The Tragedy of The Villainess (English to Indonesian Translation) - Bab 119
BAB 119
Kekuatan suci yang ringan terus menyembur melalui celah-celah diantara jari Seria. Bahkan jika kekuatan itu terasa lemah baginya, itu adalah kekuatan suci yang bisa memurnikan Magi dari tanah yang luas sekaligus. Oleh karena itu, tidak perlu waktu lama untuk memurnikan Magi yang tersembunyi di tambang ini.
Bahkan jika butuh waktu lama, Seria harus memurnikan mereka semua tanpa syarat.
Itu adalah tambang emas konstelasi.
Itu adalah tambang emas konstelasi pertama yang ditemukan dalam seratus tahun.
Sekali lagi, ketika fakta ini mulai terpateri dalam benaknya, mau tidak mau Seria pun terpana.
Apakah bintang yang menjaga Lina juga merupakan rasi bintang emas?
Emas konstelasi itu mahal.
Itu juga alasan di balik pengaturan ketat jumlah yang diambil dari Kuil Agung tanpa izin, tetapi jumlah yang direklamasi sendiri berada di sisi yang rendah. Jika emas konstelasi habis karena penggalian dan penggunaan yang sembrono, itu akan menjadi masalah serius. Dan pada akhirnya, manusia tidak mungkin berhadapan dengan iblis.
Itu sebabnya kuil selalu gelisah tentang jumlah reklamasi tambang emas konstelasi. Seperti yang dikatakan Linon, sudah lama sejak tambang emas konstelasi baru ditemukan di benua itu.
Tapi ini adalah tambang emas konstelasi yang sangat besar…
Itu adalah penemuan yang mungkin terjadi karena Seria adalah seorang Stern.
Sama seperti para Pendeta yang sensitif terhadap kekuatan ilahiyah, Stern juga sensitif terhadap energi dari Sterns lain dan energi dari konstelasi emas. Namun tidak berarti bahwa mereka berfungsi seperti detektor logam saat mencari besi, tetapi jika ada tambang emas konstelasi besar di dekat mereka, maka sudah tentu mereka akan tahu.
Tetap saja, Seria bertanya-tanya.
Karena dia terus mendapatkan firasat aneh bahwa dia bisa merasakan energi konstelasi emas dari dalam dinding.
‘Berapa banyak yang telah direklamasi dari tambang ini sebelumnya? Aku jadi penasaran’
“Kita tidak akan tahu pasti sampai kita menjelajah lebih jauh, tetapi ada aturan tertentu untuk jalur yang biasanya dilalui pembuluh bijih.”
Penambang yang paling berpengalaman tampaknya terus mengikuti alur itu sampai ke belakang. Dengan kata lain, konstelasi emas yang dilihat Seria sekarang adalah bagian yang sangat kecil saja.
Hal ini cukup aneh sampai membuat Seria terus memikirkannya.
Tambang emas konstelasi baru tidak pernah disebutkan dalam jalan cerita novel asli.
Jadi Seria lebih merasa bingung daripada takjub bahwa dia sekarang telah menemukan sesuatu yang begitu luar biasa sehingga bahkan dapat menggerakkan kaisar suatu negara.
Bagaimana mungkin Lina tidak tahu jika ada kekuatan konstelasi emas begitu kuat di tambang ini?
Dalam novel asli, Lina telah mengunjungi Tambang Kristal Sihir ini berkali-kali bersama Cassius. Seria mengingatnya dengan jelas karena dialah yang anehnya bernasib buruk dengan Cassius sejak dia membaca novel asli.
Apakah karena pintu masuk penggalian berbeda? Karena posisi pembukaannya berbeda.
Pada saat itu, para pekerja di bawah komando Duke Dietrich yang bertanggung jawab atas tambang Lina. Sekarang para pekerja di bawah komando Berg yang menyentuh tambang ini.
Namun, kekuatan konstelasi emas terasa dalam skala besar sehingga Stern bisa mengetahuinya hanya dengan berjalan di sepanjang dinding seperti ini. Bahkan seorang bangsawan berpangkat tinggi sekalipun mungkin bisa mengetahui ada hal yang aneh di bawah sini. Jadi mengapa Lina tidak tahu?
“Apakah dia berpura-pura tidak tahu karena dia tidak ingin membagi keuntungan dengan Cassius?”
“Kalau begitu aku bisa mengerti.”
Lina membagi Cassius cukup banyak dari laba bersih yang dihasilkan dari tambang kristal sihir ini. Cassius tersentuh oleh semangat berbagi Lina yang murah hati. Ini sebenarnya skenario yang paling mungkin, tetapi masalahnya adalah tidak disebutkannya Tambang Konstelasi Emas sampai akhir cerita novel asli sekalipun.
Maka kesimpulan yang mungkin adalah Lina tidak bisa menggunakan tambang emas konstelasi ini.
“Aku tidak mengerti.”
Bukannya mereka sedang membangun tambang kristal sihir tepat di depan sebuah tambang konstelasi emas besar. Harga adalah harga, tetapi seberapa besar makna simbolisnya?
Jika Lina mengumumkan kepada dunia bahwa dia telah menemukan Tambang Konstelasi Emas, ketenarannya akan benar-benar mencapai surga.
‘Aku harap novel asli ini tidak terus berubah menjadi genre misteri….’
‘Padahal awalnya kupikir ini adalah novel roman ….’
Seria perlahan memasukkan circlet itu ke dalam sakunya. Kemudian dia menatap altar, berterima kasih kepada dewa yang bertanggung jawab atas uang dan harta yang mungkin dia hasilkan nantinya.
Dan kemudian tiba-tiba. Beberapa tulisan mendadak muncul di depan altar, tulisan ini menarik perhatiannya.
“Ini….”
…Apa itu?
Seria mengerjap pelan. Tepat diatas Lambang Stern. Pada token suci itu, ada tulisan seram yang tampak seperti diukir dengan spuit1. Tidak, tulisan itu memang sedang diukir. Gerakan tulisan yang perlahan muncul itu tidak cukup cepat, tetapi juga tidak lambat.
“Ini ….”
“…….”
Jumlah huruf yang muncul pun perlahan bertambah:
[Apakah tempat ini masih terlihat seperti dalam novel?]
“……!”
Untuk sesaat, cirlcet di tangan Seria mulai mendingin dengan cepat, seperti gletser yang menghilangkan semua panas. Suhunya sangat kontras dengan suhu yang sangat panas hari itu ketika Duke Dietrich pingsan.
Ketika Seria hendak menarik tangannya dari circlet…Seorang manusia pucat dengan sumbatan di mulutnya merangkak ke arah Seria.
Seria hendak berteriak namun teriakannya tertahan, mulutnya tercekat dalam sekejap mata. Segera setelah itu, tangan yang panjang dan kurus menutupi matanya. Dalam sekejap, seluruh bidang penglihatannya berubah menjadi kegelapan.
****
*Sudut Pandang Seria*
‘Apakah aku baru saja pingsan? Makhluk apa yang barusan ….’
Seria mengerjap kosong.
‘Mengapa aku tiba-tiba mengalami mimpi ini?’
Dulu. Aku pernah bermimpi.
Trauma seseorang sering memanifestasikan dirinya sebagai mimpi. Sejak aku menjadi Seria, aku selalu bermimpi tentang dibunuh. Walau tidak sesering mimpi itu, tapi aku juga terkadang mimpi seperti yang sedang aku alami sekarang. Ini adalah jenis mimpi di mana aku duduk dengan nyaman dan membaca novel asli di dunia asalku, yang membantu aku memperluas wawasanku.
Seperti sekarang.
“…….”
Bagaimanapun, seseorang memang benar-benar banyak berubah. Baru setahun yang lalu, pada hari aku bermimpi ini, aku terbangun di dunia nyata dan langsung memukul bantalku dengan frustasi. Aku rasanya ingin merobek buku itu alih-alih membacanya.
