The Husky And His White Cat Shizun (Chinese To Indonesia Translation) - Chapter 003
- Home
- The Husky And His White Cat Shizun (Chinese To Indonesia Translation)
- Chapter 003 - Shige Dari Dia Yang Patut Dihormati
Hmm… karena jiwanya kini terlahir kembali, apa mungkin kultivasinya juga ikut kembali bersamanya?
Mo Ran merapalkan mantera dan merasakan jika energi spiritualnya mendesak untuk keluar. Terasa sangat banyak, namun tidak terlalu kuat. Bisa dikatakan, jika kultivasinya tidak ikut kembali bersamanya.
Tidak apa-apa. Dia cukup pandai dan cepat belajar, selain itu bakat lahirnya juga cukup tinggi. Jadi dia bisa melakukan kultivasi lagi, jadi hal ini bukanlah sesuatu yang besar. Bisa terlahir kembali adalah sesuatu yang tidak bisa digantikan oleh apapun juga, jadi jika ada sesuatu yang tidak sempurna, maka itu bukanlah suatu masalah.
Berpikir demikian, Mo Ran dengan segera merubah ekspresi wajahnya dari muram dan kejam, menjadi ekspresi wajah yang cocok dengan seseorang berusia enam belas tahun. Dan dengan senang dia berjalan kembali menuju sekte.
Pertengahan musim panas. Sebuah kereta kuda bergerak dengan cepat, rodanya berputar cepat, namun tidak ada satu pun yang memperhatikan Mo Ran, pemuda berusia enam belas tahun itu.
Hanya beberapa wanita desa yang sedang beristirahat dan mengusap keringat mereka setelah mengurus ladang. Mereka akan memperhatikan pemuda yang sangat tampan dan memandanganya untuk beberapa waktu. Mo Ran membalas tatapan mereka dengan senyum, membuat wajah para wanita itu memerah dan akhirnya memalingkan wajah.
Mo Ran tiba di kota Wuchang pada sore hari. Kota itu cukup dekat dengan Puncak Sisheng, puncak yang cukup tinggi, bahkan dari kejahuan, dan dikelilingi oleh awan yang terlihat berwarna merah karena terkena cahaya matahari senja. Mo Ran memegang perut kosongnya dan berjalan menuju restoran. Dia melirik sebentar ke arah menu dan mengetuk pelan meja kasir dan memesan,
“Pelayan, aku ingin memesan ayam cincang, satu piring daging dengan saus cabai pedas, dua botol arak, dan satu piring irisan daging.”
Tempat itu adalah salah satu tempat istirahat yang cukup terkenal, sehingga sangat ramai sekali. Seorang pendongeng berada di atas panggung, mengibaskan kipas di tangannya, dan menceritakan kisah tentang Puncak Sisheng dengan banyak sekali gerakan, hingga membuat air liurnya ikut tersembur. Mo Ran memilih di duduk di tempat yang agak tersembunyi di dekat jendela, dan mendengarkan cerita tersebut sambil makan.
“Aku yakin jika semua pasti tahu jika dunia kultivasi ini dibagi menjadi dua bagian, dunia kultivasi atas dan dunia kultivasi bawah. Hari ini aku akan menceritakan tentang sekte terhebat di dunia kultivasi bawah, Puncak Sisheng. Apa kalian tahu jika ratusan tahun yang lalu, kota Wuchang ini sangatlah miskin dan terpencil karena berada dekat dengan pintu masuk Dunia Iblis? Tidak ada yang berani keluar saat malam tiba. Jika mereka memang harus melakukan perjalanan saat malam, mereka harus membunyikan lonceng pengusir hantu, membakar dupa dan uang kertas sambil berkata ‘Manusia dipisahkan oleh gunung, hantu dipisahkan oleh kertas’ sambil berjalan secepat yang mereka bisa. Namun saat ini, kota ini sangat ramai dan berkembang, tidak berbeda dengan kota yang lain. Kita harus berterima kasih pada Puncak Sisheng untung hal ini. Sekte yang hebat ini berdiri tepat di pintu masuk Dunia Iblis, di antara perbatasan Yin dan Yang. Walaupun sekte ini belum lama berdiri…”
Mo Ran sudah sering sekali mendengar cerita ini, bahkan hampir saja membuat telinganya ditumbuhi oleh jamur, dan akhirnya dia mulai melihat ke arah luar jendela. Dan tepat sekali pada waktu itu, sebuah kios baru saja didirikan di sana. Terlihat beberapa pendatang menggunakan jubah kultivator sambil membawa kandang yang ditutup oleh kain hitam, seakan mereka akan melakukan pertunjukan sulap jalanan.
Hal ini terlihat lebih menarik jika dibandingkan dengan cerita sang pendongeng. Dan Mo Ran memfokuskan perhatiannya pada pertunjukan itu.
