The Husky And His White Cat Shizun (Chinese To Indonesia Translation) - Chapter 001
- Home
- The Husky And His White Cat Shizun (Chinese To Indonesia Translation)
- Chapter 001 - Seseorang Yang Patut Dihormati Kini Telah Pergi
Ketika Mo Ran belum menjadi kaisar, ada seseorang yang selalu memanggilnya anjing.
Orang-orang dari kota asalnya selalu memanggilnya dengan sebutan yang berhubungan dengan anjing, sepupunya memanggilnya pelayan anjing, dan neneknya yang paling baik, memanggilnya anak seekor anjing.
Tentu saja, ada beberapa sebutan yang berhubungan dengan anjing, namun tidak terlalu buruk saat didengar. Contohnya seperti mereka yang pernah tidur dengannya. Mereka akan marah padanya karena merasa kakinya kuat sekali seperti anjing jantan, suara lembutnya mampu menggoda hati seseorang, bahkan menjadi sebuah senjata saat menaklukkan seorang wanita.
Namun hanya dalam sekejap saja, mereka akan menyebarkannya pada orang lain, membuat semua orang di sekitarnya mengetahui jika dia, Mo Weiyu, adalah seorang pemuda tampan yang memiliki “sesuatu” yang luar biasa. Mereka yang pernah “mencoba”nya selalu merasa terpuaskan, dan mereka yang belum pernah “mencoba”nya, pasti akan terpengaruh oleh rumor yang beredar.
Bisa dikatakan, jika apa yang dikatakan oleh orang-orang tersebut ada benarnya. Mo Ran benar-benar seperti seekor anjing yang suka sekali menggelengkan kepala dan menggoyangkan ekornya.
Sebuah penggambaran besar untuknya, yang tiba-tiba saja menghilang ketika dia ke jadi Kaisar di dunia kultivasi.
Suatu hari, salah seorang kultivator yang sedang mengembara memberinya seekor anak anjing.
Bulu anak anjing itu berwarna abu-abu dan putih dengan tanda tiga lidah api di dahinya, dan dia lebih terlihat seperti serigala. Namun, bisa dikatakan kalau dia seperti buah melon raksasa, dan memiliki bentuk yang sangat mirip sekali dengan buah melon.
Meskipun tubuhnya gemuk dan bulat, namun dia terlihat begitu menggemaskan, berlarian tanpa henti di dalam aula. Beberapa kali, dia mencoba untuk naik ke atas tangga agar bisa melihat dengan jelas sosok yang duduk di singgasana. Namun karena kakinya terlalu pendek, maka dia selalu gagal.
Mo Ran memandang bola bulu yang penuh semangat namun bodoh itu untuk sesaat sebelum akhirnya tertawa. Saat dia tertawa, dia berkata dalam hatinya, seekor anjing.
Anak anjing itu kemudian menjadi besar. Anjing besar itu kemudian menjadi anjing tua, dan anjing tua akhirmya meninggal.
Mo Ran menutup matanya sejenak dan kemudian membukanya lagi. Mengingat semua kesenangan dan kebencian, kebangkitan dan kejatuhan. Tanpa terasa, tiga puluh dua tahun hidupnya terlah terlewati.
Dia mulai merasa lelah atas semuanya, dia juga merasa bosan dan kesepian. Beberapa tahun ini, semakin sedikit orang yang masih dikenalnya, dan anjing Tiga Api kini telah bertemu kembali dengan penciptanya. Dia merasa mungkin sebentar lagi saatnya tiba, dia harus mengakhiri semuanya.
Mengambil sebutir anggur dari piring hidangan miliknya, perlahan dia mengupas kulit ungunya.
Gerakannya terlihat santai dan seperti telah terbiasa, seperti Pangeran Qiang yang melepaskan pakaian para wanita di kamarnya. Namun hal ini juga menunjukkan seakan seseorang mulai merasa bosan dengan semuanya. Anggur di tangannya itu terlihat sedikit bergetar, sari buahnya terlihat keluar, berwarna ungu muda. Pemandangan di tangannya itu terlihat seperti senja hari, seperti burung yang terbang menyambut senja, seperti bunga sakura di musim semi.
Dan seperti aliran darah.
Merasakan rasa manis di mulutnya, dia melihat ke arah jari-jarinya, dan dengan malas melihat ke arah atas.
Dia berpikir, mungkin inilah saatnya. Saatnya dia harus pergi ke neraka.
Mo Ran, atau sering dipanggil dengan Weiyu, adalah raja pertama dalam dunia kultivasi.
