Shuǎngwén Heroine Doesn't Want To Become Popular (Chinese to Indonesian Translation) - Hari ke-10
Pada saat itu, tercium aroma makanan yang semerbak di klub buku yang berkelas—
meskipun semua itu hanya muncul di dalam khayalan orang-orang.
Kali ini Shi Zhi tidak membacakan kosakata yang sulit dipahami. Dia hanya menggunakan bahasa sehari-hari. Orang-orang yang berada di kursi penonton turut menghayati peran mereka dengan antusias. Daging perut babi panggang, xiaolongbao, mie kuah daging…
Shi Zhi juga mengalunkan resep xiaolongbao dan mie daging.
Keluarkan pangsit kukus dari dalam kukusan, kemudian coba gigit kulitnya yang tipis dan transparan. Maka sup yang lezat akan langsung berhamburan keluar dan memenuhi seluruh indera perasamu; Mie yang ada di dalam mie kuah daging itu halus dan kaku. Namun mie itu akan menjadi lembut dan lezat setelah dimasak. Kemudian sebongkah besar daging diletakkan di atas mie tersebut.
Membuat para penonton menjadi semakin lapar.
“…”
Berhenti membaca, berhentilah membaca Master. Master, berhentilah membaca!
Di permukaan, para penonton itu terlihat stabil. Namun sebenarnya di dalam hati mereka seolah terdapat monyet yang berlompatan naik dan turun untuk memohon kepada Shi Zhi agar dia berhenti membaca.
Ketika Shi Zhi akhirnya menutup bukunya, orang-orang di bangku penonton pun merasa lega. Dan di saat yang bersamaan mereka melihat ke arah rekan-rekan yang mendampingi mereka. Mata mereka saling bertemu.
- Apa yang akan kamu makan nanti?
- Sup iga dan akar lotus, daging perut babi panggang…
Bagaimanapun juga, mereka ingin memakan seluruh hidangan yang baru saja Shi Zhi sebutkan!
Meskipun tidak terjadi pertukaran kata-kata, namun semua orang seolah telah memahami apa yang dipikirkan oleh rekan mereka. Maka mereka pun tersenyum menyetujuinya.
Shi Zhi menggunakan gaya yang sangat berbeda dalam membacakan sebuah buku. Dan dia juga memberikan referensi menu makan siang bagi para penonton. Meskipun sang pembawa acara itu merupakan seorang profesional di bidangnya dan memiliki banyak pengalaman serta pengetahuan, untuk sesaat terdapat sedikit ekspresi samar di wajahnya. Namun dia tetap membimbing Shi Zhi menuju ke area wawancara untuk melakukan wawancara.
Quan-ge tidak bisa pergi untuk menemui Shi Zhi. Maka dia pun berdiri di tempatnya dengan sangat khawatir dan melambai dengan penuh semangat ke arah Shi Zhi.
Maksud dari tindakan tersebut adalah agar Shi Zhi tidak bersikap sembrono dan lebih berhati-hati kali ini.
Shi Zhi juga melihat Quan-ge. Bagaimanapun juga, tindakannya itu tidak kecil. Maka, Shi Zhi pun berpikir sejenak dan turut melambaikan tangannya seperti yang Quan-ge lakukan. Dia terlihat seperti seorang bintang besar yang tengah berjalan di karpet merah untuk menyapa para penggemarnya.
“Wow, Shi-jie bersikap sangat baik terhadap pengemarnya!”
Asisten yang berada di sebelah Quan-ge berkata dengan penuh emosi.
Quan-ge, “…” Untuk apa dia melakukan hal ini? Shi Zhi sedang tidak berada di sini. Dia tidak akan bisa mendengarnya bahkan jika asisten itu berusaha menyanjungnya!
Sejak Shi Zhi berinisiatif untuk membayar gaji bagi sejumlah anggota timnya, dia secara otomatis dianggap sebagai Sugar Daddy. Quan-ge tidak sanggup melihat para anggota timnya menyanjung-nyanjung Shi Zhi.
Terlebih lagi, Quan-ge memiliki kecurigaan besar bahwa Shi Zhi sebenarnya tidak memahami tujuan para anggota timnya.
……
Saat Shi Zhi tiba di area wawancara, giliran dirinya melakukan wawancara masih belum dimulai. Jadi, Shi Zhi pun duduk di kursi yang berada di sebelahnya terlebih dahulu sembari mendengarkan artis lain berbicara.
