Recapture The Entertainment Industry (Chinese to Indonesian Translation) - Chapter 004
- Home
- Recapture The Entertainment Industry (Chinese to Indonesian Translation)
- Chapter 004 - Akting
Ekspresi wajah Hu Xiao terlihat tidak terlalu senang. Semenjak dia dan Luo Ding mendapatkan naskah yang untuk peran yang sama, dia telah mengukur kemampuan pemuda yang membuatnya memiliki sebuah perasaan yang tidak bisa dijelaskan. Sebuah perasaan asing ketika dia memandang pemuda itu.
Dia tidak menyukai seseorang yang selalu berpura-pura lebih senang menyendiri.
Beberapa tahun sebelumnya, dialah yang mencuri kesempatannya untuk debut bersama Su Shengbai. Dia bisa menang hanya karena wajahnya yang tampan. Namun, bukankah dia masih terlihat tidak populer hingga saat ini? Namun agensi mereka kini menyiapkan sebuah pekerjaan yang sama untuknya dan Luo Ding! Hu Xiao bisa dikatakan sebagai seorang artis kecil namun memiliki kekuatan yang besar.
Tidak peduli dalam hal menyanyi ataupun berakting, dia telah memiliki dasar semua itu sebelumnya, dan popularitasnya yang sekarang didapatkannya dengan tambahan sedikit usaha. Namun untuk Luo Ding, dia hanya bergantung pada penampilannya saja, sehingga jalan yang dilaluinya terlihat lebih mudah jika dibandingkan dengannya.
Walaupun jarak perbedaan antara kedua pemuda ini sangatlah jauh, dan saat dia mengingat kembali betapa susahnya dia untuk mengasah kemampuannya bernyanyi dan berakting, dia tidak bisa percaya jika Luo Ding bisa memiliki kemampuan yang sama dengannya walaupun dia hanya duduk diam di sudut ruangan itu. Pada hari dimana dia bisa melihal hasil dari penampilannya, dia tiba-tiba merasa tidak yakin.
Kebencian yang dia rasakan pada Luo Ding berdasarkan atas hal ini. Walaupun Hu Xiao cukup sombong, namun dia tidak pernah melepaskan kebenciannya pada semua orang. Di Agensi Yaxing, Luo Ding selalu menjadi korban kemarahannya saat dia sedang labil. Saat melihat wajah Luo Ding yang tetap tenang ketika dia memarahinya hingga wajahnya pucat, dia tetap tidak menunjukkan wajah perlawanan. Hingga akhirnya Hu Xiao tidak bisa mengeluarkan seluruh emosinya.
Kali ini, agensi mengatur agar Luo Ding bisa melakukan audisi bersamanya, yang membuatnya merasa tidak nyaman. Dan sekarang, Luo Ding memilih peran yang sama dengannya, bukankah ini sebuah provokasi?
Hu Xiao memegang kertas naskah dengan erat dan menggertakkan giginya hingga terasa gatal, namun Luo Ding tetap tidak peduli padanya. Dia tetap menghafalkan naskah di ruangan luar. Dia terlihat sangat serius jika dibandingkan dengan dirinya. Hu Xiao akhirnya berjalan menjauh dengan pikiran kosong. Dia tidak tahu darimana rasa tidak puas dari dalam dirinya muncul, namun hatinya terasa sakit. Dia memutuskan akan menunjukkan kemampuannya pada Luo Ding.
Pada saat dia membuka pintu ruang audisi itu, dia menyadari jika aura tiba-tiba Luo Ding menjadi sedikit berbeda. Namun semua orang di ruangan itu adalah para produser yang sudah berpengalaman di bidangnya. Di depan tatapan banyak mata, Hu Xiao tidak berani untuk menoleh. Akhirnya dia hanya bisa mengulang kembali naskah yang diberikan sebelumnya.
Hu Xiao memiliki penglihatan yang tajam. Dia menyadari jika dua dari jajaran para para juri melihat ke arahnya. Walaupun dia tidak mengetahui apa maksud dari tatapan itu, namun dia sedikit menunduk agar mereka melihat sisi terbaiknya.
“Benar-benar mirip! Dia benar-benar mirip dengan karakter ini!”
“Secara sekilas, dia memang terlihat mirip dengannya…”
Hu Xiao berdiri dekat deangan tempat duduk para juri, sehingga dia bisa mendengar percakapan para juri dari tempatnya, dan jantungnya tiba-tiba berderap kencang. Saat tiba gilirannya, Hu Xiao menelan ludah, mengurangi tekanan dalam dirinya, dan berdiri dengan gemetar di hadapan para juri.