Sangatlah tidak mudah untuk mendapatkan posisinya ini. Karena bukan hanya harus memiliki kekuatan yang sangat hebat, namun juga harus memiliki sifat yang keras, sekeras batu.
Sebelum dirinya, kesepuluh sekte utama dalam dunia kultivasi berdiri dalam posisi yang sama. Di antara sekte tersebut, mereka selalu berusaha saling menolong, sehingga tidak ada dari mereka yang memiliki perubahan drastis dalam kekuatan mereka. Selain itu, para pemimpin sekte tersebut adalah orang-orang yang sangat berbakat namun tidak berani melangkah lebih jauh dari yang mereka bisa. Mereka bahkan memberi gelar pada diri mereka sendiri untuk kesenangan. Mereka selalu takut pada ahli sejarah, yang selalu mengejek mereka di hadapan para generasi muda.
Namun Mo Ran berbeda. Bisa dikatakan jika dia adalah penjahatnya.
Dia melakukan segala hal yang tidak berani dilakukan orang lain sebelumnya. Meminum alkohol terbaik di bumi, menikah dengan wanita tercantik di bumi, menjadi pimpinan dari TaXian, pemimpin dari persatuan di dunia kultivasi, dan memberi gelar “kaisar” untuk dirinya sendiri.
Sepersepuluh dari seribu orang dengan senang hati bersujud untuknya.
Dan siapapun yang menolak untuk mengakuinya akan diburu dan dibunuh olehnya. Di tahun-tahun saat dia menguasai dunia, dunia kultivasi dipenuhi dengan darah dan teriakan minta ampun. Banyak dari para pemberontak menemui ajal mereka. Bahkan salah satu sekte dari sepuluh sekte utama, Sekte Rufeng, telah dihancurkan sepenuhnya.
Kemudian, bahkan guru Mo Ran, yang telah mengajarkan semuanya juga tidak lepas dari nasib sial. Dia kalah saat melawan Mo Ran, dan dibawa kembali oleh bekas murid kesayangannya itu ke istana dan dipenjara. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi padanya kemudian.
Seluruh wilayah, yang sebelumnya terlihat indah dan tertata, kini dipenuhi dengan bencana.
Sang Kaisar Mo Ran, tidak pernah merasakan pendidikan formal sebelumnya, namun dia tidak pernah mengalami hambatan selama menjadi kaisar. Maka dari itu, selama masa pemerintahannya, banyak sekali hal yang tidak masuk akal terjadi, salah satumya adalah nama dinasti yang di bust olehnya.
Pada tiga tahun pertama dia menjadi Kaisar, di memberi nama era tersebut Wangba, nama ini dia dapatkan ketika sedang duduk di tepi kolam dan memberi makan ikan.
[Wangba adalah sebutan lain untuk kura-kura. Namun jika nama ini digunakan pada seseorang, maka kata ini dianggap menghinanya]
Tiga tahun kedua masa jabatannya, nama era yang digunakan adalah XieYa, karena dia mendengar suara katak di halaman saat musim panas. Dan dia berpikir jika ini adalah inspirasi yang dikirim oleh Surga untuk ya, maka dia harus menggunakannya.
Banyak yang berpikir, jika tidak akan ada nama sebuah era yang lebih menakutkan dari Wangba dan XieYa. Namun, tidak ada satu pun dari mereka yang mengenal Mo Weiyu lebih dalam lagi.
Pada tiga tahun ketiga masa jabatannya, banyak sekali pendatang yang masuk. Tidak peduli mereka adalah penganut Budha, Tao, ataupun kultivator spiritual umumnya. Para pembelot yang tidak menyukai pemerintahan tiran Mo Ran, mulai berdiskusi untuk merencanakan revolusi.
Karena hal ini, Mo Ran akhirnya memikirkan dengan serius masalah ini. Setelah beberapa kali membuat rencana, sebuah nama untuk era baru yang mengejutkan dan mengguncangkan dunia akhirnya lahir, Ji Ba.
[Ji Ba memiliki arti gencatan senjata. Namun dalam arti lain, Ji Ba juga diartikan sebagai kemaluan laki-laki. Dan keduanya memiliki cara pengucapan yang sama]
Nama ini memiliki makna yang bagus. Kaisar pertama mereka dengan susah payah memutar otaknya dan akhirnya menghasilkan dua kata tersebut, yang memiliki makna yang baik, yaitu untuk berhenti berperang dan meletakkan semua senjata mereka. Hanya saja, nama ini terdengar aneh untuk dikatakan.
Dan semakin menjadi aneh saat yang mengatakannya adalah mereka yang sebenarnya memiliki niat jahat.
