The Lofty Fierce Consort (English - Indonesian Translation) - Bab 1
Di taman belakang kediaman Marquis Weiyuan, tiba-tiba terdengar teriakan yang menghancurkan ketenangan sore hari di musim panas.
Para pelayan dan nenek yang mendengar suara itu segera bergegas. Dalam perjalanan, mereka mendengar seseorang berteriak dengan panik “Tuan muda keempat telah jatuh ke dalam air”. Beberapa diantara mereka memperlambat langkahnya, bertukar pandangan aneh dan menemukan alasan untuk berada di tempat lain.
Tentu ada yang datang, namun mereka hanya menonton dari jarak jauh dan tidak mendekat.
“Seseorang cepat datang. Apakah ada yang bisa berenang?”
“Cepat dan panggil beberapa nenek dan pelayan laki-laki yang tahu cara berenang. Tuan muda keempat telah jatuh ke dalam air…..”
Ying’er dan Yan’er sama-sama panik, wajah mereka berlinang air mata. Ada beberapa pelayan dan nenek yang berdiri di samping, tapi tak seorangpun yang membantu. Mereka terus menerus mundur, memberi alasan bahwa mereka tak bisa berenang dan mereka juga harus menjaga tuan muda ketiga.
Yan’er masih mencari bantuan ketika Ying’er menggertakan gigi, menghentakkan kakinya, berbalik dan melompat ke dalam danau.
“Ying’er, kau tak bisa berenang… dasar manusia-manusia tak punya hati….” Yan’er menangis dengan pilu. Melihat orang disekitarnya tak mau membantu, ia pergi memanggil bantuan dari mereka yang berdiri lebih jauh.
Beberapa terlalu takut untuk bergerak, beberapa berlarian dengan panik mencari tiang bambu panjang, dan yang lainnya hanya berteriak mencari pelayan laki-laki yang bisa berenang…..
Pemandangan itu kacau selama beberapa waktu.
Walaupun semua orang sepertinya sedang melakukan sesuatu, tak seorang pun dari mereka melakukan sesuatu yang berguna. Semua orang seakan melupakan anak di danau, dan pelayan wanita yang tak bisa berenang.
Di saat ini, siluet merah terang mungil melintas.
Dia terlihat berusia sekitar sepuluh tahun. Rambutnya hitam legam, kulitnya cerah. Ia memiliki mata burung phoenix dan bibir semerah ceri. Ia mengenakan jubah merah terang dan tampak cemas, mendesak bertanya: “Dimana Ah Mo?”
“Nona ketiga, tuan muda telah jatuh ke dalam air. Ying’er tidak tahu bagaimana cara berenang tapi melompat setelahnya…. pelayan ini memanggil orang-orang tapi tak ada dari mereka yang membantu…..”
Hati gadis muda itu merasa cemas saat ia melihat pemandangan sekeliling yang kacau.
Bersama gadis muda itu datang seorang wanita paruh baya berkulit lebih gelap: “Jangan panik nona ketiga. Pelayan ini akan masuk dan melihat. Anda harus cepat dan menginstruksikan yang lain untuk membantu. Saya khawatir danau ini terlalu besar dan mungkin sulit untuk segera menemukan mereka.”
Tepat setelah ia berbicara, ia melompat dengan cepat ke dalam air.
Barulah gadis muda itu merasa sedikit lega. Ia menatap dengan murka pada para pelayan dan nenek yang terlihat tidak nyaman, dan tatapannya kemudian tertuju pada tuan muda ketiga Yan Hong yang dikelilingi oleh orang-orang itu.
Yan Yan memahami hal dengan jelas dan khawatir sekaligus marah. Sebelum adiknya diselamatkan, tak ada gunanya mengatakan apa-apa. Melihat bagaimana tidak ada yang membantu meski ada banyak pelayan di sekitar, ia menjadi semakin marah.
Pergelangan tangannya bergerak pelan saat dia menarik sesuatu dari pinggangnya. Tanpa penjelasan apapun, ia menyerang. Hanya ketika seseorang dipukul, orang-orang itu meihat jelas apa yang ia pegang di tangannya: yang ternyata cambuk coklat tua yang melingkar.
Cambuk ini tidak panjang, panjangnya sekitar dua meter. Meskipun warnanya tak cerah, namun sangat mengkilap. Jelas bahwa cambuk ini dikepang dengan bahan berkualitas tinggi.
“Aiya, nona ketiga sedang memukuli orang.” Seseorang licik, berteriak sambil memegangi leher mereka bahkan sebelum mereka dipukul.
Yan Yan telah marah dan kesal sejak awal, melihat seseorang bermain-main dengannya amarahnya semakin membara.
Ia menyerbu ke kerumunan, melambaikan cambuknya pada orang-orang itu. Beberapa segera mundur, yang lain menutupi kepala mereka dan melarikan diri, pemandangan yang kacau. Tindakannya gesit dan ia bergerak secepat angin. Ketika ia melihat seseorang mendekati air, ia menendang orang itu ke danau. Cukup mencengangkan berapa besar kekuatan yang dimiliki gadis berusia sepuluh tahun ini.
“Tuannya telah jatuh ke dalam air tapi kalian bahkan tak berpikir untuk membantu. Kau benar-benar berani memberi tahu nona ini kau tidak tahu cara berenang. Meski kau tak bisa berenang, bukankah kau tau cara meminta bantuan? Jika sesuatu terjadi pada tuan muda keempat hari ini, akan kubuat kau semua membayar dengan hidupmu…..”
Semua ini terjadi dalam beberapa saat. Beberapa orang di tepi danau jatuh ke dalam air seperti pangsit dan danau itu tiba-tiba dipenuhi dengan ratapan dan lolongan. Beberapa menangis minta tolong sementara mereka yang bisa berenang mengapung di air dan tidak berani bergerak saat melihat kemarahan nona ketiga yang garang.
Pemandangan itu menjadi kacau sekali lagi. Beberapa lari meminta bantuan. Orang-orang lain yang dekat dengan mereka di dalam air segera mengulurkan tangan mereka, tetapi sayangnya ditendang ke dalam air sebelum mereka dapat menjangkau siapa pun.
“Mengapa kalian tidak begitu proaktif saat tuannya tercebur?” Yan Yan sepertinya sudah gila saat ia berteriak sambil mencambuk.
Tuan muda ketiga Yan Hong duduk di lantai menggigil ketakutan. Sejak ia masih muda, bahkan jika ia nakal, ia belum pernah melihat pemandangan seperti itu sebelumnya. Ia menangis saat pengasuhnya memeluknya erat-erat sambil gemetar.
Pelayan tuan muda ketiga semua telah ditendang ke dalam air, dan pengasuh adalah satu-satunya yang tersisa. Pengasuh ini tak berani menampilkan diri, dan hanya bisa memeluknya dengan erat, menggunakannya sebagai jimat pelindung dengan harapan nona ketiga tak akan menendangnya ke dalam air.
Apa yang terjadi selanjutnya membuktikan bahwa ia membuat pilihan yang benar. Dalam sekejap mata, semua orang di sekitar mereka telah jatuh, meninggalkannya sendiri di samping tuan muda ketiga.
Catatan penulis: Walaupun cerita ini terkait dengan “Serangan Balik Sang Pelayan Serdadu Umpan Meriam”, ceritanya sebenarnya cukup independen. Ingat si gendut Yun yang suka bercanda dulu? Ingat Permaisuri Yun yang terkenal galak itu? Ini adalah kisah mereka.