The Show Must Go On (English to Indonesian Translation) - 2
Baca di Global Foxaholic! Dukung Penerjemah!
(Jangan lupa klik iklan 1x.)
SELAMAT MEMBACA
Bab 2: Kharis Sang Naga Purbakala
Penerjemah: Aida Hanabi
Hari berikutnya.
Membawa Julieta, yang mengenakan kerudung putih, aku mengunjungi kuil putih-kapur di samping istana kerajaan. Kuil ini adalah pusat agama negara kerajaan, kepercayaan Dewa Naga, dan merupakan rumah [Pendeta Naga] Julieta.
Terkurung jauh di bawah Istana Palcemith adalah seekor naga purba bernama Kharis. Kerajaan menggunakan kekuatan roh yang tak terhitung jumlahnya berkumpul di sini, tertarik pada vitalitas dan mana sang naga. Ini memungkinkan negeri ini untuk menjalani kehidupan yang makmur.
Sang Naga Purba Kharis, yang telah dikurung sejak berdirinya negeri ini dan memiliki umur yang hampir abadi jika dibandingkan dengan manusia. Tetapi itu bukan berarti dia abadi. Setiap sepuluh tahun sekali, ia harus mengonsumsi daging dan darah kerabat dekat dari sang pendeta suci. Kalau tidak, dia akan menghabiskan seluruh kekuatannya, bahkan jika dia adalah seekor naga purbakala. Dan itu berarti sama dengan kejatuhan kerajaan.
Untuk mencegah hal ini, kerajaan membuat Kepercayaan Dewa Naga sebagai agama negara; dan dalam sejarahnya yang panjang telah membuat sebuah aturan serta persiapan untuk memilih seorang tumbal. Pendeta wanita yang dipilih untuk menjadi persembahan akan disebut [Pendeta Pengorbanan]. Kedudukannya setara dengan kedudukan sang raja. Peran yang diberikan Julieta, [Pendeta Naga], mengawasi ritus-ritus dalam kepercayaan Dewa Naga dan ditugaskan untuk membimbing orang-orang. Tetapi peran itu telah menjadi formalitas belaka untuk waktu yang lama. Peran tersebut sekarang diberikan kepada anak perempuan dari keluarga bangsawan atau putri bungsu dari keluarga kerajaan untuk meningkatkan status mereka. Namun, fakta bahwa para wanita yang dipilih menjadi [Pendeta Naga] meninggal karena kematian dini adalah fakta yang diketahui oleh semua orang. Pendahulu Juliet juga sudah lama wafat.
Aku percaya ada alasan untuk ini, dan aku tahu aku bisa mencapai titik temu untuk tujuanku.
Demi bergandengan tangan1 dengan apa yang disebut “alasan”, aku mengunjungi kuil sebelum memanggil sang naga purba Kharis.
“… Aku minta maaf membuatmu menunggu, Yang Mulia Perdana Menteri.”
Di kapel, di ruang tunggu yang telah dipersiapkan secara khusus untuk digunakan kaum bangsawan, aku telah meminta pertemuan dengan pemimpin kuil dan yang mana juga merupakan walinya Julieta– Kepala Pendeta Malacia. Tanpa berusaha menyembunyikan ketidaksenangannya yang tampak jelas, Kepala Pendeta Malacia bahkan tidak repot-repot menegur para dayang, melirik Julieta yang terselubung dalam kerudung di kejauhan dan dengan bersemangat bergosip sambil berbisik. Tidak lama setelah dia memasuki ruang tunggu, dia secara mencolok menghela napas panjang.
“Aku tidak ingin bertemu denganmu lagi jika memungkinkan.”
Terus terang, dia menyiratkan “Aku tidak ingin naik kapal yang tenggelam.”
Kepala Pendeta Malacia, seorang lelaki bermata sipit yang memberikan bantuan terselubung kepada Anderheim, melakukan transaksi curang atas nama kepercayaan Dewa Naga dan berhasil mengantongi sakunya. Dia luar biasa cerdik dan bisa secara akurat melihat melalui semua keadaan di sekitar kerajaan. Itu pasti alasan mengapa dia tidak ingin melihatku. Kebijaksanaannya cukup berguna. Jika itu adalah diriku yang dulu, aku mungkin akan mengangkat tongkat di tanganku tinggi-tinggi untuk memecahkan kepalanya, tetapi tentu saja, aku tidak akan melakukan tindakan bodoh seperti itu sekarang.
“Melihat bagaimana kamu bertingkah, sepertinya kamu pasti sudah mendengar kegemparan di ruang audiensi.”