Tahun pertama disebut sebagai tahun pertama tanpa senjata, yang bagaimanapun terdengar sangat aneh bila diucapkan.
Tahun kedua disebut tahun kedua tanpa senjata.
Tahun ketika tanpa senjata.
Semua orang menutup pintu mereka dan mengutuk hal ini.
Benar-benar bodoh, mengapa tidak sekalian saja menggunakan Ji Ba untuk menyebut usia mereka! Jadi, jika suatu saat bertemu dengan seseorang, tidak perlu lagi menanyakan berapa usia orang tersebut, cukup tanyakan saja berapa tahun usia kemaluan miliknya! Dan sebut saja seseorang dengan usia seratus tahun dengan “Kemaluan satu abad!.
Setelah tiga tahun bertahan, akhirnya era Ji Ba akan berakhir dan akan segera digantikan.
Semua menunggu dengan tidak sabar nama era baru yang akan diberikan oleh Yang Mulia. Namun saat ini, Mo Ran tidak memiliki satu ide pun yang bisa digunakannya. Hal tersebut dikarenakan kerusuhan yang melibatkan dunia kultivasi mulai bermunculan. Para ahli bela diri dan pahlawan dalam dunia kultivasi, yang selama ini menderita dalam diam hampir selama satu dekade, mulai membentuk sebuah pasukan besar dan bersiap untuk menyerang istana kaisar pertama mereka, Mo Weiyu.
Dunia kultivasi tidak memerlukan kaisar ataupun raja.
Terutama seorang tiran seperti dirinya.
Setelah beberapa bulan pertempuran dan pertumpahan darah, para pasukan revolusi akhirnya mencapai kaki gunung. Pegunungan Sisheng ini dikelilingi oleh awan dan kabut sepanjang tahun, dan istana Mo Ran berdiri dengan megahnya di puncak pegunungan itu.
Dengan anak panah yang selalu bersiap di atas busur, hanya diperlukan sebuah serangan terakhir untuk menghancurkan istana tersebut. Namun serangan ini adalah yang paling berbahaya. Dengan cahaya kemenangan yang dpkini sudah di depan mata, para pasukan revolusi, yang disatukan oleh kebencian mereka, mulai mengalami kebimbangan.
Jika sang penguasa lama dihancurkan, maka penguasa baru harus ditentukan untuk menggantikannya. Dan tidak ada satu pun dari mereka yang ingin bersusah payah menghabiskan energi mereka untuk hal seperti ini. Maka dari itu, tidak ada satu pun yang mau memulai untuk memimpin pasukan dan menyerang pegunungan itu.
Mereka takut jika orang yang licik dan tiran yang jahat ini akan turun dari langit dan menancapkan taring putih miliknya ke mereka, menghancurkan siapapun yang berani menyerang istananya hingga menjadi bagian terkecil.
Seseorang akhirnya berkata dengan berat hati, “Kekuatan spiritual Mo Weiyu sangatlah besar dan dia juga seseorang yang licik. Kita harus berhati-hari sehingga tidak jatuh ke dalam perangkapnya.”
Para pemimpin grup itu setuju dengan hal ini.
Namun tiba-tiba, seorang pemuda yang tampan keluar dari dalam kerumunan. Dia mengenakan pakaian perang berwarna perak kebiruan dengan sabuk berhiaskan kepala singa. Rambutnya diikat ekor kuda tinggi di kepalanya dan sebuah hiasan perak ada di dasar ikatan itu.
Pemuda itu menyeringai dan berkata, “Kita sudah mencapai kaki gunung namun kalian semua hanya menghabiskan waktu di sini dan tidak ada yang berani untuk naik. Jangan katakan jika kalian menanti Mo Weiyu untuk datang sendiri kemari? Kalian hanyalah sekelompok pengecut yang tidak bisa melakukan apapun!”
Setelah mengatakan hal ini, seluruh orang di sekitarnya mulai saling berbicara.
“Tuan muda Xue, apa yang anda katakan? Siapa yang anda bilang pengecut? Jika kita bersiap untuk berhadapan dengan musuh, kita lebih baik berhati-hati. Jika kami semua berpikiran seperti anda, maka siapa yang akan bertanggung jawab jika sesuatu yang buruk terjadi?”
Seseorang kemudian mengejek, “Hehehe, tuan muda Xue memang putra kesayangan Surga, namun kami semua hanyalah manusia biasa. Karena putra kesayangan Surga ini sudah tidak sabar untuk menyerang Kaisar dari dunia manusia, jadi mengapa tidak anda sendiri dahulu yang pergi ke atas gunung. Kami akan membuat jamuan di kaki gunung ini dan menanti anda kembali dan membawa kepala Mo Weiyu. Bukankah hal ini terdengar menarik?”
Kalimat itu terdengar sangat kejam. Untung saja seorang pendeta dengan segera menahan pemuda yang emosinya hampir meledak itu, menatapnya dengan sabar dan perlahan membujuknya.
“Tuan muda Xue, tolonglah dengar pendeta tua ini. Pendeta tua ini tahu jika ada permusuhan yang sangat dalam antara anda dan Mo Weiyu, namun serangan ini adalah sesuatu yang sangat penting. Tolong pikirkan yang lain juga, janganlah bertindak gegabah hanya karena emosi anda.”
Yang mereka panggil sebagai tuan muda Xue, adalah Xue Meng. Sekitar sepuluh tahun yang lalu, dia adalah seorang pemuda dengan kemampuan yang selalu di banggakan oleh semua orang, putra kesayangan Surga.
Namun waktu dan keadaan berubah, dia terjatuh dari posisinya. Dan kini, dia harus bertahan menghadapi semua hinaan dan sindiran dari semua orang hanya agar bisa naik ke atas gunung dan bertemu dengan Mo Ran sekali lagi.
Xue Meng sangatlah emosi, hal tersebut bisa dilihat pada ekspresi wajahnya, dan hal ini bahkan membuat bibirnya gemetar. Namun dia mencoba untuk menahan agar emosinya tersebut tidak meledak. Dia kemudian bertanya, “Jadi, kita harus menunggu sampai kapan?”
“Setidaknya kita harus melihat apakan ada pergerakan atau tidak.”
“Benar. Bagaimana jika Mo Weiyu telah bersiap untuk menyerang kita?”
Pendeta tua, yang baru saja bergabung, turut membantu untuk membujuknya, “Tuan muda Xue, janganlah gegabah. Kita sudah berada di kaki gunung, maka tidak ada salahnya jika kita menaikkan kewaspadaan kita. Selain itu, Mo Weiyu juga sudah terjebak di dalam istananya dan dia tidak akan bisa turun gunung. Kekuatannya telah mencapai batas, dan sekarang dia tidak lagi menjadi ancaman. Jika kita menghadapi semuanya dengan gegabah, tidak akan ada yang tahu apa yang akan terjadi nanti. Ada banyak sekali orang di sisi, termasuk di antara mereka para bangsawan dan orang penting. Siapa yang akan bertanggung jawab jika nyawa mereka melayang?”
Xue Meng meledak dengan penuh amarah, “Bertanggung jawab? Sekarang aku bertanya padamu, siapa yang bertanggung jawab atas hidup Sizhun ku? Mo Ran membuat Shizun menjadi tahanan rumah selama sepuluh tahun! Sepuluh tahun penuh! Sekarang, Shizun ada di puncak gunung ini dan kalian menyuruhku untuk menunggu?”
Mendengar Xue Meng menyebut gurunya, tidak ada satu pun yang tenang. Beberapa orang terlihat bersalah, sedangkan beberapa yang lain melihat ke arah yang lain, takut untuk mengatakan apapun.
“Sepuluh tahun yang lalu, Mo Ran yang menganggap dirinya sendiri sebagai Penguasa TaXian, membunuh semua orang di tujuh puluh dua kota yang berada di bawah kekuasaan Sekte Rufeng, dan bahkan juga ingin menghancurkan sembilan sekte utama yang lain. Kemudian, Mo Ran mengangkat dirinya sendiri menjadi kaisar dan berniat membunuh semuanya. Pada saat dua kejadian ini, siapa yang akhirnya menghentikannya? Jika bukan karena Shizun bertarung mati-matian untuk membela kalian, apakah kalian pikir kalian masih hidup? Apakah kalian masih bisa berdiri di sini tanpa luka ban bicara padaku?”
Akhirnya, seseorang terbatuk pelan sebelum berkata dengan tenang, “Tuan muda Xue, tolong janganlah marah. Kami semua merasa menyesal sekaligus berterima kasih pada Grandmaster Chu. Namun seperti yang anda katakan, dia menjadi tahanan rumah selama sepuluh tahun, dan jika memang terjadi sesuatu, dia pasti akan… Yah, anda sudah menunggu selama sepuluh tahun, jadi anda tidak perlu terburu-buru, kan?”
“Benar? Karena kalian tidak pernah dikutuk kan!”
Mata orang tersebut terbelalak, “Mengapa anda tiba-tiba mengutukku?”