“Berkumpul, berkumpul semua! Datang dan lihatlah anak Pixiu ini. Binatang sihir yang terkenal kejam telah kami jinakkan untuk melakukan pertunjukan ini dan bahkan bisa berhitung! Tidak mudah untuk melakukan pertunjukan keliling seperti ini, maka siapkan sedikit tips dan tetaplah di sini. Mari kita lihat trik pertama—Sempoa Pixiu!”
Kultivator itu membuka kain hitam penutup dengan semangat dan bisa dilihat sepasang wajah manusia, dengan tubuh seperti beruang di dalam kandang itu.
Mo Ran, “…”
Hanya anak beruang seperti itu? Dan kalian berkata kalau mereka adalah Pixiu? Ini hanyalah sebuah omong kosong. Hanya mereka yang memiliki otak keledai saja yang akan percaya.
Namun mata Mo Ran membesar tidak lama kemudian, saat dua puluh hingga tiga puluh otak keledai berkumpul untuk menonton, berteriak senang, dan bertepuk tangan. Tentu saja hal ini juga menarik perhatian para tamu di restoran tersebut, membuat sang pendongeng menjadi canggung.
“Pimpinan Puncak Sisheng saat ini adalah seorang pria dengan kekuatan yang luar biasa dan pandai…”
“Bagus!! Sekali lagi!”
Dengan penasaran, sang pendongeng tersebut melirik ke arah pemilik suara tersebut, dan melihat para tamu dengan wajah yang merah karena bersemangat, namun tatapan mereka itu mengarah pada pertunjukan keliling di luar, bukan pada dirinya,
“Oh? Apakah Pixiu itu sedang berhitung?”
“Wow, sangat luar biasa!”
“Pertunjukan yang bagus! Buat Pixiu itu melempar apel sekali lagi!”
Seluruh restoran tersebut tertawa, seluruh pengunjung berkumpul di jendela untuk melihat pertunjukan di luar. Sedangkan sang pendongeng dengan susah payah berusaha untuk melanjutkan, “Sang Master cukup terkenal karena kipas miliknya, dia…”
“Ahahaha, Pixiu berwarna cerah itu ingin memakan apelnya, lihat dia bergulung-gulung di tanah!”
Pendongeng itu mengusap wajahnya dengan handuk kecil, bibirnya gemetar menahan marah.
MoRan mengatupkan bibirnya dan tersenyum, dengan santai berteriak dari balik tirai, “Lupakan Puncak Sisheng, ceritakan kisah dari <<Delapan Belas Sentuhan>>, aku jamin kalau hal itu akan menarik kembali minat mereka.”
[Delapan Belas Sentuhan : Cerita erotis tradisional China]
Sang pendongeng tidak tahu jika pemuda di balik tirai tersebut adalah tuan muda dari Puncak Sisheng, Mo Ran, dan dengan mengumpulkan seluruh moral yang dimilikinya, pendongeng itu berteriak, “Ce, cerita vulgar seperti tidak cocok dengan te-tempat selegan seperti ini.”
Mo Ran tertawa, “Kamu menyebut tempat ini elegan? Mengapa kamu tidak merasa malu.”
Kemudian, sebuah keributan terdengar dari bawah.
“Ah! Itu adalah kuda yang cepat!”
“Dia pasti kultivator dari Puncak Sisheng!”
Di tengah keramaian tersebut, sebuah kuda hitam melaju kencang dari arah Puncak Sisheng dan menabrak pertunjukan jalanan tersebut dengan cepat seperti kilat!
Ada dua orang di atas kuda tersebut, yang satu mengenakan topi bambu dan tertutup jubah hitam, membuatnya tertutup sepenuhnya sehingga tidak bisa melihat berapa usianya. Dan yang satu lagi adalah seorang wanita berusia antara tiga puluh atau empat puluh tahun, dengan tangan dan wajah yang mulai keriput.
Wanita itu langsung menangis saat melihat sosok beruang tersebut. Dia segera turun dari atas kuda dan menerobos kerumunan tersebut, berjongkok dan langsung memeluk salah satu dari mereka sambil meratap, “Anakku!! Oh, anakku…”
Seluruh penonton tertegun. Seseorang tiba-tiba bergumam sambil menggaruk kepalanya, “Eh? Bukankah mereka anak Pixiu? Mengapa wanita ini memanggil dia anak?”
“Mungkin dia ibu Pixiu itu?”
“Aiyo, kalau begitu hal ini sangat luar biasa, apalagi Pixiu wanita bisa berubah menjadi manusia.”
Para penonton itu sama sekali tidak memiliki pengetahuan atau pengalaman, maka mereka hanya bisa berkata omong kosong saja, namun Mo Ran dengan segera mengetahui alasannya.
Ada rumor yang mengatakan jika ada kultivator yang suka menculik anak, memotong lidahnya sehingga mereka tidak bisa bicara, membakar kulit mereka dengan air panas, dan menyuntikkan darah hewan dalam nadi mereka, sehingga kulit anak tersebut menjadi seperti hewan yang darahnya mereka suntikkan ke mereka.
Anak-anak tersebut tidak bisa berbicara ataupun menulis, sehingga mereka tidak memiliki pilihan lain selain menderita dan dengan patuh melakukan trik seperti sempoa Pixiu. Dan jika mereka menolak, mereka akan mendapat pukulan dari para kultivator tersebut.
Tidak heran jika Mo Ran sama sekali tidak merasakan adanya energi jahat, ternyata “Pixiu” ini memang bukanlah monster, melainkan manusia…
Saat dia berpikir tentang hal ini, sosok dengan jubah hitam itu membisikkan sesuatu pada kultivator tersebut yang tidak lama kemudian terlihat marah, “Minta maaf? Hal ini tidak ada dalam kamus kami! Memang kenapa jika anda berasal dari Puncak Sisheng? Urus saja masalahmu sendiri! Serang dia!”
Dengan segera, mereka langsung berlari menuju sosok berjubah hitam itu untuk menyerangnya.
“Aiyo.” Melihat saudara seperguruannya diserang seperti itu, Mo Ran hanya tertawa kecil, “Seram sekali.”
Dia sama sekali tidak memiliki niat untuk membantu. Dia membenci rasa keadilan dan suka ikut campur yang selalu dilakukan oleh sektenya, bahkan semenjak kehidupannya yang dulu. Banyak dari mereka senang sekali menyibukkan diri mereka dengan masalah yang muncul, seperti barisan manusia bodoh. Bahkan mereka akan segera berlari untuk menolong saat kucing milik nyonya Wang tidak bisa turun dari atas pohon. Mulai dari pimpinan sekte hingga bawahan yang terendah sekalipun, mereka semua bodoh.
Ada banyak sekali ketidakadilan di dunia ini, namun mengapa mereka senang sekali ikut campur di semua masalah itu, hal tersebut benar-benar sangat mengesalkan.
“Mereka bertarung, mereka bertarung! Hoaa! Benar-benar pukulan yang kuat!”
Seluruh isi restoran itu berkumpul dan melihat kejadian tersebut.
“Banyak orang melawan satu orang saja, mengapa kalian sangat memalukan sekali!”
“Awas, belakangmu tuan! Aiya! Hampir saja! Ayayayaya…”
“Hindaran yang bagus!”
Orang-orang ini senang sekali melihat pertarungan, namun tidak dengan Mo Ran. Dia sudah terlalu banyak melihat pertarungan dan pertumpahan darah, jadi apa yang kini terjadi di hadapannya itu hanyalah seperti kutu yang melompat. Dengan malas, dia membersihkan sisa-sisa kacang di pakaiannya dan berdiri untuk pergi.
Di bawah, para kultivator dan sosok berjubah hitam itu dalam posisi seimbang, dengan pedang yang masih saling beradu. Mo Ran menyilangkan tangan dan bersandar di pintu restoran, menatap sekilas dan berdecak tidak senang.
Memalukan sekali.
Semua orang dari Puncak Sisheng adalah petarung terkuat yang mampu menghadapi sepuluh orang sekaligus walau seorang diri, namun sosok berjubah ini tidaklah terlalu bisa dalam bertarung. Dia dijatuhkan dari kudanya oleh para kultivator itu, dikerumuni dan ditendang, namun dia masih tetap bertahan.
Sebaliknya, dia berkata dengan lemah, “Pria terhormat berbicara dengan mulut, bukan dengan kekuatan mereka. Aku berbicara padamu baik-baik, tapi mengapa kalian tidak mau mendengarnya?”
Para kultivator, “…”
Mo Ran, “…”
Para kultivator itu berpikir, Apa maksudnya? Dia sudah dalam kondisi seperti ini namun masih bisa berkata hal seperti itu? Apa otaknya itu terbuat dari bakpao, kosong di bagian dalam?
Namun wajah Mo Ran berubah dalam sekejap, dan kepalanya terasa pusing untuk sesaat. Dia menahan nafas, matanya terbuka lebar tidak percaya—suara ini…
“Shi Mei!” Mo Ran berteriak dan berlari mendekat ke arahnya dengan tidak senang. Dengan satu serangan yang penuh dengan energi spiritual, dia memukul mundur lima kultivator tersebut. Dia berlutut dan membantu sosok hitam yang penuh dengan bekas sepatu untuk berdiri. Dia tidak bisa menahan suaranya yang terdengar bergetar…
“Shi Mei, apa itu kamu?”
*_*_*_*_*