Artis yang saat ini sedang melakukan wawancara adalah selebriti pria yang membacakan buku sebelum Shi Zhi. Dia sedang berbicara dengan reporter tentang hobinya.
Selebriti pria itu melipat kedua tangannya di atas meja, menampilkan sikap layaknya seorang pengusaha yang tampan dan berkuasa sedang melakukan negosiasi.
“Secara pribadi aku suka membaca. Mungkin aku seharusnya tidak memakai kata suka. Tergila-gila adalah kata yang lebih tepat untuk digunakan. Karena diriku sejak awal berasal dari keluarga terpelajar.”
“Aku pernah sangat tergila-gila membaca hingga tidak tidur selama tiga hari. Setelah akhirnya menyelesaikan buku itu, aku tertidur selama tiga hari. Pada saat itu, asisten yang mendampingiku mengira bahwa aku sudah mati.”
Reporter itu ikut bekerja sama dengan menunjukkan ekspresi terkejut, “Apa kamu tidak terbangun setelah tertidur selama tiga hari?”
“Ya.”
Reporter, “Apakah kamu bersedia untuk memberitahukan buku apakah yang sangat bagus itu? Sehingga dirimu tetap terjaga selama tiga hari tiga malam?”
Shi Zhi juga menaikkan telinganya: Ayo, biarkan dirinya mendengar tentang buku yang sangat luar biasa itu!
Namun, yang membuatnya malu, selebriti pria itu tertegun. Dan dia tidak dapat memberitahukan nama buku itu setelah merasa ragu untuk waktu yang cukup lama. Pada akhirnya, reporter itu memberikannya jalan keluar, “Apakah sudah sangat lama sejak hal itu terjadi sehingga kamu lupa? Itu wajar.”
Selebriti pria itu menghapus keringat dari dahinya, “… Ya, kamu benar.”
Shi Zhi menurunkan telinganya: Oh, ternyata dia hanya seseorang yang suka menyombongkan diri.
“Kalau begitu, ceritakan padaku tentang buku yang kamu baca akhir-akhir ini. Selain buku yang telah kamu bagikan di atas panggung tadi, apakah ada buku lain yang kamu disukai?”
Selebriti pria itu menjawab, “《A Brief History of Time》.”
Hal itu tidak mengejutkan reporter tersebut. Sebelum selebriti pria itu, telah terdapat tiga orang yang mengatakan bahwa buku favorit mereka adalah《A Brief History of Time》.
Selebriti pria itu mungkin juga merasakan bahwa dirinya tidak tampil dengan baik. Sehingga dia pun mengatakan sesuatu untuk memenangkan permainan itu kembali, seperti “Akhir-akhir ini aku sedang tertarik tentang eksplorasi alam semesta. Apa kamu memahami black hole?” atau “Beberapa waktu yang lalu aku cukup beruntung karena bisa memiliki hubungan dekat dengan pemenang hadiah Nobel di bidang seni. Keuntungan yang kuperoleh tidak sedikit.”
Selebriti pria itu pun kembali memperoleh rasa percaya dirinya. Namun, pada akhirnya, reporter itu mengatakan bahwa wawancara itu telah berakhir dengan baik. Ketika giliran wawancara Shi Zhi tiba, selebriti pria itu pun bangkit dengan enggan.
Ketika selebriti pria itu melihat Shi Zhi yang berjalan ke arahnya untuk mengambil alih wawancara tersebut, dia memasang sikap arogan layaknya seorang pria yang berbudaya. Seluruh ekspresi dan gerak-gerik tubuhnya seolah menyuarakan “Jangan memuja abang ini, abang ini hanyalah seorang legenda.”
Shi Zhi tersenyum sopan sembari mengingatkan, “Tidak terdapat hadiah untuk bidang seni dalam penghargaan Nobel.”
Selebriti pria itu kemudian memperlihatkan ekspresi wajah seperti sedang tersambar petir di siang bolong. Shi Zhi pun berjalan melewati pria itu dan duduk di hadapan reporter seperti seekor kupu-kupu putih.
Reporter itu menanyai Shi Zhi menggunakan nada yang sama seperti seorang guru yang sedang menanyakan apa mimpimu. “Apa hobi yang kamu sukai di kehidupan sehari-hari?”
Reporter itu hampir mati rasa akibat pertanyaan ini. Jawabannya biasanya tidak lebih dari ‘aku hanya suka menari’ atau ‘aku hanya suka bernyanyi’. Atau mungkin Shi Zhi belajar menari untuk menghabiskan waktu luangnya, sehingga dia bisa mengambil pekerjaan dua kali lipat lebih banyak?
Shi Zhi menjawab dengan ringan, “Memancing, bermain catur, menanam bunga.”
Reporter itu memang memiliki alasan untuk merasa bingung. Dia melihat ke arah selebriti wanita yang cantik namun mengejutkan ini.
“Ha?”
Shi Zhi mengangguk dengan tegas.
Benar.
Tiga harta karun bagi orang yang telah pensiun: memancing, bermain catur, dan menanam bunga.
Shi Zhi paling menyukai bunga, terutama bunga yang mahal.
……
“Wawancaranya sudah berakhir?”
Quan-ge telah membawa anggota timnya untuk menunggu di pintu keluar. Melihat ekspresi santai yang terpasang di wajah Shi Zhi, kelopak mata Quan-ge pun berkedut.
Sepertinya Shi Zhi keluar dengan sangat cepat sehingga membuat orang menduga-duga apakah dia telah melakukan wawancara atau tidak.
Shi Zhi mengangguk, “Sudah berakhir.”
“Apa yang kamu katakan?”
Shi Zhi memberitahukan tentang isi wawancara tersebut kepada Quan-ge. Ketika Quan-ge mendengar tentang tiga harta karun bagi orang yang telah pensiun, sinar di matanya menjadi redup.
“Sudah berakhir.”
Hal itu benar-benar sudah berakhir. “Sepertinya perjalanan menjadi bintang ini akan segera berakhir.”
Quan-ge awalnya berencana untuk bergantung pada sedikit ketenaran yang berhasil diperoleh kembali oleh Shi Zhi berkat caihongpi yang dia lakukan sebelumnya. Tindakan itu dilaksanakan dengan baik. Namun dia tidak seharusnya merasa lega karena Shi Zhi kemudian naik ke atas panggung untuk membacakan buku tentang makanan. Lalu Shi Zhi juga memberikan jawaban seperti itu ketika melakukan wawancara.
Memancang, bermain catur, menanam bunga… Coba lihat! Apakah itu merupakan hobi yang biasanya dilakukan oleh para selebriti wanita?
Pada saat ini, perusahaan tengah berada dalam situasi di mana mereka hampir menyerah terhadap Shi Zhi. Pemecatan yang sebelumnya terjadi di dalam tim mereka telah mengindikasikan sikap perusahaan. Sehingga mereka tidak bisa berharap jika perusahaan akan melakukan tindakan humas ataupun membeli tentara air1 untuk Shi Zhi.
“Perjalan kita akan berakhir?”
Sudut bibir Shi Zhi mulai terangkat ketika dia mendengar kata-kata itu.
Heh?
Baguslah jika perjalanan itu akan berakhir. Jika perjalanan itu berakhir maka tidak akan ada lagi pekerjaan, dirinya juga tidak perlu menjadi selebriti lagi?
Maka dia bisa pulang dan menjalani kehidupan di masa pensiun.
Pada saat ini Shi Zhi benar-benar telah menerima paksaan dari sistem yang tidak bermoral. Meskipun periode kehidupan seperti ini dianggap cukup menyenangkan, dia memiliki pertunjukan gratis untuk ditonton dan orang-orang di timnya juga menarik, namun tujuan awal Shi Zhi tetap tidak berubah. Dia ingin kembali ke vila dan menghabiskan waktu untuk menjalani kehidupannya sebagai pensiunan.
Jika tidak ada orang yang menawarinya pekerjaan dan para penonton juga tidak ingin melihat dirinya, bahkan jika sistem itu ingin agar dirinya mengikuti alur cerita sebagai pemeran utama wanita yang shuǎngwén, dia tidak akan bisa melanjutkan perjalanannya sebagai seorang selebriti.
Maka tidak mengherankan jika dirinya mengambil langkah lebih dulu.
Tempat tidur berukuran 300 meter persegi itu juga harus segera dibuat.
Quan-ge: ? ? ?
Awalnya Quan-ge merasa cemas jika hal itu akan berakhir buruk. Namun, ketika dia melihat tindakan Shi Zhi yang tidak normal pada saat ini, perhatiannya pun segera teralihkan.
Jika dia menafsirkannya dengan benar, Shi Zhi ini sedang tertawa terbahak-bahak, kan?
Shi Zhi bertanya, “Apa kalian tidak merasa lapar?”
Jam sudah menunjukkan pukul dua siang. Shi Zhi belum makan dan para anggota tim yang selalu mengikutinya juga belum makan.
Para anggota tim Shi Zhi mengangguk. Shi Zhi pun melambaikan tangannya dan memerintahkan, “Ayo pergi. Aku akan mengundang semua orang untuk makan hot pot.” Kegiatan team building, mungkin ini adalah jamuan makan terakhir bagi dirinya dan anggota timnya.
Satu-satunya penyesalan Shi Zhi adalah dirinya tidak bisa bertemu dengan Tang Yunling hingga acara itu berakhir. Dan dia tidak bisa mencicipi ginjal panggang itu.
Quan-ge: ! ! ! Shi Zhi bahkan mengundang semua orang untuk makan hot pot dalam situasi seperti ini!
Anak ini mungkin telah terpukul dengan sangat keras.
Dia menjadi gila!
……
Shi Zhi pernah berada di titik rendah karirnya untuk periode waktu yang sangat lama. Dia juga mengalami perudungan di internet hingga batinnya terluka. Dia pun menjadi gila. Setelah kendi yang rusak itu dijatuhkan2, Quan-ge merasa bahwa seluruh tindakan Shi Zhi itu dapat dijelaskan dengan sangat mudah.
Bahkan seorang agen berhati batu pun tidak dapat memberikan kritikan apapun kepada Shi Zhi. Pada saat ini, di mata Quan-ge, Shi Zhi itu seperti perwakilan dari keindahan yang bernasib tragis namun tetap berusaha tegar. Quan-ge bahkan berhati-hati ketika berbicara dengannya.
“Jangan khawatir. Matahari akan selalu hadir setelah badai. Percayalah bahwa pelangi itu ada.”
“Apakah kita hanya sebentar dirudung di internet? Tidak. Kita telah dirudung di internet selama setahun. Kita akan dirudung untuk apapun yang kita lakukan. Suka memancing dan bermain catur itu adalah hal bagus. Paman keempat dan kakekku juga menyukainya.”
Shi Zhi dapat melihat kebaikan tergambar di wajah Quan-ge.
“Apakah ada sesuatu yang salah?”
“Tidak ada.”
“Kalau begitu minggirlah. Kamu menghalangi diriku yang ingin meramu saus celupan untuk hidangannya.”
“…”
Quan-ge menyerahkan posisinya kepada Shi Zhi. Lalu Shi Zhi pun memenuhi mangkuk bumbu dengan saus wijen. Dia juga menambahkan sesendok kacang yang telah dihancurkan. Dia menyukai saus itu untuk celupan hot pot-nya karena sangat membangkitkan selera.
……
Quan-ge tidak ingin memberikan perhatian terhadap reaksi netizen untuk acara klub buku itu. Bagaimanapun juga, reaksinya pasti tidak akan terlalu bagus. Jika orang-orang bisa mengabaikan hal itu, maka dia akan menanggapi hal tersebut dengan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Namun, hal yang tidak pernah diduga oleh Quan-ge, Shi Zhi secara tiba-tiba melambungkan namanya dengan mengandalkan gaya diskusi yang tidak biasa di klub buku tersebut. Dia pun menjadi populer.
Awalnya, terdapat seorang netizen yang memposting di Weibo.
“Apa kalian sudah melihat wawancara Shi Zhi? Aku tertawa hingga kepalaku hampir copot!”
Nama Shi Zhi itu sendiri sangat sensitif. Setiap kali nama itu muncul, dia akan ditemani oleh pertumpahan darah. Sebenarnya banyak orang kini telah merasa bosan dan tidak ingin melihat Shi Zhi. Namun entah itu ‘menggunakan down jacket untuk berjalan di karpet merah’ ataupun ‘caihongpi’, setiap orang akan kembali memiliki ketertarikan terhadap dirinya.
Hal yang sama pun terjadi pada kali ini. Sesaat setelah postingan Weibo yang disertai video itu dirilis, jumlah penontonnya langsung melambung tinggi. Para netizen meng-klik video itu dengan muak.
Biarkan mereka melihat seberapa lucu wawancara itu. Jika hal itu tidak lucu maka mereka akan datang untuk memotong kepala blogger itu. (Tidak)
Lalu semua orang pun benar-benar tertawa seperti orang gila.
=====================================================
Catatan Kaki: