The Princess Wei Yang (English - Indonesian Translation) - Chapter 94 (3)
- Home
- The Princess Wei Yang (English - Indonesian Translation)
- Chapter 94 (3) - Menaiki Naga, Mengejar Phoenix
Chapter 94 (3): Menaiki Naga, Mengejar Phoenix1
Li Wei Yang sedang dalam suasana hati yang buruk, tetapi melihat ini, ia tersenyum, berbalik dan mengatakan: “Pergi siapkan kain bersih.”
Bai Zhi menjulurkan kepalanya keluar dan langsung tertawa: “Baik.”
Li Min De masuk ke dalam, basah kuyup karena hujan. Bai Zhi dan Mo Zhu bergegas menyiapkan kain bersih untuknya mengeringkan diri. Rambutnya juga basah kuyup, membuat air terus menetes di lantai.
Li Wei Yang terkekeh lembut: “Apa yang kau lakukan di sini?”
Li Min De mengernyit: “Di tengah malam—“
Li Wei Yang melambaikan tangannya, menggesturkan agar para pelayan di sisinya mundur.
“Zhao Nan memberitahumu semuanya.”
Kakak beradik Zhao Nan dan Zhao Yue adalah anak buah Li Min De. Melapor kembali padanya, sudah bisa diduga, tetapi Li Min De merasa sedikit malu, wajahnya memerah. Itu pasti kelihatan seolah ia memantau tindakannya dengan cermat.
Takut kalau Li Wei Yang akan salah paham, ia bersiap untuk menjelaskan ketika Li Wei Yang menggelengkan kepalanya, membiarkannya tahu bahwa ia tidak keberatan: “Aku juga tidak mau menyembunyikan ini darimu.”
Lega, Li Min De pun melanjutkan: “Tetapi Da bo fu tidak menyingkirkan Li Chang Le, bahkan mengirimkannya kembali ke pegunungan, secara tak langsung melindunginya!”
Li Wei Yang menatap hujan lebat dan tersenyum datar: “Ia waspada terhadap keluarga Jiang. Kalau tidak, karena perbuatannya selama upacara pemakaman, ia pasti sudah lama tiada.”
Li Min De meringis: “Dulu Pangeran Kelima, sekarang Pangeran Ketiga. Bagaimanapun juga, Li Chang Le tidak dirugikan.”
Li Wei Yang mendadak tertawa terbahak-bahak: “Konyol. Tentu saja ia berhadapan dengan kerugian, yang ada, itu kerugian besar.”
Li Min De berpikir sejenak kemudian mengerti: “Benar! Pangeran Kelima sungguh-sungguh menyukainya, bahkan menjanjikannya untuk menjadikannya Zheng fei, tetapi ia mengabaikan perasaannya. Tuo Ba Rui tidak akan pernah memaafkannya dan Tuo Ba Zhen! Setelah menyinggung Tuo Ba Rui, kini ia harus berurusan dengan Pangeran Kelima dan Pangeran Ketujuh, membuat Tuo Ba Zhen banyak kerjaan di tangannya!”
Li Wei Yang tersenyum tipis: “Ini hanya salah satu alasannya. Tuo Ba Zhen juga akan membenci kebodohan Li Chang Le dan karena harus menikahinya seperti ini. Berdasarkan kepribadiannya, ia akan membalas dendam ini padanya ratusan kali lipat. Aku penasaran, seberapa menghiburnya pasangan ini nanti.”
Sewaktu ia mengatakan ini, kepuasan dan kesenangan yang tak terselubung muncul di matanya. Li Min De tidak menyadarinya, bahkan jika ia melihatnya, ia berpura-pura seolah ia tidak melihatnya.
Ia akan selalu mendukungnya tanpa syarat dan memercayainya, tetapi—“Banyak hal bisa berubah dalam tiga tahun. Aku juga mendengar bahwa Jiang Xu kembali ke ibu kota.”
“Oh—jadi, Da jiu jiu pulang.”
Li Wei Yang tersenyum, pantas saja Li Xiao Ran cepat-cepat mengubah pikirannya dan mengampuni nyawa Li Chang Le.
“Ia pasti buru-buru kembali untuk pemakaman.”
Kehilangan dua adik perempuan, satu per satu, mungkinkah ia tak bisa lagi duduk diam?
Ia berpikir dan bertanya: “Siapa lagi yang kembali bersamanya?”