Tapi sekarang berbeda. Aku tidak menangis ketika aku bangun dari mimpi dan kembali ke dunia nyata. Aku tidak perlu mengatakan alasannya. Sudah tentu karena wajah pria yang aku sukai selalu muncul di benakku secara otomatis.
Saat memikirkan hal-hal ini, aku tiba-tiba menyadari bahwa saat ini pun aku sedang bermimpi. Aku saat ini melihat diriku membaca novel seolah terpesona, dan tiba-tiba….
Aku memperhatikan hal-hal kecil yang sebelumnya tidak aku perhatikan.
Misalnya, warna rambut yang tergerai hingga ke pinggang.
Warna rambut hijau tua….
Hijau?
“……?”
Seketika, perasaan gelisah yang kentara menghantam dadaku dengan keras. Aku merasa seperti kesemutan di dadaku. Perlahan aku menaikkan pandanganku ke sepanjang rambut hijau yang terus naik ke dadaku.
“…….”
Aku melihat wajah Seria, wajah “ku”, yang sedang membaca novel asli itu.
“……!”
Aku terbangun dengan napas terengah-engah. Lalu tanpa sengaja menggigit lidahku sendiri karena karena menyadari ada makhluk putih menjijikkan dengan karung yang menyumpal di mulutnya sedang berdiri di dekatku seperti boneka.
Tubuhku langsung mengeras seperti batu. Makhluk tak dikenal itu pasti telah merangkak ke arahku sebelumnya dan menutup mulut dan tanganku. Ketika aku memikirkan hal ini, aku pun tersadar bahwa aku tidak bisa menggerakkan seluruh otot ditubuhku.
Segera setelah aku tersadar bahwa aku tidak bisa bergerak sama sekali, aku buru-buru melihat sekeliling. Aku tidak berada di gua emas konstelasi tempat aku pingsan tadi. Tempat ini seperti dibawah langit malam, tetapi tidak ada jejak cahaya sedikitpun, dan hanya makhluk tak dikenal itu yang berdiri di depanku.
Aku terkejut dengan betapa anehnya makhluk itu setelah memperhatikannya sekian lama. Tubuhnya berbentuk manusia, tapi aku tidak tahu apakah dia laki-laki atau perempuan, dan sumbatan di mulutnya juga sama. Sumbatan di mulutnya juga membuat sulit untuk membedakan apakah makhluk itu laki-laki atau perempuan.
Terlebih lagi, poninya yang panjang, seperti surai kuda, tertutup rapat hingga tepat di atas bibirnya, jadi aku tidak bisa melihat wajahnya sama sekali.
Jika aku mengangkat poninya, apakah ada mata dibalik poni itu?
Saat itulah aku tiba-tiba merasakan ketakutan.
Tiba-tiba, pandanganku jatuh ke tanganku. Ada lencana Stern di tanganku. Cukup lucu melihat situasi ini, fakta bahwa aku terlambat menyadari keberadaaan lencana ini.
Lencana Stern terlalu besar dan berat untuk bisa aku pegang dengan satu tangan, tapi sekarang anehnya benda itu terasa ringan.
Segera setelah aku menyadari hal ini, lencana Stern itu kembali menulis kalimat. Gerakan tulisan itu tidak cepat.
[Tuban]
“…Tuban?”
Aku membuat suara tanpa sadar, dan sesuatu seperti getaran mengalir di tulang belakangku saat aku bertanya dengan bahu yang bergetar.
“Apakah itu namamu?”
Tidak ada jawaban, tetapi secara naluriah aku tahu bahwa itu adalah nama makhluk itu.
Tangan yang memegang lencana Stern menguat. Aku bertanya kepada Tuban, berniat untuk memukul kepalanya dengan lencana Stern jika Tuban ini mencoba mengancam nyawaku.
“Kamu yang membuat huruf-huruf yang aku lihat sebelumnya, bukan? Apa maksud pertanyaan itu, apa dunia ini tidak ada dalam novel? Kalau begitu di mana kita sekarang? Novel apa yang aku baca sebelumnya?”
Tuban berdiri diam seperti manekin. Tidak ada gerakan. Aku bahkan tidak perlu menjelaskan betapa anehnya itu. Sejujurnya, aku masih dalam keadaan tidak mengerti apapun.
Perlahan, tulisan mulai muncul di lencana Stern.
[Novel yang kamu baca….]
Meskipun tampaknya tulisan itu muncul lebih lambat dari sebelumnya. Aku secara tak sadar menggigit bibirku dengan erat.
[Apakah kamu ingat judul novel yang kamu baca?]
“……!”
Aku langsung membeku di tempat.
Aku ingat isi novel yang aku miliki, tetapi aku tidak dapat mengingat judulnya. Tidak ada satupun yang muncul ke benakku. Sementara aku secara umum tentu saja dapat mengingat judul novel lain … namun biasanya aku langsung mengenyahkan ingatan itu dari benakku karena bagaimanapun kondisi hidupku tidak memberiku kemewahan untuk bisa mengingat-ingat hal yang tidak penting.
Betul sekali.
Untuk Novel yang ini, aku tidak pernah sekalipun mengingat judulnya.
Mulutku langsung kering. Tubuhku mulai sedikit gemetar.
“Lalu … Apa yang kamu ketahui?” (Seria)
[Kamu…]
Kali ini kecepatan di mana huruf-huruf itu diukir jelas lebih lambat dari sebelumnya.
[Karena kamu ingin hidup]
Aku gugup dan menatap Tuban. Bagaimana dia tahu tentang hal ini? Mungkin benar untuk mengatakan bahwa aku menatap wajahnya karena rambutnya yang lebat tertutup seperti tirai. Namun bukan berarti Tuban ini hidup dan bergerak. Dia hanya berdiri di sana tanpa bergerak.
Dia bahkan sepertinya tidak bernafas ….
Tubuh tanpa gerakan apa pun seolah-olah itu patung, kekuatan untuk mengukir huruf pada lencana mungkin milik makhluk ini, kan? Jika tulisannya makin lama makin melambat, apakah itu berarti dia kelelahan?
[Waktu dimana kamu kembali karena kamu ingin hidup]
Saat aku menatap kosong pada lencana Stern, aku menutup mulutku dengan satu tangan dengan panik. Aku langsung merasa mual.
Itu adalah pertama kalinya aku mengetahui bahwa ketika seseorang dihadapkan dengan fakta yang begitu mengejutkan sehingga membuat mereka mual tak tertolong.
Catatan Penerjemah:
Jadi pada dasarnya ketika Seria berada di sebuah gua, dia melihat makhluk tak dikenal seperti zombie merangkak dengan cepat kearahnya. Dan makhluk tak dikenal itu mengulurkan tangan dan menutupi matanya lalu semuanya menjadi gelap. Seria secara ajaib dibawa ke ruang di mana hanya dia dan makhluk tak dikenal itu yang ada disana. Seperti mimpi. Dan makhluk tak dikenal itu bernama Tuban. Dia tidak berbicara atau bergerak. Dia memiliki kekuatan untuk berkomunikasi dengannya dengan cara menulis apa yang ingin dia katakan kepada Seria di lencana Stern. Entah bagaimana, makhluk bernama Tuban ini tahu siapa Seria dan dari mana dia berasal, yang mana semua ini Seria ketahui dari novel yang dia baca (paling tidak, itulah yang dipercayai Seria selama ini). Tuban tahu bagaimana Seria ingin bertahan hidup. Jadi Seria merasa mual karena ada orang lain selain dirinya yang mengetahui rahasia terdalamnya selama ini.
Catatan Kaki:
Ana Clara Sung
Makasih translate nya, bagus banget dan jelas. Ditunggu updatenya ya ?