“Mengapa aku harus mengutukmu? Shizun mengabaikan hidupnya hidupnya dan hampir saja meninggal hanya untuk menyelamatkan… menyelamatkan…”
Xue Meng tidak bisa melanjutkan kalimatnya dan seperri ada sesuatu yang menyumbat tenggorokannya, “Aku rasa kalian tidak pantas untuk mendapatkannya.”
Pada akhirnya, Xue Meng memalingkan wajahnya dengan cepat, pundaknya sedikit gemetar, seperti menahan agar air matanya tidak keluar.
“Kami tidak mengatakan jika kami tidak ingin menyelamatkan Grandmaster Chu…”
“Benar, semua orang mengingat semua kebaikan Grandmaster Chu di dalam hati mereka, tentu kami tidak akan pernah melupakannya. Tuang Muda Xue, jika anda berkata seperti itu, anda membuat kami semua terlihat seperti orang yang tidak tahu terima kasih dan kami tidak bisa menerimanya.”
“Selain itu, jika dipikir sekali lagi, bukankah Mo Ran juga merupakan murid dari Grandmaster Chu?” Seseorang berkata pelan. “Dan jika demikian, seorang guru pasti akan menanggung perbuatan jahat muridnya. Seperti pepatah yang mengatakan, ‘Seorang ayah akan disalahkan jika tidak mengajar putranya dengan baik, seorang guru akan dikatakan sebagai pemalas jika tidak mengajar muridnya dengan keras.’ Bukankah dengan ini sudah bisa terlihat alasan utamanya? Jadi rasanya tidak ada yang perlu dipermasalahkan lagi.”
Baiklah, kali ini terdengar sedikit kasar. Tiba-tiba seseorang berteriak dengan emosi, “Hal gila apa yang baru kamu katakan! Hati-hati dengan perkataanmu!”
Kemudian dia berbalik untuk mencoba membujuk Xue Meng dengan wajah ramah, “Tuan muda Xue, janganlah terlalu cemas…”
“Bagaimana mungkin aku tidak cemas?” Xue Meng memotong dengan cepat. “Kalian tidak merasakan apapun di posisi kalian, tapi dia adalah Shizunku! Guruku!! Aku sudah tidak melihatnya dalam beberaa tahun. Aku tidak tahu jika dia sudah mati atau masih hidup, jika hidup, aku tidak tahu bagaimana keadaannya. Kalian pikir mengapa aku berdiri di sini?”
Nafasnya terengah-engah, matanya menjadi merah.
“Kalian pikir Mo Weiyu akan turun sendiri dan berlutut meminta maaf pada kalian semua jika kalian menunggu seperti ini?”
“Tuan muda Xue…”
“Selain Shizun, aku tidak memiliki siapapun lagi yang dekat denganku.” Dia melepaskan bagian jubahnya yang sedari tadi dipegang oleh pendeta tua itu, dan berkata parau, “Jika kalian memang tidak ingin pergi, aku akan pergi sendiri.”
Setelah mengatakan hal tersebut, dia berjalan menuju puncak pegunungan itu seorang diri, tanpa membawa apapun kecuali pedang di tangannya.
Udara yang dingin dan lembab diikuti suara daun kering yang tertiup angin. Di dalam tebalnya kabut, terdengar seperti suara bisikan roh dan jiwa yang lama menghilang yang berjalan di antara pepohonan dan pegunungan.
Xue Meng berjalan seorang diri menuju puncak pegunungan itu, menuju kediaman megah Mo Ran yang hanya diterangi oleh cahaya lilin. Tiba-tiba dia melihat tiga makam di bawah menara TongTian. Saat dia mendekat agar bisa melihat lebih jelas, di salah satu batu nisan yang telah tertutup oleh rumput yang tinggi, tertulis sebuah kalimat yang sedikit tidak beraturan namun masih tetap bisa dibaca, “Makam Selir Chu Ji yang dikukus.”
Berseberangan dengan “Selir yang dikukus”, makam kedua sepertinya masih belum terlalu lama, karena tanahnya masih terlihat baru. Di batu nisannya tertulis, “Makam Ratu Song yang digoreng hingga kecoklatan.”
“…”
Jika hal ini terjadi sepuluh tahun yang lalu, Xue Meng pasti akan tertawa kencang saat membaca kalimat tersebut.
Pada waktu itu, dia dan Mo Ran adalah murid dari guru yang sama, dan Mo Ran adalah murid yang paling jahil di antara yang lain. Walaupun Xue Meng tidak terlalu menyukainya dari awal, namun dia sering tercengang dengan keunikan saudara seperguruannya itu.
