The Princess Wei Yang (English - Indonesian Translation) - Chapter 95 (3)
- Home
- The Princess Wei Yang (English - Indonesian Translation)
- Chapter 95 (3) - Tanpa Belas Kasihan
Chapter 95 (3) : Tanpa Belas Kasihan
Kaisar memandang Li Wei Yang. Ia tidak dalam suasana hati untuk mengangani hal-hal ini, tetapi De Fei tampaknya teraniaya, jadi ia ikut saja. Lagian, ia sudah bersalah pada De Fei terakhir kali.
Li Wei Yang bertatapan dengan Kasar tanpa takut: “Yang Mulia, chen nu tidak terpelajar, tetapi tidak akan pernah mencuri tusuk rambut emas dari niang niang. Pasti ada alasan lain, Yang Mulia, tolong selidiki!”
Xian Fei menyela dingin: “Melihat Xian Zhu begitu lemah lembut, bagaimana bisa kau memiliki pemikiran serumit itu? Kesalahan bisa diperbaiki. Jika kau benar-benar mencuri tusuk rambut itu, kau harus mengakuinya cepat atau lambat. Yang Mulia adalah orang yang murah hati dan tidak akan menghukummu dengan keras. Tetapi jika kau tahu kau bersalah tetapi tidak mengakuinya dan lebih baik mati ketimbang mengakuinya, kau akan dihukum berat.”
De Fei diam-diam terbatuk, matanya mengeras dan suaranya tajam tetapi jelas: “Jie jie benar. Xian Zhu pergi lebih dulu dan bisa menyembunyikannya di suatu tempat.”
Ia memanggil: “Lan er!”
Lan er maju dan merespon: “Nu bi di sini.”
De Fei bertanya: “Apa kau melihat Xian Zhu menyembunyikan sesuatu sebelumnya?”
Lan er membungkuk dan menjawab: “Xian zhu tidak mengeluarkan tusuk rambut emas sepanjang jalan. Jika Xian Zhu mencurinya, itu pasti masih ada padanya di suatu tempat.”
Wajah Li Wei Yang berubah.
Ia meringis, menahan amarahnya dan berkata: “Niang niang selalu berbelas kasih, apakah perlu untuk menggeledah tubuhku? Jika ini tersebar, bagaimana bisa Wei Yang hidup dengan tenang di masa depan?”
Zhang De Fei meliriknya.
Lan er ragu-ragu sebelum meraih ke arah Li Wei Yang, sudah akan membuka lengan jubahnya: “Maafkan aku, Xian Zhu. Karena tusuk rambut emasnya ada pada Anda, nu bi harus mencarinya.”
Li Wei Yang melihat tangannya mendekat.
Tangannya terjulur keluar dan menampar wajah Lan er, dengan marah berkata: “Lancang! Seolah-olah kau boleh menyentuhku!”
Lan er ditampar dengan keras dan langsung jadi kaku. Ia adalah dayang istana De Fei yang paling terpercaya dan melayaninya selama bertahun-tahun. Ia memandang tinggi dirinya sendiri, De Fei belum pernah memarahinya, apalagi membiarkannya ditampar seperti itu? Ia masih belum pulih dari tamparan itu.
Zhang De Fei tidak bisa menahan diri lagi dan dengan geram berteriak: “Li Wei Yang, apa yang kau lakukan!”
Li Wei Yang bukannya memukul Lan er, tetapi harga diri De Fei!
Bukan hanya De Fei, bahkan Kaisar dan Ibu Suri juga terkejut!
Suara Xian Fei sangat tegas: “An Ping Xian Zhu, kau terlalu bernyali. Ini Istana Kekaisaran dan kau berani memukul seseorang!”
Li Wei Yang sama sekali tidak takut.
Ia perlahan-lahan melirik ke Kaisar: “Yang Mulia adalah penguasa yang bijak dan pasti tidak akan menghukum orang yang tidak bersalah.”
Ia tersenyum dingin dan berkata: “Wei Yang tidak memakai banyak lapisan. Jika tusuk rambut emas itu ada padaku, maka itu akan jatuh jika pakaianku bergesekan. Niang niang tidak perlu menggeledah, Wei Yang akan melepaskannya sendiri untuk niang niang lihat!”
Ia mulai melepaskan jubah luarannya, tangannya gemetaran. Kemudian tangannya naik ke kerah pakaiannya, membuat semua orang tercengang.
Ibu Suri menyelanya: “Hentikan! Ini tidak pantas!”
Li Wei Yang berujar putus asa: “Ibu Suri niang niang, Wei Yang melakukan persis seperti apa yang dikatakan niang niang demi membuktikan ketidakbersalahanku!”
Gadis ini cerdas dan bertekad, tidak mau kalah sedikit pun. Ibu Suri dan Kaisar bertukar pandang dan senyum yang kesulitan. Ibu Suri tidak percaya Li Wei Yang mencurinya, anak itu tidak picik dan egois.
Mata De Fei sedingin es: “Bertindak sembarangan di istana, Li Wei Yang, kau sudah kehilangan akal sehatmu. Kau bahkan berani melakukan hal setidakbermoral itu!”
Permusuhan melintas di wajah Li Wei Yang: “Menanggapi Yang Mulia, Ibu Suri, chen nu tidak akan berani bertindak sembarangan. Meskipun chen nu dari keluarga yang sederhana, chen nu juga seorang gadis lugu dan tidak akan membiarkan siapa pun menggeledah tubuhku. Chen nu akan lebih baik melakukannya ketimbang membiarkan niang niang menggeledah, demi menghindari masalah!”
Inisiatifnya untuk membuktikan ketidakbersalahannya dan orang lain yang menggeledah dirinya adalah hal yang sepenuhnya berbeda.
Wajah Zhang De Fei memerah dan jadi tidak menyenangkan. Ia tidak menyangka Li Wei Yang berani melawan, ia juga berpikir tidak akan ada yang gagal. Mata indahnya mengarah ke Lan er. Lan er panik, merasa semakin tidak tenang. Ia tidak mengerti; ia jelas-jelas memasukkan tusuk rambut emas itu ke dalam lengan jubah Li Wei Yang ketika ia tidak memerhatikan. Li Wei Yang sudah membuka jubah luarannya, tetapi kenapa tidak ada yang jatuh?
Ibu Suri menyadari dan berkata: “An Ping benar. Jika niatnya untuk menggeledah, maka semua yang lainnya juga harus digeledah, tidak hanya dirinya.”
Seorang nu guan maju ke depan dan memanggil semua dayang istana di sisi Xian Fei dan De Fei dan menyuruh mereka berdiri dalam dua barisan.
Ibu Suri berkata dengan tegas: “Jika ditemukan pada mereka, mereka harus dihukum berat!”
Para dayang istana saling berpandangan, tidak berani membantah.
Li Wei Yang memandang dari jauh tetapi tidak bicara. Meskipun status kelahiran selirnya dipandang remeh, ia masih memiliki darah keluarga Li yang mengalir di nadinya dan gelar Xian Zhu yang dianugerahkan oleh Kaisar. Apabila Kaisar tidak memberikan perintah, orang lain tidak boleh menggeledahnya, jadi ia berani menyentuh Lan er. Pada akhirnya, statusnya tidak bisa dianggap setara dengan nu bi itu!
Setiap orang digeledah, tetapi tak ada yang ditemukan.
De Fei melengkungkan satu alis: “Lihat, mereka yang ada di sisiku bersih!”
Ibu Suri mengerutkan kening. Jika tidak ada yang ditemukan, maka kejahatan itu tetap bersama Li Wei Yang. Anak itu baru saja melepaskan jubah luarannya, haruskah mereka memeriksa pakaian dalamnya juga?
Bibir Li Wei Yang melengkung jadi senyuman selagi ia tiba-tiba menunjuk seseorang: “Masih ada satu orang yang belum digeledah.”
Mata semua orang tertuju pada Lan er. Ia memandang Li Wei Yang, tercengang. Nu guan itu melihat ke Ibu Suri, yang mengangguk. Nu guan itu langsung menghampiri Lan er dan mulai menggeledah dengan saksama. Tak lama kemudian, suara gemerincing terdengar. Sesuatu jatuh ke lantai.
Semua orang melihat bahwa itu memang tusuk rambut yang diberikan Kaisar pada De Fei. Kehebohan dadakan pun terjadi.
Kaisar menatap Zhang De Fei yang balas menatapnya dengan takut: “Kau tidak sopan, membesarkan pencuri di sisimu dan salah menuduh Xian Zhu. Hal yang benar kalau kau membiarkannya dihukum.”
De Fei tampak seolah-olah ia tersedak, kehabisan kata-kata. Bahkan Xian Fei sepertinya tercengang melihat ini.
Zhang De Fei melihat ke arah Lan er. Ketakutan, Lan er terjatuh dan berlutut di lantai, gemetaran. Ia selalu membantu De Fei niang niang dengan hal-hal ini dan tidak pernah gagal. Ia kira itu akan jadi tugas kecil kali ini, siapa yang akan menyangka ia akan tertangkap secara tak terduga!
De Fei menggertakkan giginya: “Lan er mengikutiku selama bertahun-tahun dan tidak akan pernah melakukan hal semacam itu.”
Suara Kaisar selembut angin di bulan April: “Baiklah. Buktinya semua di sini, tidak perlu mengulangi dirimu.”
De Fei masih enggan menerima kesimpulan ini: “Yang Mulia, ini ….”
Suara Kaisar hangat namun tegas: “Terus terang, ini masalah sepele.”
De Fei masih berharap: “Selain dari pencurian, Xian Zhu juga bertindak tidak pantas hari ini. Ini adalah kejahatan besar, bagaimana bisa Yang Mulia melepaskan ini? Ia bertingkah kurang ajar ….”
Kaisar mengerutkan kening.
Ibu Suri tersenyum dan berkata: “Kau bersikeras memukul dan membunuh, mengintimidasi anak itu. Tidak perlu mengejar apa yang sudah hilang. Menurut pendapatku, Kaisar harus menyelesaikan ini dengan memberi hadiah dan menghukum dengan sesuai.”
Lalu ia berkata sambil lalu: “Seret dayang istana itu dan pukul dia sampa mati.”
Lan er gemetar ketakutan dan menjerit: “Ibu Suri niang niang, mohon ampun, tolong berbelas kasihan!”
Kepala kasim menanggapi: “Baik.”
Kemudian, ia mengangguk ke beberapa kasim lainnya, yang mengerti dan mulai menyeret Lan er keluar. Lan er ketakutan sampai-sampai ia tidak lagi memohon ampun, tubuhnya lemas sewaktu ia diseret keluar seperti kantong yang sobek.
Semua orang mendengar serangkaian jeritan di luar perlahan-lahan jadi diam.
Para kasim kembali untuk melapor: “Ibu Suri, ia sudah mati.”
De Fei menggigil tanpa sadar. Senyum kejam muncul di bibir Li Wei Yang, menghilang dalam sekejap.
Kaisar setuju dengan metode Ibu Suri dan mengangguk: “Penggal dia dan gantung kepalanya di gerbang istana, jadi para dayang istana dan kasim di istana akan melihat apa yang menanti mereka jika mereka mencuri dari majikannya!”
Zhang De Fei menoleh untuk memelototinya, tetapi bertemu dengan tatapan kontempelatif Kaisar. Hatinya serasa menyempit. Ketakutan, ia pun tanpa sadar gemetar.
Kaisar berkata: “Pelayanmu telah melakukan sesuatu yang salah, kau harus mengaturnya lebih ketat di masa depan.”
Zhang De Fei tidak bodoh.
Ia dengan cepat bereaksi, tersenyum enggan: “Baik. Seorang nu bi yang mencuri tidak bisa dipertahankan. Jika Kaisar tidak menghukumnya, chen qie hendak membunuhnya sebagai contoh juga.”
Ibu Suri dengan serius memandangi semua orang di sekitarnya, suaranya tegas: “Ini adalah pelajaran yang harus diingat mereka yang ada di istana dalam. Sebelum kalian melakukan apa pun, pikirkan baik-baik tentang apa yang harus dan tidak harus kalian lakukan, jangan ikuti contoh pelayan hina itu!”
Jiwa para dayang istana itu sudah melayang ketakutan.
Mereka langsung membungkuk: “Baik, Ibu Suri, mohon jangan terlalu marah.”
Li Wei Yang juga berlutut: “Ibu Suri niang niang, mohon jangan terlalu marah.”
Ibu Suri melirik ke Zhou nu guan, yang mendekat dan membantu Li Wei Yang bangun.
Ibu Suri berujar lembut: “Kau sudah dirugikan. Sampaikan titahku, hadiahkan An Ping Xian Zhu seratus liang emas dan seratus gulung sutra.”
Xian Fei memandang Li Wei Yang berbeda dari sebelumnya. Ia mengira bahwa gadis itu akan mati hari ini dan tidak manyangka ia mampu meloloskan diri. Bagaimanapun juga, orang yang marah sekarang adalah De Fei.
Li Wei Yang berterima kasih padanya atas karunianya kemudian pergi ke tengah aula.
Ia memungut tusuk rambut phoenix itu dan mengamatinya sebelum berkata: “Benar-benar harta yang indah.”
Ia memegang tusuk rambut itu erat-erat, yang mana menghilang di bawah lengan jubahnya.
Ia berjalan mendekat dan berkata: “Tusuk rambut seindah ini, niang niang harus memakainya.”
Ia tersenyum dan memasangkannya ke rambut De Fei.
De Fei benci karena tidak bisa membuang tusuk rambut itu.
Melihat Kaisar dan Ibu Suri menatapnya, ia menekan amarahnya dan tersenyum: “An Ping Xian Zhu, aku tidak sopan dan salah menuduhmu. Aku harap kau tidak akan memasukkannya ke dalam hati.”
Li Wei Yang tersenyum sopan dan berkata: “Bagaimana bisa niang niang bilang begitu, ini semua karena pelayan yang bodoh dan hina itu. Wei Yang tidak akan memikirkannya.”
Ketika ia mengatakan “pelayan hina”, tatapan dinginnya menyapu De Fei. De Fei gemetar karena marah tetapi harus menahannya.
Ibu Suri mengangguk: “Baiklah. Semuanya akan berakhir di sini, semuanya harus kembali.”
Kaisar pergi duluan, kemudian Xian Fei dan De Fei mengikuti.
Selagi mereka berjalan melewati Li Wei Yang, tatapan Xian Fei meluncur ke arahnya tanpa sedikit pun kehangatan atau emosi seolah-olah ia menatap setitik debu, acuh tak acuh: “Xian Zhu benar-benar pintar dan cakap.”
Li Wei Yang merespon: “Xian Fei niang niang memberikan pujian yang terlalu tinggi.”
Xian Fei tersenyum, tetapi tidak mengatakan apa-apa lagi. De Fei memelototinya, kemudian pergi bersama Xian Fei. Li Wei Yang melihat ke tusuk rambut di kepala De Fei dan tersenyum samar.
Di luar aula, Li Wei Yang mendongak ke langit biru, lalu melihat ke kejauhan. Tatapannya berpindah dari Istana Tai Yong, Istana Zhong He, kemudian ke Istana Jia Xing yang megah untuk urusan mahkamah.
Seekor merpati putih di atap tiba-tiba membentangkan sayapnya dan terbang menjauh.
Li Wei Yang tersenyum. De Fei niang niang, ada konsekuensi untuk segalanya. Kau sudah salah menuduhku, jadi aku harus membalasnya!
Aku lebih suka berbuat salah pada setiap orang di dunia daripada membiarkan semua orang di dunia ini berbuat salah padaku1. Inilah yang sudah kau mulai, jangan salahkan aku bersikap tanpa belas kasihan!
Catatan Kaki: