tempat sampah lagi. Setelah sekian lama, dia berangsur-angsur lupa tentang kakak tampan itu.
“Setelah mengamati selama seminggu, aku menemukan bahwa rute patroli satpam sekolahmu tidak berubah. Aku sadar kalau kamu tidak memberi tahu siapa-siapa.” Su Hang masih merasakan kehangatan di hatinya ketika memikirkan hal ini. “Aku kembali lagi seperti biasa.”
“Kalau begitu … kamu menyukaiku sejak saat itu?” Shen Xi mengerutkan kening, berapa umurnya saat itu? Orang ini bukan pedofil, ah.
“Tidak.” Su Hang menggelengkan kepalanya dan berkata, “Ketika kamu menangis saat itu, aku merasa sangat bersalah. Setelah kejadian itu, aku sering mengintip kamu ketika kamu pulang sekolah. Kemudian aku menemukan bahwa kamu tampaknya sangat mudah untuk percaya pada orang lain , jadi aku …”
“Jadi?” Shen Xi ingat bahwa karena orang tuanya melindunginya dengan sangat baik, dia benar-benar mudah percaya pada orang-orang ketika dia masih kecil. Dia mengenal Yun Shu ketika duduk di bangku SMP (Yun Shu pindah ke sekolah Shen Xi karena dia hampir diculik di sekolah sebelumnya), dan baru disitulah ia mulai memahami sisi gelap dunia.
“Aku akan menunggumu di gerbang sekolah setiap hari, sampai keluargamu datang menjemputmu.” Sekarang ketika ia mengatakannya, Su Hang merasa seperti tukang ngintip.
“Setiap hari?” Shen Xi terkaget.
“Yah, sampai aku kembali ke keluarga Su, lalu pergi ke luar negeri untuk sekolah. ” Sekolah Shen Xi adalah sekolah yang menyediakan pendidikan SD sampai SMA. Su Hang telah bersama Shen Xi selama empat tahun sampai dia akhirnya harus pergi.
Shen Xi membuka mulutnya dan ingin mengatakan sesuatu, tetapi dia tidak tahu harus berkata apa. Di satu sisi ia merasa tersentuh karena dia tahu bahwa seseorang diam-diam telah menjaga dirinya sendiri selama empat tahun, dan di satu sisi dia merasa sedikit aneh.
“Ketika aku kembali dari luar negeri, aku bertemu denganmu lagi di pesta.” Su Hang berkata, “Karena identitasku, tidak ada yang mau berbicara denganku di seluruh pesta, bahkan pandangan mereka penuh kebencian. Hanya kamu yang tersenyum padaku.”
Shen Xi merasa bahwa senyumannya pada Su Hang saat itu hanya karena kesopanan.
“Saat itu kamu sudah kuliah. Setelah beberapa tahun, gadis kecil itu tiba-tiba menjadi sangat cantik.” Su Hang masih mengingat hari yang menakjubkan itu dengan jelas.
“Aku tidak tahu kapan aku mulai menyukaimu,” kata Su Hang. “Mungkin karena aku memperhatikan dan menjagamu setiap hari saat kamu pergi ke sekolah selama empat tahun. Mungkin karena kamu tersenyum padaku ketika tidak ada yang melakukannya. Bagaimanapun juga, yang kutahu adalah entah bagaimana tanpa sadar aku jatuh hati padamu.”
Su Hang tidak pernah mengatakan ini kepada siapapun. Li Qing Yuan hanya tahu bahwa Su Hang mengenal Shen Xi sejak kecil, tapi tidak tahu prosesnya. Sekarang ketika semuanya sudah terungkap, Su Hang merasa sedikit malu.
“Jadi … gadis legendaris yang diam-diam kamu cintai sejak muda adalah aku?” Shen Xi bertanya.
“Un.” Su Hang mengangguk.
“Lalu kenapa kamu tidak memberitahuku lebih awal?” Shen Xi membayangkan begitu banyak reaksi yang mungkin ia lakukan ketika dia mendengar jawaban ini, tetapi pada saat itu pikiran pertamanya adalah betapa marahnya ia saat ini. Ia kesal pada dirinya sendiri di kehidupan sebelumnya.
“Aku … aku sedang mencari kesempatan untuk memberi tahu kamu.” Su Hang terbata-bata.
“Kesempatan apa? Kita udah menikah, tapi orang-orang bilang kamu suka orang lain. Apa kamu pernah mikirin perasaanku?” Shen Xi yang emosi bertanya.
“Aku………”
“Kamu bajingan! Su Hang, kamu bajingan!” Shen Xi berteriak tanpa berpikir panjang.
Ia merasa kesal dan sedih untuk dirinya di masa lalu. Kalau Su Hang tidak menunggu ‘kesempatan’ dan memberitahunya keadaan yang sebenarnya dari awal, kehidupannya tidak akan berakhir dengan sangat tragis.
“Shen Xi…” Shen Xi yang tiba-tiba menjadi marah sangat tidak terduga. Su Hang tidak tahu di mana kesalahannya.
Shen Xi melempar bantal ke muka Su Hang lalu berbalik dan berlari ke kamarnya.
Su Hang duduk terpaku. Setelah berpikir lama, ia masih tidak mengerti mengapa Shen Xi tiba-tiba sangat marah. Ini baru dua bulan sejak pernikahan mereka, ah. Ini belum terlalu lama. Ia tidak perlu semarah itu.
“Guk!” Chu Wu menggonggong dengan simpatik.
Penulis ingin mengatakan sesuatu:
Bab ini telah diubah berkali-kali, tapi selalu berakhir dengan Shen Xi yang tiba-tiba berubah emosi. Pada akhirnya aku hanya bisa menulisnya seperti ini. Masih ada banyak ruang bagi penulis inin untuk berkembang (menangis …)
Di kehidupan sebelumnya, Shen Xi dan Su Hang menghadiri pesta setelah mereka menikah. Setelah Su Hang menyapa tamu-tamu lain, ia pergi mencari Shen Xi. Ia menemukannya sedang mengobrol dengan Yun Shu.
“Apa kamu tahu siapa cinta rahasia Su Hang?” Yun Shu bertanya.
“Aku gak tahu.” Shen Xi menjawab, “Dan aku gak peduli.”
“Bagus. Kalau kamu peduli tentang itu akan lebih buruk.” Yun Shu berkomentar.
Jadi pada akhirnya, Tuan Su, yang tidak tahu bagaimana menjelaskannya, akhirnya tidak pernah mengatakannya …