“Masih belum jelas. Orang-orang yang kuutus hanya menemukan bahwa Jiang Xu akan tiba di ibu kota dalam waktu kurang dari tiga hari.”
Li Wei Yang mengangguk, melihat keluar jendela ke hujan lebat dan mencemooh. Badai yang akan datang cepat atau lambat, akhirnya tiba.
***
Keesokan paginya, sebuah undangan datang dari istana. Ibu Suri memanggil Li Wei Yang ke istana. Kabar itu membuat semua orang tercengang dan kaget.
Setelah merias wajahnya, Li Wei Yang mengikuti kasim kembali ke istana. Mereka sampai di pintu istana Ibu Suri. Ia meletakkan kantong sutra yang telah dipersiapkan sebelumnya ke tangan seorang nu guan2.
Nu guan itu menimbang-nimbang kantong di tangannya, kemudian tersenyum: “Xian Zhu, silakan.”
Ketika Li Wei Yang lewat, nu guan itu membisikkan: “De Fei niang niang datang kemari semalam.”
Terkejut, Li Wei Yang mengerutkan dahi.
Zhang De Fei, apa yang diinginkannya! Wanita ini selalu membuat masalah untuknya!
Nu guan melihat Li Wei Yang sudah paham, tersenyum dan memandunya masuk ke dalam. Li Wei Yang berjalan masuk ke aula, tetapi kali ini pikirannya tidak tenang. Ibu Suri menunggu, duduk di posisi yang tinggi yang dipisahkan oleh hamparan dupa cendana, wajahnya kaku.
Li Wei Yang menyapanya dengan hormat: “Wei Yang memberi hormat pada Ibu Suri.”
Terakhir kali mereka bertemu, Ibu Suri sopan dan ramah, tetapi kini, ia bahkan tidak terlihat membiarkan Li Wei Yang bangkit. Ia duduk di sana dalam diam, mengamati Li Wei Yang dari kepala sampai ujung kaki.
Bahkan cucu perempuannya sendiri saja tidak memiliki pembawaan sehalus ini.
Ibu Suri teringat apa yang telah dikatakan Zhang De Fei dan menghela napas: “Aku dengar, Ibumu baru saja meninggal dunia.”
“Menjawab Ibu Suri, benar.”
Ibu Suri masih belum mengizinkannya untuk duduk, jadi Li Wei Yang hanya bisa berdiri di sana dan menjawab.
Suara Ibu Suri jadi tegas: “Ibumu meninggal, seorang anak perempuan harus menjalankan baktinya selama tiga tahun. Selama tiga tahun ini, kau harus memerhatikan ucapan dan tindakanmu.”
“Baik, Wei Yang mengerti.”
Li Wei Yang ingat, cucu lelaki favorit Ibu Suri adalah Pangeran Ketujuh, Tuo Ba Yu. Wajahnya tidak berubah selagi ia menjawab dengan sopan, tidak memperlihatkan rasa frustasinya. Sebenarnya, ia agak tidak senang. Terakhir kali, Zhang De Fei kalah, jadi ia berpaling ke Ibu Suri dan ingin Ibu Suri menghentikannya bertemu Tuo Ba Yu?
Zhang De Fei ini terlalu memandang tinggi putranya, sedangkan apa yang De Fei hargai dan ingin lindungi, Li Wei Yang tidak menginginkannya! Entah itu Ce fei-nya Pangean, Zheng fei, atau bahkan Permaisuri jika Tuo Ba Yu menjadi Kaisar suatu hari nanti, ia juga tidak akan menginginkannya!
Wajah Ibu Suri formal dan kaku: “Bagus, kau anak yang bijaksana. Kau tahu apa yang harus kau lakukan dan tidak lakukan.”
Ia berhenti di sana, tetapi niatnya jelas. Meskipun Li Wei Yang pintar dan bijaksana, ia tidak pantas untuk Tuo Ba Yu dan tidak akan pernah terpilih sebagai Zheng fei karena ia adalah anak perempuan dari seorang pelayan. Bahkan jika ia cerdas dan Ibu Suri memberinya hadiah, ia tidak akan membiarkannya menjadi Qi huang zi fei.
Li Wei Yang memahami apa yang telah dikatakan Ibu Suri. Ia mengenal Ibu Suri dengan cukup baik. Tahun itu, Ibu Suri jauh darinya, karena statusnya sebagai kelahiran selir. Ia menghabiskan banyak waktu dan usaha untuk membuat Ibu Suri menyukainya dan menerimanya karena Tuo Ba Zhen tidak disayangi, tidak seperti Tuo Ba Yu berharganya Ibu Suri.