Mendengar kata-kataku, Malacia mengangguk singkat.”
“Ya, aku sudah mendengarnya. Sang Putra Mahkota secara tak terduga memutuskan pertunangannya dengan Lady Julieta dan menunjuk Pendeta Tumbal, Nona Nasha Laturi sebagai tunangan barunya. Di atas itu, ia juga menominasikan Lady Julieta sebagai Pendeta Pengorbanan …. Sungguh tidak masuk akal, aku bahkan tidak bisa tertawa. Sedangkan Perdana Menteri, dia menerimanya tanpa keberatan? Anda dipandang cukup setan.”
“Kuku, itu tak perlu diucapkan. Jika terus begini, kehancuran adalah apa yang menanti kamu, Julieta dan aku.”
“Omong kosong apa yang kamu ucapkan? Aku berniat entah bagaimana pun caranya melarikan diri dari kerajaan ini. Yah … itu tugas yang cukup sulit.”
Kolusi antara Anderheim dan Malacia telah disaksikan dengan saksama sejak awal. Jika kita mencoba melarikan diri dari kerajaan, jelas sekali bahwa kita akan dicegah dan dihalangi.
“Jadi, aku punya saran … Malacia, maukah kau mendengarku?”
“…Hah?”
Di depan Malacia yang bimbang.
Dengan lembut aku mengangkat kerudung Julieta untuk mengungkapkan wajahnya.
“…!?”
Di depan mataku, Malacia menegang dan dibuat terdiam.
Aku menyiramkan minyak ke api.
“Apakah ini … Nyonya Julieta …?”
“…Iya.”
“Ah … suara itu memang Lady Julieta. Tapi itu … juga ….”
Penerima apa yang bisa disebut tatapan niat dari Malacia, Julieta dengan malu-malu menunduk, pipinya merona.
Dia pasti sangat terkejut.
Sampai sekarang, Julieta selalu dibalut dalam balutan bedak tebal dengan lipstik norak serta riasan berat yang berlebihan. Akan tetapi hari ini, dia telah diberi riasan ringan yang menonjolkan kecantikan alaminya.
Aku bersusah payah mengunjungi salon yang menangani kosmetik dan dengan hati-hati memikirkan skema warna mana yang paling cocok untuk Julieta. Dengan menggunakan riasan yang aku pilih, aku membimbing Juliet sepenuhnya pada seni riasan natural.
…Aku tidak pernah mengira bahwa pengalamanku membantu saudariku dengan merias selagi ber-cosplay akan digunakan dalam situasi macam itu.
Seperti yang dikatakan oleh latar alur resmi, dari wajah pucat mengerikan yang dibalut lapisan riasan; Julieta berubah menjadi seorang gadis cantik yang membangkitkan insting dan naluri melindungi seseorang. Transformasinya mirip dengan kupu-kupu yang muncul dari sebuah pupa. Ini menjadi senjata pertama dalam rencanaku.
“Malacia. Aku ingin membuat amukan badai di Palcemith.”
“…Badai, katamu?”
“Benar. Apakah itu berhasil atau gagal semuanya tergantung pada kunjunganku ke sang Naga Purba Kharis … tapi kupikir peluangku cukup bagus. Daripada berjuang melawan sampai kehancuran seperti ini, mengapa kita tidak memberikan ketakutan yang nyata kepada Putra Mahkota yang adil-benar itu?”
“… Oho.”
Malacia, yang tatapannya akhirnya meninggalkan Julieta mengaitkan bibirnya dan sekali lagi duduk di sofa menghadap Julieta dan aku.
“Jadi maksudmu kamu akan bersekutu dengan Naga Kuno Kharis … terdengar seperti sesuatu yang menarik akan terjadi tentunya.”
“Tidak diragukan lagi itu.”
“… Kalau begitu, bolehkah kita menguji keterampilan Yang Mulia?”
“Ah, sesuai permintaanmu. Mohon bimbingannya.”
“Dimengerti.”
Aku dituntun oleh Kepala Pendeta Malacia yang tersenyum.
Aku, berpegangan tangan dengan Julieta, menginjakkan kaki ke lorong bawah tanah yang panjang di bawah kuil yang mengarah jauh ke dalam istana kerajaan.
Diterjemahkan oleh Aida hanabi di https//global.foxaholic.com
Aida Hanab: Siapa yang butuh seorang tunangan ketika kau punya papa Anderheim untuk merias wajahmu? Ahhh~Aku juga mau.
Jangan lupa klik iklan 1x dan dukung aku di Kofi, paypal atau scan code Gopay~
Dukung terus penerjemah ya~~~