Dia sama sekali tidak mengerti maksud “Selir yang dikukus” dan “Ratau yang digoreng hingga kecoklatan”. Namun Xue Meng berpikir jika ini adalah sebutan Mo Ran untuk kedua istrinya. Sebutan ini tidak berbeda jauh dengan Wangba, XieYa, dan Ji Ba. Walaupun demikian, dia tidak tahu mengapa dia memberi sebutan demikian untuk kedua istrinya.
Xue Meng kemudian melihat ke arah makam ketiga.
Di bawah langit malam, makam itu masih terbuka. Ada sebuah peti mati di sana, namun tidak ada tubuh yang berbaring di dakamnya. Bahkan masih belum ada tulisan apapun di atas batu nisannya.
Di dekat makam itu terdapat sebotol kecil anggur putih dari buah pir, semangkuk pangsit pedas yang kini sudah dingin, beberapa piring hidangan sampingan yang pedas, yang semuanya adalah makanan favorit Mo Ran.
Xue Meng merasa keringat dinginnya menetes.
Dia tidak percaya dengan apa yang dia lihat ini. Yang dia tahu, Mo Ran adalah seseorang yang tidak akan pernah lelah walaupun kematian sudah di hadapannya. Dia tidak mengenal yang namanya menyerah, dan jika dilihat dari tindakannya selama ini, dia pati akan melawan para pemberontak itu hingga mereka mengalami kekalahan yang pahit. Jadi mengapa dia…
Sepuluh tahun ini, Mo Ran berdiri di puncak kekuasaan. Apa yang sebenarnya dia cari? Apa yang sebenarnya terjadi?
Tidak ada yang tahu.
Xue Meng berbalik dan sekali lagi memasuki kegelapan, berjalan dengan langkahnya yang lebar menuju istana Wushan yang terlihat terang.
Di dalam istana Wushan, mata Mo Ran tertutup, dan wajahnya terlihat sangat pucat. Perkiraan Xue Meng benar. Sepertinya Mo Ran memang berniat untuk mati. Lubang kubur itu pastilah dia sendiri yang menggalinya. Dua jam sebelumnya, dia menggunakan sihir komunikasi untuk mengusir seluruh pelayannya, sebelum akhirnya dia menelan racun.
Tingkat kultivasinya sangatlah tinggi, itulah mengapa efek dari racun tersebut sangatlah lambat untuk masuk ke seluruh bagian tubuhnya. Maka dari itu, rasa sakit saat seluruh organ tubuh mulai digerogoti oleh racun tersebut tidak bisa ditahan.
“Creak.” Pintu hall tersebut terbuka.
Mo Ran tidak menoleh, dia sedikit terengah-engah dan berkata, “Xue Meng. Itu kamu, kan? Apakah kamu sudah datang?”
Di atas lantai emas aula tersebut, Xue Meng berdiri tegak dan terlihat gagah, ikatan ekor kudanya terjatuh, dan baju zirahnya terlihat bersinar.
Ini adalah reuni dari mereka yang sebelumnya pernah menjadi saudara seperguruan. Mo Ran duduk bersandar sambil menopang dagunya, tatapan matanya terlihat kosong, dan bulu matanya terlihat tebal di antara matanya yang tertutup.
Semua orang tahu jika dia adalah iblis dan sangat kejam, namun sebenarnya, dia memiliki wajah yang tampan. Garis hidungnya terlihat lembut, bibirnya tipis dan lembab, bahkan penampilannya terlihat memiliki kebaikan dan kelemahlembutan. Jika dilihat dari wajahnya, semua orang pasti berpikir jika dia adalah orang yang penuh kasih dan penyayang.
Saat Xue Meng melihat wajahnya, dia tahu jika Mo Ran telah meminum racun seperti yang sudah dia duga. Sangat susah untuk menggambarkan perasaannya saat itu. Dia membuka mulutnya, namun tidak ada kalimat yang keluar. Pada akhirnya, dia mengepalkan tangannya dan bertanya satu hal, “Dimana Shizun?”
“…Apa?”
Xue Meng sekali lagi berkata dengan keras, “AKU BERKATA, DIMANA SHIZUN??? GURUMU, GURUKU, GURU KITA!!”
“Oh.” Mo arah berdehem pelan. Dan akhirnya, dengan perlahan, dia membuka matanya. Pupil matanya berwarna hitam keunguan. Memandang langsung ke arah Xue Meng, melihat lapis demi lapis ke masa lalu.
“Ah, setelah aku memikirkannya, sudah dua tahun berlalu semenjak kamu dan Shizun berpisah di Istana Taxue di Pegunungan Kunlun.” Mo Ran tersenyum lemah saat dia berbicara.
“Xue Meng, apakah kamu merindukannya?”
“HENTIKAN OMONG KOSONGMU! KEMBALIKAN DIA PADAKU!”
Mo Ran melihat ke arahnya dengan tenang, menahan rasa sakit yang mulai terasa di perutnya. Ada cibiran di bibirnya ketika dia menyandarkan punggungnya kembali di kursi kekaisarannya. Kegelapan mulai menyerang penglihatannya. Dia hampir bisa merasakan organ bagian dalamnya mulai terkoyak perlahan, meleleh, dan hancur menjadi satu dengan aliran darahnya.
Mo Ran menjawab dengan malas, “Mengembalikannya padamu? Bodoh. Mengapa kamu tidak menggunakan otakmu untuk sedikit berpikir? Shizun dan diriku saling menyimpan kebencian yang sangat dalam. Mengapa aku harus membiarkannya hidup di dunia ini?”
“KAUU~!!” Wajah Xue Meng tiba-tiba pucat, seakan seluruh darahnya seperti tersedot dari sana. Bola matanya membesar dan dia berjalan mundur perlahan, “Kamu tidak akan… kamu tidak mungkin…”
Suara Xue Meng terdengar bergetar, “Tapi dia adalah… Dia adalah gurumu… Bagaimana mungkin kamu tega membunuhnya?”
Dia melihat ke arah Mo Ran yang duduk di atas kursi kebesarannya. Jika penguasa di Surga adalah Fuxi, Yanluo di Neraka, maka Mo Weiyu adalah penguasa dunia manusia. Namun untuk Xue Meng, walaupun Mo Ran menjadi kaisar yang terkenal di dunia manusia, dia tidak seharusnya menjadi seperti ini.
Seluruh tubuh Xue Meng bergetar, dan air matanya mengalir bersama dengan amarahnya, “Mo Weiyu, apakah kamu masih menganggap dirimu manusia? Dia pernah…”
Mo Ran menaikkan alisnya pelan, “Dia pernah apa?”
Suara Xue Meng terdengar bergetar, “Kamu seharusnya tahu dengan pasti bagaimana dia memperlakukanmu dulu…”
Mo Ran tiba-tiba tertawa, “Apakah kamu menyuruhku mengingat bahwa dia pernah menghajarku hingga seluruh tubuhku penuh dengan darah, yang membuatku harus berlutut dan mengakui semua kesalahanku? Atau kamu ingin membuatku mengingat bahwa karena dirimu, orang yang tidak penting, dia menghalangiku sebanyak tiga kali, menggagalkan semua kerja kerasku?”
Xue Meng menggelengkan kepalanya sedih, “…”
Bukan begitu Mo Ran. Pikirkanlah sekali lagi. Hilangkan perasaan bencimu. Lihatlah lagi lebih jauh ke belakang. Saat dimana dia mengajarkan kultivasi dan bela diri padamu, dan tetap melindungimu. Dialah yang mengajarkanmu membaca dan menulis, mengajarimu membuat puisi dan melukis. Dia belajar memasak hanya untukmu, walaupun dia sangat ceroboh dan sering melukai jarinya. Dia juga… dia juga selalu menunggumu kembali setiap hari, seorang diri, mulai tengah malam… hingga subuh menjelang.
Banyak sekali kata yang terganjal di tenggorokannya, namun pada akhirnya, Xue Meng hanya bisa terisak, “Si…sifatnya memang keras, dan kata-katanya juga kasar. Namun, aku tahu dia tetap memperlakukanmu dengan baik, jadi mengapa… bagaimana kamu bisa…”
Xue Meng mengangkat kepalanya, namun karena terlalu banyak menahan kesedihan, tenggorokannya semakin terasa sakit, dan membuatnya tidak bisa mengatakan apapun lagi.
Ada jeda yang lumayan lama sebelum helaan nafas Mo Ran terdengar dari singgasananya, “Benar.”
“Namun Xue Meng, apakah kamu tahu?” Suara Mo Ran terdengar lelah, “Dia pernah membunuh satu-satunya orang yang pernah aku cintai. Satu-satunya.”
Suasana kembali hening untuk waktu yang lama. Rasa sakit di perutnya terasa seperti kobaran api. Daging dan darahnya terasa dirobek menjadi berkeping-keping.
“Namun demikian, kita pernah memiliki hubungan guru dan murid dengannya. Jasadnya ada di Paviliun Lotus Merah di Wilayah Selatan. Tubuhnya terbaring di antara bunga lotus, dalam kondisi yang masih sangat baik, seakan dia hanya tertidur.” Mo Ran mengatur nafasnya dan memaksakan dirinya untuk tenang. Saat dia mengatakan hal ini, ekspresinya terlihat kosong, namun jari-jarinya menggenggam erat meja dari kayu Rose Wood, hingga seluruh jarinya memutih.
