Please Continue Protecting Me (English to Indonesian Translation) - Bab 19.2
- Home
- Please Continue Protecting Me (English to Indonesian Translation)
- Bab 19.2 - Kelopak mata Nie Feizhan terkulai ke bawah saat dia menatap wajah gadis itu yang pucat layaknya bunga pir mekar dan bertanya, “Ingin pulang sekarang?” (2)
Orang yang mengantar Rong Mo ke sekolah adalah Shen Xiuran. Shen Xiuran telah bekerja di sekolah sebagai guru pembimbing Bahasa Inggris selama seminggu dan orang-orang menduga jika Rong Mo adalah adik Shen Xiuran karena dia memberikan perhatian khusus kepada gadis itu. Berdasarkan pemikiran tersebut, tatapan yang tidak dapat dijelaskan dari sejumlah orang pun menjadi membosankan.
Bagaimanapun juga, kondisi Rong Mo itu spesial dan keberadaan Shen Xiuran terlalu mencolok sehingga setiap hal kecil yang mereka lakukan di sekolah yang terletak di kota kecil itu menjadi topik yang banyak dibicarakan.
Luo Qingqing, teman sebangku Rong Mo, juga telah pulih dari sakit. Sesaat setelah Rong Mo melangkah melewati pintu, Luo Qingqing bergegas menuju ke arahnya untuk mendorong kursi rodanya. Rong Mo melihat beberapa gadis mengelilingi mejanya dan mengedipkan mata mereka dengan curiga.
“Apa yang sedang mereka lihat?”
“Seseorang meninggalkan buket bunga lili di atas mejamu dan bahkan memasukkannya ke dalam vas. Cantik sekali. Buket itu sangat cantik.”
Rong Mo tertegun.
Dia tidak menunggu Luo Qingqing mendorongnya dan bergegas menggerakkan kursi rodanya ke sana. Rong Mo bahkan menabrak beberapa meja dan kursi di tengah perjalanan, membuat Luo Qingqing ketakutan hingga dia bergegas menghampiri dan membantunya bergerak.
“Rong Mo, siapa yang mengirimkan ini untukmu?”
Meja Rong Mo biasanya terlihat rapi dan bersih, hanya terdapat beberapa tumpukan kertas ujian yang diberikan oleh murid perwakilan kelas. Namun, pada saat ini, terdapat sebuah vas kristal di atasnya. Dan di dalam vas tersebut ada sekuntum bunga lili.
Rong Mo melihatnya dan langsung mengetahui bahwa pria itu lah yang telah mengirimkannya.
Jumlah orang yang mengetahui bahwa dirinya berada di sekolah ini tidaklah banyak. Jika Shen Xiuran merupakan orang yang mengiriminya bunga, maka dia tidak akan mengirimkan lili karena lili merupakan bunga yang dirinya berikan untuk ibunya dan hanya segelintir orang di dunia ini yang mengetahuinya. Pria itu adalah salah satu di antaranya.
Pada hari itu, ketika pria itu menyelamatkan dirinya, pria itu memboncengnya di atas sepeda motornya.
*****Kilas balik ke saat setelah Nie Feizhan menyelamatkan Rong Mo dari tangan para penculik*****
Karena kaki Rong Mo tidak dapat digerakkan, dia tidak pernah menaiki sepeda motor sebelumnya. Rong Mo merasa sangat ketakutan hingga meraih lengan pria tersebut. “Tidak, aku tidak bisa. Aku takut. Aku tidak tahu cara menaikinya.”
Namun, pria itu tidak peduli apakah Rong Mo merasa ketakutan atau tidak. Dia menjulurkan sebelah kakinya dan duduk di belakang gadis itu dengan kedua tangan yang mencengkeram setang. Posisi ini secara langsung mengurung Rong Mo ke dalam pelukannya.
Tubuh pria itu memancarkan aroma khusus. Itu merupakan campuran dari tembakau, darah, dan hormon pria. Aroma itu tidak menimbulkan rasa tidak menyenangkan yang kuat, sebaliknya, terdapat pesona unik darinya.
Rong Mo memiringkan tubuhnya, hampir sepenuhnya condong ke pelukan pria itu dengan posisi menggulung. Dia sangat gugup dan tidak berani bergerak.
Nona kecil yang berusia 16 atau 17 tahun ini memiliki tubuh kecil dan lemah. Nie Feizhan menunduk untuk melirik ke arah gadis itu dan melihat bulu matanya bergetar.
“Berpegangan erat-erat padaku.” Pria itu berkata sebelum dia langsung mengoperasikan kendaraan tersebut.
Nie Feizhan berkendara dengan sangat kencang hingga Rong Mo tidak dapat menahan diri untuk menjerit dan menutup matanya rapat-rapat.