Zheng Kezhen, dengan janggut putih pendeknya, mengalihkan pandangannya dari pintu dan menatap ke arah Hu Xiao. Dia kemudian melihat ke arah resume Hu Xiao dan sedikit terkejut,
“Berapa banyak film yang sudah kamu bintangi? <<Caihong Qiao>>… film ini memiliki rating yang baik di awal. Peran apa yang ingin kamu coba?”
Karena ini pertama kalinya dia bertemu langsung dengan produser kelas atas, suara Huo Xiao menjadi serak, “Ya… Fu Zhu.”
Fu Zhu.
Dalam <<Tang Zhuan>>, dia adalah karakter tragis yang memiliki peranan penting. Walaupun jumlah kemunculannya tidak terlalu banyak, namun dia selalu muncul sepanjang drama. Selain itu dia juga merupakan musuh dari tokoh utama. Dan yang terpenting, walaupun ini berakhir tragis, namun penampilannya cukup menarik.
Ketika Fu Zhu muncul untuk pertama kalinya, tragedi Gerbang Xuanwu telah terjadi. Sebagai murid dari Pangeran Li Jiancheng, dia terpaksa harus pergi dari kota kelahirannya untuk menghindari kejaran Li Shimin. Karena telah mendapat banyak kebaikan dari Li Jiangcheng, tentu saja dia memiliki loyalitas penuh pada gurunya itu.
Setelah berhasil selamat, dia bertekad untuk membalas dendam untuk Li Jiangcheng. Dia bekerja dengan sangat keras untuk memperdalam ilmunya. Saat dia kembali lagi, dia menjadi yang terbaik di antara yang lain. Saat Li Shimin mendengar tentang hal ini, dia merekrut Fu Zhu menjadi salah satu pengawal kerajaan.
FunZhu berpikir jika akhirnya dia memiliki kesempatan untuk membunuh Li Shimin, akhirnya dia setuju setelah perdebatan untuk mendapatkan kepercayaan Li Shimin. Saat dia berniat untuk membunuh Li Shimin pertama kalinya, dia mendengar percakapannya dengan salah seorang kepercayaannya untuk meningkatkan pendidikan rakyat jelata. Dia berpikir jika pasti akan banyak rakyat miskin di dunia akan mendapat kehidupan yang lebih baik jika dia menyimpan pisaunya.
Pada saat dia mencoba membunuh Li Shimin untuk kedua kalinya, dia mendengar Li Shimin berbicara pada para pengikutnya untuk memberantas pejabat korup hingga ke akarnya. Dia secara pribadi ingin pergi melakukan inspeksi diam-diam dan menggunakan pakaian normal. Dia ingin melihat bagaimana kehidupan rakyat di dunia. Berpikir jika para korup akan di tindak tegas oleh sang kaisar, sekali lagi dia menyimpan pisaunya.
Untuk yang ketiga kalinya, dia bertekad untuk membunuh Li Shimin. Namun saat dia bertemu dengannya secara pribadi, dia mendengar jika Li Shimin mengucapkan selamat tinggal padanya, dan berkata jika dia secara pribadi akan memimpin para prajurit untuk berperang dengan Gaoli.
Berpikir jika Li Shimin sudah bisa memprediksi tentang bahaya di medan perang, namun dia tetap akan melakukan niatnya itu untuk meningkatkan semangat para prajurit dengan mengorbankan dirinya sendiri. Untuk terakhir kalinya, Fu Zhu benar-benar menyimpan pisaunya. Sebelum Li Shimin berangkat, secara pribadi Fu Zhu membuat tiga tas untuknya, dan dengan berat hati mengucapkan selamat tinggal.
Setelah kepergian Li Shimin, Fu Zhu menyiapkan meja pemujaan, membuat 999 persembahan untuk Li Jiancheng, dan akhirnya mengakhiri hidupnya dengan pisau yang tidak pernah mencapai tujuannya.
Li Shimin selamat dari bahaya sebanyak tiga kali karena tas tersebut. Sebenarnya, dia ingin memerikan penghargaan untuk Fu Zhu saat kembali nanti. Namun yang tidak dia sangka, dia lebih dulu menerima berita kematiannya. Setelah Fu Zhu dimakamkan, Li Shimin mengalami tekanan batin yang besar. Akhirnya dia menghilang di balik layar untuk waktu yang lama.
Kemampuan untuk merubah pandangan tokoh kecil ini menjadi pencapaian tersendiri bagi sang kaisar jika dilihat dari perspektif yang berbeda, dimana dia juga memiliki hubungan dengan Ratu Zhangsun di dalam adaptasi ini.
Dalam film adaptasi ini, Fu Zhu adalah teman bermain Ratu Zhangsun saat dia masih kecil dan selalu mengaguminya di dalam hati. Namun sayang, seperti pada umumnya, dia tidak akan bisa memiliki sebuah masa depan jika bersama dengan wanita yang hebat dan berpengaruh.
Ratu Zhangsun menikah dengan Li Shimin, Fu Zhu akhirnya menjadi seperti anjing yang kehilangan majikannya saat Li Jiancheng meninggal. Saat dia kembali ke Chang’an, dia bersikap sangat baik pada Ratu Zhangsun, namun dia tidak pernah memberitahu identitasnya. Sebaliknya, dia dengan diam-diam melewati banyak situasi berbahaya di baliknya, membantu Ratu Zhangsun yang ingin menjatuhkan Selir Wei.
Sebuah benang merah yang panjang yang menghubungkan antara jalan cerita Harem dengan dinasti yang sebelumnya ada, yang menyebabkan banyak penonton menangis saat melihatnya. Terlebih lagi, di dalam jalan cerita aslinya, ada beberapa tokoh yang sangat mempercayainya, “Baik, tampan dan elegan. Seperti sosok seorang imortal.”
Tokoh ini, jika diperankan dengan cukup baik, pasti akan menjadi salah satu topik besar yang tidak akan pernah dipisahkan oleh tokoh utamanya. Hampir separo dari mereka yang datang untuk audisi ingin memerankan tokoh ini, namun tidak ada dari mereka yang bisa menarik perhatian para produser.
Hu Xiao mengambil nafas panjang, mengambil satu langkah mundur, dan mulai untuk berakting berdasarkan tokoh Fu Zhu yang ada di dalam naskah audisi.
Dalam naskah tersebut dituliskan, setelah Fu Zhu menjadi terkenal karena kemampuannya, Li Shimin mengutus seseorang untuk mengundangnya menjadi salah satu petinggi di Chang’an, dan dia harus berakting pada bagian penolakan yang dilakukan oleh aku Zhu. Hal ini tentu saja tidaklah sulit untuk Hu Xiao.
Para produser yang pernah bekerja sama dengannya selalu memuji kemampuannya dalam menghafal naskah. Dan mereka yang memiliki kemampuan berakting pasti tahu jika suatu kalimat bisa menjadi sebuah senjata yang mematikan jika dibandingkan dengan akting yang hanya mengandalkan perubahan tatapan mata dan ekspresi wajah. Surga sepertinya memang mendukungnya.
Hu Xiao, dengan tatapan yang dingin, melambaikan tangan kanannya dengan angkuh, “Pergi!”
Zheng Kezhen sedikit mengerutkan alisnya. Saat dia mendengar nada suara yang ringan namun tegas pada bagian akhir dari kalimat tersebut, dia menjadi sedikit takjub dan mulai menilai penampilan Hu Xiao. Dia bisa memberikan emosi yang kompleks antara kebencian dan harap. Tidak perlu menilai kemampuan aktingnya, seluruh dialog yang diucapkannya hampir semuanya tepat.
Zheng Kezhen kemudian kembali lagi seperti semula dan kembali fokus.
Hu Xiao seolah-olah mendengar seseorang berbicara padanya, sosoknya tiba-tiba membeku, perlahan dia berbalik, menatap sosok itu dengan emosi yang tidak bisa diungkapkan di dalam matanya, “Yang Mulia benar-benar mengatakan hal tersebut?”
Dia terdiam sebentar, sebelum sebuah dengusan pelan, dan hampir tidak terlihat, keluar dari unung bibirnya, “Sepertinya dia terlihat sangat peduli pada rakyatnya… Baiklah, kali ini aku akan pergi denganmu.”
Walaupun dia berkata demikian, namun tatapan matanya terlihat kelam, benar-benar terlihat berbeda dengan kata yang diucapkannya, seakan dia sedang memikirkan bagaimana cara menghancurkan Li Shimin hingga ke bagian terkecil. Walaupun hanya tiga kalimat, namun perasaan yang kompleks dan rumit tokoh tersebut, serta kebenciannya pada Li Shimin telah digambarkan dengan jelas.
Zheng Kezhen mengangguk dengan tatapan kagum, “Aktingmu sangat bagus. Kamu Hu Xiao, kan? Tetaplah di sini. Pergi dan beristirahatlah dulu di sebelah sana. Saat audisi selesai, kamu akan sekali lagi mengulang dialogmu denganku.”
Dia sudah duduk di tempat itu hampir satu hari penuh, namun tidak ada dari para peserta audisi yang membuatnya bersemangat seperti Hu Xiao. Walaupun dia sangat tegas, namun dia tidak berpikiran sempit. Jika dia tidak menemukan aktor yang cocok, dia tidak mungkin bisa memulai proses syuting, dan para aktor yang lain juga tidak mungkin mau menunggunya hingga dia menemukan seseorang yang sesuai dengan ekspektasinya.
Jika diperlukan, maka sang produser akan sedikit mengurangi tingkat kualitas yang diinginkannya, walaupun dengan berat hati.
“Selanjutnya. Luo Ding!” Dia membalik halaman tanpa memperhatikan ekspresi senang Hu Xiao. Matanya tertuju pada resume Luo Ding dan mengangguk pelan. Wajah aktor tersebut cukup tampan.
Luo Ding tersenyum, berdiri dengan ringan dan berjalan menuju panggung audisi. Dia memandang lurus ke arah Zheng Kezhen dengan senyum di wajahnya, dan tatapan matanya seperti aliran air.
Zhang Kezhen tanpa sadar melirik ke arahnya. Dia yang sebelumnya selalu menunduk, tiba-tiba menegakkan wajahnya. Ternyata dia!
Di fotonya terlihat sama sekali tidak ada sesuatu yang spesial, namun ternyata sosok aslinya memiliki perawakan yang cukup bagus. Zheng Kezhen tertegun. Bagaimana mungkin sebuah foto bisa menunjukkan perbedaan yang sebesar ini?
Detik berikutnya, dia segera menyadari sesuatu yang janggal. Setelah Luo Ding berdiri di panggung, dia sama sekali tidak mengatakan tokoh dan dialog mana yang ingin dia coba, namun dia berbalik ke arah tembok dan dengan punggung memgarah ke para juri.
Zheng Kezhen terkejut dan berniat untuk bertanya. Namun, sebelum sempat dia berbicara, Deng Jian memegang pundaknya.
“…Apa?” Zheng Kezhen tidak tahu bagaimana ekspresi wajahnya saat itu, namun dia terkejut saat melihat tatapan wajah Deng Jian, yang tidak pernah serius semenjak awal audisi, kini terlihat serius dan senang pada saat yang bersamaan.
“Apa kamu masih belum menyadarinya?” Deng Jian berkata pelan, seakan takut jika mengganggu pemuda yang tidak jauh dari mereka itu. Dia mengepalkan tangannya dengan erat, “Dia sudah memulai aktingnya.”
Mulai akting?
Zheng Kezhen terkejut, dan tatapan matanya tertuju kembali ke panggung, tepat pada punggung Luo Ding. Perkataan Deng Jian sepertinya menjadi sebuah titik penghubung, dan kini kepala Zheng Kezhen dipenuhi oleh perkataan Deng Jian.
Ini aneh sekali!
Seluruh tubuhnya memancarkan aura kesombongan, dan gerakannya terlihat santai dan nyaman sekali. Sedangkan tatapan matanya yang melihat sekeliling seakan mampu menarik minat para penonton.
Setelah mengalami kepedihan mendalam, dia kini seorang diri, dan bertahan hidup dengan kebencian yang mendarah daging dalam dirinya. Darimana dia mendapatkan sosok yang “murni, tampan dan elegan seperti imortal” ini? Hanya karena tidak ada lagi sesuatu yang berharga baginya, kecuali membalas dendam. Bagaimana dia menjadi seperti ini? Terlihat sombong, namun sebenarnya kesepian dan tidak memiliki emosi.
Zheng Kezhen tidak bisa melihat adanya kehidupan dari punggung Luo Ding. Dia tetap diam seperti mayat hidup. Dia menggenggam tangannya yang kini dipenuhi oleh keringat. Jika dia benar-benar bisa berakting hingga level setinggi ini, maka maha karya miliknya ini tidak akan mengalami kegagalan, seperti yang telah ditakutkan sebelumnya.
Zheng Kezhen mulai memfokuskan tatapannya pada pemuda yang sama sekali tidak bergerak di atas panggung. Saat tanpa sengaja dia melihat tatapan kosong namun tidak berbatas dari Luo Ding, dia bisa merasakan bulu kuduk di lehernya berdiri satu per satu.
*_*_*_*_*
Comments for chapter "Chapter 004 "
NOVEL DISCUSSION
Support Foxaholic Global
Your donations will go towards site costs and management.
Individual translators usually have their own ko-fi buttons.