Tentu saja, Li Wei Yang memahami sentimennya. Ibu Suri ada di hirarki teratas di Da Li, ia tidak boleh menentangnya secara langsung, belum lagi menyebutkan, itu tidak masuk akal dan bodoh. Li Wei Yang tidak akan melakukan sesuatu yang tidak diyakininya.
Ibu Suri memulai: “Karena kau sudah datang ke istana, maka bantu Ai jia menyalin kitab Buddha.”
Li Wei Yang membungkuk: “Baik.”
Tempat berdoa Ibu Suri tepat di belakang aula utama. Ibu Suri berdiri. Seorang nu guan memegang tangannya dan membimbingnya keluar. Li Wei Yang langsung mengikuti. Ketika ia sampai di kuil Buddha, Ibu Suri mulai merapalkan sutra dari kitab Buddha. Nu guan itu mengisyaratkan pada Li Wei Yang, dan ia pun pergi ke meja merah berukir itu. Para dayang istana muda telah menyiapkan kertas, tinta, dan tiga kitab Buddha tebal di atas meja.
“Xian Zhu, silakan salin tiga buku ini, lalu Anda boleh pergi.”
Nu guan menyampaikan perintah Ibu Suri diam-diam.
Terpisahkan oleh tirai manik-manik yang tebal, Li Wei Yang melirik Ibu Suri dan tersenyum: “Baik.”
Setelah empat si chen, Li Wei Yang terus menyalin kitabnya dengan rajin. Kata-kata di dalam buku itu kecil-kecil, jadi memandangi mereka untuk waktu yang lama akan membuat orang lain pusing. Jika itu orang lain, mereka sudah akan mengeluh tentang sakit punggung dan kehilangan tekad, tetapi Li Wei Yang masih berdiri dan menyalin kitab itu, tidak meratap bahwa ia lelah, juga tidak meminta kursi. Ia berdiri dengan serius di sana dan menyalin kitabnya dengan cermat.
Ibu Suri memandangnya, dan kernyitannya mulai mereda. Ia tidak punya perasaan buruk terhadap Li Wei Yang. Sebaliknya, ia menyukai xiao gu niang pintar dan pemberani ini, tetapi status ibu kandungnya terlalu rendah. Dulu, Kaisar menganugerahinya sebuah gelar dan mengangkatnya ke tingkat yang tinggi. Jika ia tidak membuatnya sadar tempatnya, mungkin selanjutnya, ia bahkan akan menaiki naga dan mengejar phoenix.
Tuo Ba Yu jelas bukan seseorang yang dapat disentuh Li Wei Yang! Ibu Suri berpikir sendiri, manik-manik Buddha di tangannya terus berputar.
Dua shi chen lagi berlalu. Sekarang antara makan siang dan makan malam. Ibu Suri makan makanan ringan, tetapi perut Li Wei Yang keroncongan. Nu guan di sampingnya memandanginya, tetapi tangannya bahkan tidak bergetar sedikit pun. Aneh sekali.
Mana mungkin mereka tahu bahwa Li Wei Yang telah menghabiskan bertahun-tahun di Istana Dingin. Kesabaran dan daya tahan datang secara alami padanya seperti makan, jadi ia tidak keberatan dengan hukuman kecil seperti ini. Namun, seiiring waktu berlalu, ia mulai menulis lebih cepat, dan kata-katanya mulai buram. Pada akhirnya, Ibu Suri menurunkan gelang tasbih manik-maniknya, menatapnya selagi ia berpikir keras.
Zhou nu guan mengingatkannya: “Ibu Suri niang niang, Anda harus istirahat.”
Ibu Suri berdiri dan perlahan-lahan berjalan ke pintu. Ketika ia melihat ke belakang, ia melihat Li Wei Yang tidak mendongak sama sekali dan terus menyalin kitab Buddha dengan hati-hati seolah ia tidak menyadari bahwa Ibu Suri telah pergi. Ibu Suri sedikit kagum dengan ketahanan dan keuletaan xiao gu niang ini. Sayangnya, ia tidak punya Ibu berstatus dan kelahiran bangsawan, jadi ia tidak memenuhi syarat untuk menjadi Zheng fei-nya Yu’er. Barangkali, ia harus menikahi seorang Pangeran kelahiran rendahan atau ke keluarga bangsawan, jadi ia tidak akan menderita. Ibu Suri menghentikan pemikirannya dan pergi.