Dada pria itu bidang dan kokoh. Seluruh bagian atas tubuhnya tetap tidak bergerak, mulai dari kepala hingga lengannya. Kekuatannya yang solid dan kokoh langsung menenangkan kekhawatirannya yang sangat besar.
“Di mana tempat tinggalmu?”
Rong Mo menghentikan tangisan yang disebabkan oleh ketakutan dan mengangkat kepalanya.
Karena Rong Mo menempel di dekat pria itu, dahinya pun bergesekan dengan dagu pria tersebut. Janggutnya yang kaku mengakibatkan kesakitan yang menusuk sehingga Rong Mo hanya bisa menatap garis dagu yang tegas milik pria tersebut.
Untuk sesaat Rong Mo merasa ragu.
Pria ini benar-benar akan mengantarnya pulang.
Sejujurnya, Rong Mo telah telah menganggap pria itu sebagai orang baik sejak dia menyelamatkan dirinya. Namun, hal ini tidak sepenuhnya menghapus rasa takutnya terhadap pria tersebut.
Rong Mo dengan cepat memberitahukan alamatnya dan pria itu segera memutar balik saat berada di persimpangan. Suatu periode waktu berlalu sembari Rong Mo tetap menutup matanya rapat-rapat dan tangan yang dirinya gunakan untuk mencengkeram lengan pria itu perlahan-lahan menjadi mati rasa.
“Kamu tinggal di toko bunga?”
Rong Mo membuka matanya untuk melihat. Dia telah tiba di tempat tujuan yang dirinya berikan.
“Aku ingin membeli bunga.”
Nada suara pria itu langsung menjadi muram. “Apa yang kamu maksud dengan membeli bunga?”
“Aku…. Aku ingin membeli bunga.” Tubuh dingin gadis itu mulai gemetar. Angin telah meniup rambutnya menjadi tidak beraturan. Nie Feizhan tidak membawa helm di kendaraannya sehingga syaraf Rong Mo yang tegang hampir membuatnya gila selama perjalanan tersebut. “Aku harus membelinya….”
Nie Feizhan memarahi gadis itu. “Apa kamu tidak bisa melihat bahwa toko bunga itu sudah tutup? Tunggu hingga kamu tiba di rumah dan kamu bisa meminta papamu yang tersayang untuk membelikan sebanyak apapun yang kamu mau!”
“Tapi itu akan sangat terlambat.” Rong Mo telah benar-benar kehilangan orientasi waktunya namun dia juga melihat bahwa langit telah sepenuhnya menggelap, orang-orang juga telah menghilang dari jalanan.
Gadis itu pun menangis dan mulai terengah-engah. “Aku ingin membeli bunga untuk ibuku. Aku telah berjanji padanya, aku telah berjanji padanya sebelumnya….”
Nie Feizhan seketika terdiam.
Rong Mo mendorong lengan pria itu menjauh sembari menangis. “Turunkan aku. Aku akan membelinya sendiri.”
Nie Feizhan hampir kehilangan kesabarannya.
Menurunkan gadis itu? Apa dia bahkan bisa berjalan?
Namun, ketika melihat air mata menodai wajah yang seperti bunga pir mekar itu, amarah berapi-api yang hampir tersulut itu pun segera padam seketika itu juga.
Pada saat Rong Mo memikirkan kembali peristiwa tersebut, dia tidak mengetahui kenapa dirinya sangat nakal dan keras kepala pada waktu itu. Selama bertahun-tahun, dia tidak pernah bersikap keras kepala seperti ini sebelumnya, bahkan di hadapan ayahnya, terlebih lagi di hadapan seorang pria asing.
Hal itu mungkin disebabkan oleh dirinya yang telah hancur di tangan para penculik dan tanpa sadar dia merasa jika pria ini tidak akan merendahkan dirinya karena hal tersebut.
Tentu saja, alasan terbesarnya adalah janji yang telah dirinya buat untuk membelikan ibunya bunga dan itu merupakan sesuatu yang telah mendarah daging di dalam dirinya. Itu adalah suatu hal yang harus dia lakukan.
Jika dia tidak melakukannya, dia tidak akan memaafkan dirinya sendiri dan pada saat itu, dia hampir tidak bisa menahan akal sehatnya.
Rong Mo berasumsi jika pria itu akan menjadi murka, bahkan mungkin akan mengusirnya ke pinggir jalan. Namun, sejak awal hingga akhir, pria itu tidak melakukan tindakan apapun terhadap dirinya. Setelah beberapa waktu, Rong Mo mendengar pria itu bertanya, “Bunga apa yang ingin kamu beli?”
Rong Mo mengangkat kepalanya dan berbicara dalam isak tangis yang mencekik. “Li-lili…..”
Rong Mo mendengar pria itu mendecakkan lidahnya sebelum membawanya pergi dari tempat tersebut dan berhenti di sebuah sudut jalan.
“Tunggu di sini.”