“Tubuhnya masih dilindungi oleh energi spiritualku. Jika kamu merindukannya, janganlah menghabiskan waktumu di sini bersamaku. Cepatlah pergi sebelum aku mati.”
Cairan beraroma manis tiba-tiba naik ke tenggorokannya, membuat Mo Ran terbatuk beberapa kali. Dan saat dia membuka mulutnya lagi, hanya darah yang keluar dari mulut dan giginya. Namun, matanya tetap terlihat tenang.
Dia berkata dengan suara serak, “Pergi. Pergi dan temui dirinya. Jika kamu terlambat dan aku mati, kekuatan spiritual yang melindunginya akan hilang, dan dia akan berubah menjadi debu.”
Kemudian dia menutup matanya dengan putus asa. Racun itu mulai menyerang jantungnya, rasa terbakar membuatnya tersiksa. Penderitaannya itu terlihat sangat menyedihkan, bahkan Xue Meng juga seakan ikut merasakannya. Suara ratapan terdengar dari kejahuan, seakan lautan memisalkan jarak mereka sejauh ribuan mil, dan suaranya seperti keluar dari dalam air.
Darah masih terus mengalir dari sudut bibirnya, dan Mo Ran menggenggam lengannya dengan kuat, dan seluruh ototnya menegang.
Saat dia membuka matanya lagi, Xue Meng sudah lama pergi. Ilmu meringankan tubuh anak sialan itu tidaklah buruk. Dia tidak akan memerlukan waktu lama untuk berlari dari tempat itu menuju Wilayah Selatan. Dia pasti bisa bertemu dengan Shizun untuk terakhir kalinya.
Mo Ran memaksakan dirinya untuk berdiri, dan terhuyung saat dia mengangkat kakinya. Dia membuat segel dengan tangan yang dipenuhi dengan darah, yang mengirim dirinya menuju bagian depan dari istananya.
Saat ini adalah puncak Musim Gugur. Tanaman bunga Haitang terlihat sangat indah dan berayun mengikuti angin. Dia tidak tahu mengapa dia memilih tempat ini untuk mengakhiri hidupnya yang penuh dosa. Namun dia berpikir, karena bunga-bunga mekar dengan indah, maka tempat itu cukup baik sebagai makamnya.
Dia berbaring di dalam peti yang terbuka, dan mendongak, melihat bunga yang bermekaran di malam itu. Kelopak bunga yang mulai layu, berterbangan tanpa menimbulkan suara. Terbang ke dalam peti, terbang ke arah pipinya, seakan sedang menari dan bergerak, seperti masa lalu yang perlahan memudar.
Di kehidupan yang sekarang ini, dari anak haram yang tidak memiliki apa-apa, dan setelah mengalami berbagai macam ujian, dia menjadi satu-satunya kaisar di dunia manusia. Banyak sekali yang menghujatnya, dan tangannya juga dipenuhi dengan darah. Semua yang dia cintai, yang dia benci, yang dia inginkan, yang dia benci, pada akhirnya, tidak ada yang tersisa.
Pada akhirnya, dia juga tidak menuliskan apapun pada batu nisan miliknya dengan bakat menulis miliknya. Baik itu kalimat memalukan seperti “Kaisar pada Masanya”, atau sesuatu yang konyol seperti “digoreng” atau “dikukus”, dia tidak menulis apapun. Nisan dari kaisar pertama di dunia kultivasi, pada akhirnya, tidak memiliki satu kata pun yang tertulis di sana.
Panggung pertunjukan yang dibuka selama sepuluh tahun, akhirnya menutup tirainya.
Masih berjam-jam lagi saat para pasukan datang dengan obor terangkat tinggi, menyerbu kediaman sang kaisar seperti ular. Namun, yang menanti mereka hanyalah Istana Wushan yang kosong, Puncak Sisheng yang tidak berpenghuni, dan Xue Meng, yang menangis seorang diri hingga mati rasa, bersujud di tanah yang dipenuhi abu di Pavilius Lotus Merah.
Dan, di depan Istana kekaisaran, terbaring Mo Weiyu, yang tubuhnya sudah membeku.
*_*_*_*_*
Comments for chapter "Chapter 001 "
NOVEL DISCUSSION
Support Foxaholic Global
Your donations will go towards site costs and management.
Individual translators usually have their own ko-fi buttons.