Saat kuas Li Wei Yang akhirnya berhenti, itu sudah hampir fajar.
Li Wei Yang mendongak: “Kitab Buddha-nya sudah disalin, apakah Ibu Suri masih punya perintah lainnya?”
Zhou nu guan segera pergi keluar untuk melapor.
Tak lama kemudian, ia kembali dan berkata: “Ibu Suri telah memerintahkan agar Xian Zhu meletakkan salinan kitab Buddha di depan patung Buddha. Lalu, Xian Zhu boleh pulang.”
Tidak ada kebencian di wajah Li Wei Yang. Ia membawa kitab Buddha itu ke patung Buddha, bersujud, lalu bangkit berdiri dan pergi.
Dayang istana muda itu berkata: “An Ping Xian Zhu ini benar-benar gigih. Terakhir kali ketika Liu Gong Zhu dihukum oleh Ibu Suri niang niang dan harus menyalin kitab Buddha, ia menangis selama dua shi chen langsung! Di lain pihak, Xian Zhu tidak mengernyit sedikit pun dari awal hingga akhir!”
Zhou nu guan menghela napas: “Inilah artinya memiliki pembawaan yang halus dan penuh tekad. Ibu Suri niang niang menghukumnya, tetapi juga mengingatkannya bahwa sebatang pohon yang tinggi akan terombang-ambing oleh angin. De Fei niang niang berdiri kokoh di istana, bukan karena keberuntungan, tetapi ia mematuhi dan memahami ini. Ibu Suri akan memberinya masa depan yang baik, tetapi jika ia tidak tahu tempatnya dan berharap untuk menaiki naga dan mengejar phoenix, maka konsekuensinya—“
Ia tidak mengatakan apa-apa lagi dan memandangi sosok Li Wei Yang yang menjauh, lalu berbalik, “Pokoknya, ia tidak kelihatan seperti seekor ikan di dalam sumur. Mungkin suatu hari nanti, keberuntungan akan tersenyum padanya secara tak terduga.”
Dayang istana itu memandangi siluet Li Wei Yang, matanya melebar.
Keberuntungan? Keberuntungan apanya! Menyinggung De Fei niang niang hanya berarti kematian! Bagaimana bisa keberuntungan tersenyum padanya saat itu. Bukankah ini hanya angan-angan belaka?
***
Li Wei Yang perlahan-lahan dibimbing keluar oleh para dayang istana.
Mereka berpapasan dengan kasim di gerbang istana, ia berujar tajam: “Siapa ini?!”
Seorang dayang istana berkata dengan cepat: “Liu gong gong, ini adalah An Ping Xian Zhu.”
Liu gong gong berusia tiga puluh tahunan lebih, wajahnya sepucat kertas, matanya mengamati wajah Li Wei Yang dengan cerdas sebelum tersenyum: “Jadi, ini adalah An Ping Xian Zhu—Xian Zhu benar-benar memiliki aura yang halus. Xian Fei niang niang meminta para pelayan untuk mengumpulkan embun pagi hari di Taman Kekaisaran. Karena Xian Zhu sedang lewat, Xian Zhu tentu harus mampir untuk menyapanya.”
Xian Fei niang niang? Satu-satunya orang di istana yang akan dipanggil itu adalah Wu Xian Fei. Li Wei Yang jadi kaku, Wu Xian Fei ini adalah ibu angkat Tuo Ba Zhen! Kenapa ia ingin menemuinya?! Karena ia kebetulan ada di sini? Tidak, ini bukanlah suatu kebetulan!
Catatan Kaki:
- 攀龙附凤 Pān lóng fù fèng—Arti literalnya ‘Menaiki Naga, mengejar phoenix”. Itu merujuk pada menaiki tangga politik dengan menempel pada individu yang berkuasa dan kesuksesan mereka. Dalam konteks chapter ini, “menaiki naga”, menyindir secara tak langsung untuk menikahi Pangeran yang mungkin menjadi Kaisar suatu hari nanti, dan “mengejar phoenix” menyiratkan menjadi Permaisuri.
- Nǚ guān—Pendamping/pejabat wanita yang melayani Ibu Suri, Permaisuri, Selir Kekaisaran atau para putri.