Recapture The Entertainment Industry (Chinese to Indonesian Translation) - Chapter 002
- Home
- Recapture The Entertainment Industry (Chinese to Indonesian Translation)
- Chapter 002 - Terlahir Kembali
Kobaran api yang merah menyala dan suara yang memekakkan telinga saat dia terjatuh ke jurang. Itulah memori terakhir yang Cao Dingkun ingat sebelum semuanya menjadi kosong.
Tepat saat itu, dia melihat dengan hati-hati pada sesuatu yang ramping, putih, dengan banyak goresan luka saat dia mengangkat lengan kirinya. Dia mengulang perkataannya dalam hati berkali-kali…
… ini hanyalah mimpi.
Sepuluh menit yang lalu, dia berusaha keluar dari bak mandi yang penuh dengan darah saat dia menyadari dia kini berada di suatu tempat yang asing. Pisau yang berlumuran darah tergeletak di lantai dekat bak mandi itu. Air panas, pisau, seorang pengecut yang menggunakan pisau untuk memotong urat nadinya. Dia menggabungkan semua petunjuk dan akhirnya mendapat satu kesimpulan—dia mencoba untuk bunuh diri!
Namun dia yakin bahwa ledakan dan dirinya yang terjatuh ke jurang, dan pertengkarannya dengan Su Shengbai dan Xu Zhen sebelum ini bukanlah ilusi semata. Dia juga yakin sekali, walaupun langit akan runtuh, dia tidak akan memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Dari awal hingga saat ini, dia tidak pernah memiliki tubuh yang kurun dan kulit yang putih. Kalau untuk Su Shengbai, hal ini mungkin terjadi. Sedangkan Cao Dingkun adalah seseorang yang tinggi dengan banyak luka dan otot yang kuat.
Saat dia melihat wajah yang sudah familiar di cermin, sekali lagi, dia terlihat bingung.
Luo Ding, adalah salah satu anggota dari idol grup milik Su Shengbai, dan pernah menjadi salah satu model media cetak. Selain penampilannya yang luar biasa, dia juga seseorang yang ramah namun memiliki karakter yang cenderung biasa-biasa saja, termasuk dari segi emosinya.
Cao Dingkun pernah sedikit mendengar sedikit informasi tentang Luo Ding, namun dia sudah melupakannya. Untuk seseorang yang selalu mengabaikan dirinya sendiri, Cao Dingkun tidak pernah mau tahu dan tidak pernah peduli pada mereka.
Namun sekarang, ketika pikirannya dipenuhi oleh memori kelam milik Luo Ding, dia harus mulai memahami kehidupan Luo Ding yang membosankan. Mungkin ini adalah hukuman Tuhan atas kesombongannya.
Di meja dekat tempat tidur banyak sekali botol Prozac (obat anti depresi). Cao Dingkun mencoba mengingat dari memori Luo Ding dan mencoba membuka lemari dokumen di bagian bawah meja dekat tempat tidur itu. Saat tidak juga menemukan kata sandi yang digunakan, dia kemudian mengangkat lampu meja dan memukulkannya di bagian kunci lemari itu.
Luo Ding sepertinya mengalami depresi akut, merasa dikucilkan, suram, pesimis, dan memiliki phobia saat berkomunikasi dengan orang lain. Di dalam ingatan Cao Dingkun, Luo Ding adalah seorang pendiam walaupun mereka belum pernah bertemu sebelumnya. Berbeda dengan Su Shengbai yang memiliki kepribadian yang menyenangkan seperti bunga lotus, Luo Ding sangat pendiam tidak peduli pada kondisi apapun.
Dia tidak tahu cara berkomunikasi dan mengambil sebuah kesempatan. Tidak peduli dia adalah seorang penyendiri atau tidak, namun karakteristik seperti ini akan berbahaya sekali di dunia entertainment. Cao Dingkun dua kali bertemu dengannya, dan dia bisa melihat tidak akan ada harapan untuknya. Selain itu, Su Shengbai juga pernah bercerita padanya jika dia mengalami sedikit masalah dengan Luo Ding. Dan akhirnya dia yang mengambil tindakan dan memgusir sosok yang tidak sesuai dengan harapannya itu.
Bodoh sekali.
Cao Dingkun tertawa dan memuji dirinya sendiri.
Sebenarnya, saat dia melihat ke dalam memori Luo Ding, dia tahu jika Luo Ding sempat menjalin hubungan dengan Su Shengbai. Dimana IQnya? Membuat Su Shengbai yang baru berusia dua puluh tahun menipunya dan membuatnya berputar-putar pada posisi yang sama. Pengamatannya yang tajam selama empat puluh tahun ini seperti telah dimakan habis oleh seekor anjing, kan?
Su Shengbai memang benar-benar ‘orang baik’. Awalnya, dia dengan tega mengusir dan menginjak-injak harga diri Luo Ding, dan kemudian dia juga membunuh Cao Dingkun tanpa keraguan sedikit pun. aetelh itu, dia menyembunyikan semua kebenaran dan berharap tidak seorang pun tahu mengenai hal tersebut.
Saat Cao Dingkun berusia dua puluhan, dia tidak memiliki sebuah keberanian untuk membuat sebuah mobil lain jatuh ke jurang di daerah pegunungan tanpa sedikit pun berkedip. Benar-benar benari dan sama sekali tidak berperasaan. Dan yang paling penting, sangat tidak masuk akal.
Cao Dingkun berbaring di ujung tempat tidur. Rasa pusing karena terlalu banyak kehilangan darah membuatnya ingin muntah. Saat isinya menginjak empat puluh tahun, dia kehilangan pusat dari seluruh hidupnya. Tidak peduli itu popularitas, status, ataupun semua usahanya. Sekarang semuanya telah tertutup oleh lumpur, bersamaan dengan mobilnya yang terjatuh ke jurang.
Namun siapa yang sangka, Tuhan masih memberi salah satu anakNya yang putus harapan sebuah kesempatan, sehingga dia bisa masuk ke dalam tubuh orang lain dan tetap hidup.
“Hahahahahaha…”
Air matanya hampir keluar, dan matanya tertuju pada goresan kecil di pergelangan tangannya. Semua seperti kilas balik di dalam kepalanya, kilasan demi kilasan tentang hidupnya. Teman, kekasih, dan kerabat, yang semeanya hanya pebuh dengan kepura-puraan. Dia telah memberikan segalanya untuk mereka, namun bahkan celana miliknya juga mereka ambil.
Seperti yang telah diduga, sebaiknya tidak mempercayai siapapun dan hanya mengandalkan diri sendiri sajalah yang terbaik.
Su Shengbai dan Xu Zhen, dua orang yang materialistik yang tidak akan pernah berpikir jika kini dirinya mendapatkan hidup kedua di dalam tubuh orang lain, benar kan?
Cao Dingkun menahan senyumnya, memegang dadanya dan bernafas dengan normal. Lapisan demi lapisan kemarahan bisa dilihat dari matanya, sama sekali tidak cocok dengan penampilannya saat ini, melankolis dan seperti tuan muda, benar-benar tidak sesuai dengan tempatnya.
Tiba-tiba, suara ketukan yang terdengar tergesa-gesa bisa terdengar dari dalam kamar yang sunyi itu. Ketukan itu sabanya tiga kali dan tidak ada tanda-tanda berhenti. Ketukan yang keras dan memekakan telinga itu membuat Cao Dingkun kembali dari lamunannya.
“Siapa?” tepat ketika dia membuka suara, dia mengambil semua botol Prozac dari atas meja dan membuangnya ke sampah, dan kemudian berdiri tanpa ekspresi.
“Kamu bertanya siapa? Aku cucumu! Leluhur, bisakah kamu membuka pintu ini?” suara dariluar kamar itu membuat Cao Dingkun melangkah dengan perlahan, dan banyaknya memori yang masuk ke dalam dirinya hampir membuatnya tertelan.
Dia menahan rasa sakit itu dan membuka kunci pintu kamarnya. Seperti yang diduganya, dia melihat seorang pria gemuk dengan rambut pirang berdiri di sana. Tinggi pria itu sekitar 170cm. Wajahnya menunjukkan kalau dia adalah seseorang yang baik, namun dia memiliki kombinasi aneh dalam cara berpakaiannya, penampilannya seperti Visual Kei dari Jepang.
Wu Fangyuan, dalam memori Luo Ding, adalah seseorang dengan aura yang bermacam-macam. Dia tumbuh besar bersama Luo Ding di panti asuhan. Karena Luo Ding yang susah berbaur setelah masuk ke dunia entertaimnent, akhirnya dia memintanya untuk menjadi asisten.
Sebenarnya, sangat tidak masuk akal jika seorang artis yang masih baru memiliki seorang asisten sendiri, namun Wu Fangyuan menjalankan tugasnya sebagai asisten dengan sangat baik. Dia juga tahu jika Luo Ding mengalami depresi berat, maka dia selalu mengatur kehidupan Luo Ding dengan baik. Hubungan antara mereka berdua, bisa dikatakan, lebih dari rekan kerja, namun lebih mendekati sebagai sahabat yang bisa saling berbagi.
“Wu Fangyuan.” Cao Dingkun memandang pria di hadapannya itu sambil mengehela nafas. Kehidupan barunya, mulai saat ini dan seterusnya, akan mengubah segalanya di masa lalu.
Wu Fangyuan tertegun saat dia melihat Cao Dingkun, dan entah mengapa dia tidak bisa menjelaskan bahwa ada sesuatu yang tidak seharusnya. Namun pada detik berikutnya, pandangannya terfokus pada wajahnya yang sangat pucat dan kakinya yang tidak mengenakan apapun. Dia memukul pahanya dengan gemas sambil memandang Cao Dingkun dengan marah, “Luo Ding! Mengapa kamu membuat dirimu terlihat seperti hantu? Mengapa kamu mematikan ponselmu lagi?”
Luo Ding berpikir tentang ponsel yang tergeletak di dekat bak mandi, yang basah karena air dan tidak bisa dinyalakan lagi. Dia menjawab tanpa ragu, “Ponselku rusak.”
Dia mundur agar Wu Fengyuan bisa masuk ke kamarnya, namun Wu Fengyuan semakin menjadi, “Leluhurku! Mengapa kamu selalu meghilang? Berapa banyak peringatan dari kantor yang telah kamu terima setiap bulannya? Ketua Gu bahkan harus mempromosikanmu kali ini agar kamu bisa ikut dalam audisi bersama dengan Hu Xiao. Walaupun kamu tidak menyukainya, kamu tidak bisa menghindarinya demi biaya hidupmu! Jika aku tidak meneleponmu tadi, apakah aku akan tetap bersembunyi? Tolong sedikitlah bersikap profesional, ok?”
Luo Ding sama sekali tidak bisa berpikir tentang pekerjaan. Sepertinya pekerjaan bukan lagi menjadi sesuatu yang penting untuk pemilik asli tubuh ini. Mungkin inilah yang membedakannya dengan Su Shengbai. Walaupun perilaku Su Shengbai tidaklah terlalu baik, namun selama dia bisa terkenal, dia pasti akan mengambil semua kesempatan untuk bergerak naik.
Luo Ding berpura-pura jika dia tidak mengingatnya, “Oh, aku lupa tentang hal ini.”
Ekspresi Wu Fangyuan menunjukkan jika sepertinya dia telah menebak jawaban yang akan diterimanya. Dia mengintip ke dalam kamar dan membuang nafas. Terlihat jelas, sakit kepala yang dideritanya pasti tidak beda dengan yang dirasakan Luo Ding saat ini.
“Leluhurku, tolong cepatlah mengganti pakaianmu. Aku memohon padamu, aku bahkan akan berlutut padamu!” Wu Fangyuan mengatupkan kedua tangannya dan membungkuk pada Luo Ding dengan sangat sopan. Dia ingin menangis tanpa air mata.
Melihat Luo Ding yang masih belum juga bergerak, dia mengangkat kepalanya tanpa suara dan ingin berkata lebih banyak lagi, namun dia terdiam.
Luo Ding mengerutkan alisnya dan memandanganya dengan tatapan yang tak pernah dia lihat sebelumnya. Emosi dalam tatapan itu sangat beragam dan tidak bisa dibedakan. Pemuda di hadapannya ini, yang tumbuh bersama dengannya, tetap memiliki perawakan yang sama, namun pada saat itu, dia terlihat seperti seseorang yang sangat berbeda.
Sebelum dia kembali pada kesadarannya, pintu di depannya kini tertutup tepat di depan hidungnya. Dengan suara keras, yang membuatnya kembali tersadar.
Wu Fangyuan menjulurkan kepalanya tidak percaya dan dia masih tetap tidak bisa menemukan sesuatu yang tepat untuk menggambarkan Luo Ding yang sekarang. Sikapnya yang berwibawa… Bukan, bukan hanya itu. Namun aura yang dimilikinya juga terlihat berbeda.
Dia memegang kepalanya dengan tidak percaya, dan matanya membelalak, terlihat tidak percaya dan ragu.
Luo Ding menyiapkan segelas garam dan gula, kemudian melarutkannya ke dalam bak mandi untuk menghilangkan bau tajam darah di tempat itu, kemudian mengambil pisau di lantai dan membuangnya di tempat sampah, mengambil ponselnya yang rusak dan akhirnya berdiri di depan wastafel.
Lampu toilet yang remang-remang membuat tubuhnya sedikit bersinar, dia tersenyum dan mengangkat jarinya, dan perlahan menentuh bagian wajahnya. Hidung yang mancung, mata biru tua, bibir yang selal tersenyum, alis mata yang tebal, dengan wajah kecil sebesar telapak tangan.
Walaupun ada banyak sekali pria tampan dan wanita yang cantik dalam dunia entertainment, Luo Ding tetap harus mengakui jika hanya ada sedikit yang memiliki kecantikan seperti ini.
Tidak heran jika dengan karakter seperti ini mampu menandatangani kontrak dengan agensi. Walaupun dia tidak memiliki nilai jual yang tinggi, asalkan dia bisa dijual saja sudah cukup. Takut jika dia hanya dijadikan sebagai pajangan saja, kan? Cukup dengab duduk diam di sana, dan menunjukkan senyum di wajahnya, pasti rating acara tersebut akan naik dengan sendirinya
Sangat disayangkan, bakat yang hebat ini tersimpan dalam waktu yang lama.
Luo Ding berdiri tegak sambil tersenyum, tatapan matanya yang kejam perlahan-lahan harus dia hilangkan.
“Karena kita berdua telah menjadi korban dari Su Shengbai, kita bisa dianggap sebagai saudara seperjuangan. Kamu tidak menghargai hidupmu, namun aku menghargainya. Karena kamu menyerah pada kehidupanmu ini, maka akulah yang akan menghargainya dan tidak akan menolaknya.”
Dia menepuk pelan dadanya dan pengucapkan janji di depan cermin.
***
Wu Fangyun mengingat-ingat lagi perasaan aneh yang diberikan Luo Ding padanya. Beberapa menit seperti telah setahun berlalu. Hanya dalam tiga puluh menit, dia hampir saja merusak keset di depan kamar mandi.
Dia nyaris berteriak saat pintu kamar mandi terbuka.
Teriakannya tertahan di tenggorokan. Dia memandang Luo Ding, yang sedang mengusap rambutnya. Dia membuka mulutnya namun tidak ada satu kata pun yang keluar, dan sia membeku di tempatnya.
Kemeja putih simpel dan celana abu-abu dikenakan oleh pemuda di depannya, namun dia terlihat sangat memukau. Hanya tiga kancing bajunya yang dikancingkan. Dada putihnya terlihat, lehernya yang ramping dan belikatnya yang terlihat menggoda sangat tidak mungkin untuk diabaikan.
Luo Ding mengerutkan alisnya, memasukkan salah satu tangannya ke saku celana, dan menata poni yang hampir menutupi matanya. Setiap gerakannya sangat menarik perhatian.
Wu Fangyuan mundur dua langkah dan merasa jika otaknya mulai tidak bekerja. Dia berkata dengan gugup, “Luo… Luo Ding?”
Luo Ding baru menyadari beberapa detik kemudian bahwa pemuda di depannya itu sedang memanggilnya, dia melirik ke arah Wu Fangyuan, dan memberikan sebuah “hum” pelan.
Bulu matanya uang panjang membuat bayangan pada kulitnya. Wu Fangyuan menutup mulutnya dan tidak.bisa mengingat lagi apa yang ingin ditanyakannya.
*_*_*_*_*
Comments for chapter "Chapter 002 "
NOVEL DISCUSSION
Support Foxaholic Global
Your donations will go towards site costs and management.
Individual translators usually have their own ko-fi buttons.