The Tragedy of The Villainess (English to Indonesian Translation) - Bab 51
BAB 51
Saat Abigail dengan patuh mundur, ruangan langsung menjadi agak senyap. Tidak peduli berapa banyak mereka berjuang dan mengayunkan pedang mereka, tidak ada yang bisa menghentikan Abigail, tetapi dengan satu kata dari Seria, semuanya diselesaikan. Jadi para wanita dan para ksatria tampaknya menderita rasa kekalahan yang janggal.
‘Bukannya itu urusanku.’
“Pergi dan ambil salju.”
Atas perintah Seria, para ksatria yang menjaga pintu masuk tenda bergegas membawa salju. Tidak butuh waktu lama bagi mereka karena salju menumpuk sampai penuh di luar.
Seria mengangkat ember yang berat itu dengan sekuat tenaga dan membuangnya ke atas kepala Eloise.
“…!”
Saat itulah Eloise, yang seperti manusia salju, menelan teriakannya dan mengepalkan tangannya. Wanita lain juga melakukan hal yang sama. Mereka tidak bisa berkata apa-apa kecuali membuka mata kelinci mereka dan menutup mulut mereka dengan tangan.
Seria melemparkan ember ke lantai dan berkata,
“Di mana kalian belajar berbicara di belakang seorang dermawan yang datang untuk menyelamatkan hidup kalian? Jika bukan karena Ksatria Berg, kalian semua sudah terkubur hidup-hidup di sini di salju.”
Tentu saja, para Ksatria Berg adalah milik Lesche. Tapi komandan ksatria, Alliot, telah berlutut di depan Seria dan bahkan menangis. Jadi tidak masalah jika dia menyebut mereka di bawah komandonya.
Seria berkata sambil menatap para wanita dengan mata berbisa, para wanita itu pun tidak bisa mengatakan apa-apa.
“Tidak, kalian bisa saja mati karena iblis. Jika kalian ingin keluar dari barak ini dan pergi sekarang, saya tidak akan menghentikan kalian.”
“….”
“….”
“….”
Seria memandang Eloise, yang tidak menanggapi. Rambut pirang platinumnya, yang terbungkus rapi dan indah, kini meneteskan salju yang meleleh. Seria berkata tanpa mengalihkan pandangannya dari Eloise.
“Kita saat ini sedang menghadapi keadaan darurat, jadi kalian semua berpikir aku akan membiarkannya begitu saja?”
Seria berpura-pura tidak bersikap lunak pada mereka.
“Pikirkan lagi.”
Saat dia perlahan mengulurkan kalimatnya, dia bisa merasakan bahwa Nona Eloise dan wanita lainnya tersentak.
Seria mengalihkan pandangannya dari para wanita.
“Ayo pergi, Bibi.”
“Ya, Nona.”
Barak-barak itu sepi seperti baru terkena bom, dan hal ini menimbulkan efek yang sangat memuaskan. Seria tidak menyembunyikan ekspresi puasnya sambil meninggalkan barak itu dengan Abigail yang mengawalnya.
****
Barak para pendeta memiliki suasana yang menyenangkan. Itu karena Para Ksatria Berg, salah satu kekuatan terbesar juga ikut menemani Seria Stern kali ini.
“Luar biasa, memang. Betapa senangnya kami melihat baju besi emas konstelasi Anda bersinar begitu terang. ”
“Mataku berkaca-kaca tanpa alasan.”
‘Mengapa mereka bersikap begitu berlebihan lebay?’
Ada lusinan bangsawan Kekaisaran di tempat terpencil ini karena jalan mereka tanpa sengaja berpapasan. Bagaimana mereka melihat Ksatria Berg dengan baju besi emas konstelasi mereka dan juga Seria Stern berkumpul di depan mereka?
Di mata mereka, mereka tampak seperti malaikat.
Karena mereka dengan jelas melihat bahwa Seria Stern yang terkenal datang untuk membantu mereka, bukankah sikap mereka terhadap Tuhan akan lebih sopan lagi?
“Ngomong-ngomong, di mana Gadis Suci?”
“Dia sangat kesakitan karena kekuatan sucinya belum stabil….”
“Kamu tidak berpikir dia menyelinap keluar, kan?”
Wajah para pendeta langsung mengeras. Mereka buru-buru berlari keluar dari barak dan mulai mencari Lina yang hilang.
****
“Seria.”
Seria berbalik pada suara yang memanggilnya. Segera mata Seria melebar karena terkejut.
Itu Lina.
“Kamu di sini untuk membantuku, bukan? Aku sudah sangat menyakiti perasaanmu…”
Lina tiba-tiba menangis.1 Kepekaannya yang tinggi adalah bagian dari jalan cerita novel asli yang memang sering dimunculkan berkali-kali. Apa yang akan terjadi? Jika Seria bisa berteman dengan si pemeran utama wanita, kemungkinan dia bisa bertahan hidup akan jauh lebih tinggi. Dia yang sebelumnya tentu akan mengambil kesempatan itu.
Tapi sekarang….
Seria menghindari tangan Lina, yang mencoba meraihnya.
“Lina. Saya telah diminta untuk datang untuk menyelamatkan Anda karena saya adalah seorang Stern. “
“Tetapi…”
“Ada pendeta juga di sini.”
“…… Ya saya mengerti…”
Lina dengan cepat menjadi cemberut. Sangat tidak nyaman berada di dekat Lina, jadi Seria dengan cepat mencoba menjauh, tetapi langkahnya terselip.
Abigail lah yang menangkapnya saat dia akan jatuh.
“Seria? Kalung itu…”
Tatapan Lina tertuju pada kalung yang muncul di luar pakaian Seria.
“Seria, itu…” 2
Lina tidak bisa melanjutkan kalimatnya sampai akhir.
“Gadis Suci!”
Sebuah suara yang terdengar seperti teriakan memanggilnya. Itu adalah Pendeta Agung Amos dari Kuil Agung. Lina langsung tersentak.
Sepertinya Lina telah dimarahi habis-habisan oleh Amos. Seria juga sering dimarahi olehnya.
“Sudah lama tak bertemu Seria Stern.”
“Pendeta Agung Amos.”
“Saya lihat Anda telah banyak belajar untuk menjadi orang yang masuk akal. Saya pikir Anda tidak akan pernah berubah. ”
‘Apa yang baru saja aku dengar?’
Amos adalah orang yang sangat disiplin. Kalimat tadi adalah pujian. Sebuah pujian…. yang sangat tinggi untuk Seria. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Seria menatap sang pendeta dengan tatapan kosong. Amos tersenyum tipis.
“Ayo pergi, Gadis Suci.”
Dan Amos pun pergi, membawa Lina bersamanya. Tentu saja, pada saat dia mengatakan kalimat terakhir tadi, dia kembali lagi dengan kesan tegas yang biasa.
Para pendeta merasa lega begitu mereka melihat Lina.
“Gadis Suci!”
“Oh, terima kasih Tuhan.”
“Kupikir Anda mungkin penasaran dan menyelinap ke luar.”
“Aku tidak sebodoh itu!”3
Lina meninggikan suaranya, dan Amos buru-buru membungkamnya. Ini adalah jenis kesan tegas yang dibuat Amos.
“Gadis Suci, bisakah saya berbicara dengan Anda?”
Lina menggigit bibirnya dan mengikuti Amos. Para pendeta saling memandang dengan gugup.
“Gadis Suci, berhentilah mengganggu Stern.”
“…?”
Jika ada satu hal yang Lina pelajari saat menemani Amos, itu adalah bahwa para pendeta Kuil Agung tidak berani memanggil Stern dengan nama mereka. Ini karena jumlah Stern itu sendiri terlalu kecil untuk digunakan seperti kata benda.
Tetapi ketika ada dua atau lebih Sterns bersama-sama, kata-katanya berubah. Dan Lina juga seorang Stern. Tentu saja, Amos seharusnya menyebut Seria sebagai Seria Stern, tetapi karena kebiasaan, dia hanya mengatakan Stern.
Seolah-olah Lina belum memenuhi syarat sebagai Stern.
Tapi Amos hanya menatap Lina dengan ekspresi serius, seolah tidak menyadari kesalahannya.
Lina juga tidak ingin menunjukkan kekecewaannya pada pembicaraan seperti biasanya. Karena apa yang baru saja dia dengar cukup mengejutkan.
“Siapa … yang mengganggu Seria Stern?”
“Gadis Suci.”
Amos menghela napas pelan.
“Cinta adalah emosi terindah yang Tuhan berikan kepada kita. Tetapi karena kesalahan Gadis Suci, Stern jadi tidak dapat menikahi tunangan tercintanya.”
“….. Sudah kubilang aku menceraikan Kalis.”
Tentu saja, itu akan memakan waktu satu tahun penuh. Namun demikian, Lina memberi tahu Kalis bahwa dia akan menceraikannya dan bahwa Kalis harus kembali ke Seria yang dicintainya.
“Gadis Suci, itu adalah urusan nanti. Anda memiliki kecenderungan untuk mencoba meremehkan perbuatan dosa yang telah Anda lakukan.”
“Dosa? Aku tidak melakukan dosa apapun….”4
Air mata menetes dari mata Lina.5
“Jika saya tidak ada di sana, Kalis akan mati di tempat. Anda mengatakan ini karena Anda tidak ada di sana …..! ”
“Itu akan menjadi karma yang harus ditebus oleh Marquis Haneton untuk dirinya sendiri.”
“Pendeta Agung!”
Lina berseru dengan ekspresi terkejut di wajahnya.
“Kalis adalah temanku yang paling berharga. Anda ingin saya menyerahkan nyawa teman saya demi Seria?”
“Anda tahu bukan itu maksud saya, Gadis Suci.”
Ekspresi Amos menegang.
“Anda harus berjanji pada saya bahwa Anda tidak akan pergi menemui Stern lagi.”
“Jika Anda adalah Pendeta Agung, bukankah seharusnya Anda memuji saya karena sudah melakukan tugas dengan baik? Saya menyelamatkan hidup Kalis dengan menunjukkan akal sehat, tapi … Anda selalu memuji Seria. Selalu dia.”
Bergumam sedih, Lina menundukkan kepalanya dan mulai terisak. Meskipun dia berbicara dengan kaku, Amos sebenarnya merasa rumit. Situasinya, tentu saja, lebih kompleks.
Lina benar-benar di titiskan di dunia ini. Mungkin gadis ini tidak tahu banyak karena dia hanya berada di sini untuk waktu yang singkat, tetapi Amos sangat akrab dengan kepribadian Seria Stern.
Seria Stern memiliki kesabaran yang tipis. Sangat tipis. Dia tidak tertarik pada ketenaran yang dia kembangkan di dunia sosial, tetapi yang lain sepertinya tertarik.
Amos tidak punya pilihan selain melihat apa yang dikabarkan tentang gadis itu di dunia sosial karena aktivitas sang pendeta yang sering di luar kuil. Tetap saja, Seria adalah Stern yang penting bagi Kuil, jadi dia masih bisa mentolerir semua itu.
‘Saya lihat saat ini dia sudah bisa bersikap luar biasa masuk akal dibandingkan sebelumnya.’
Akankah Lina tetap terlihat cantik di mata Seria? Dia adalah seorang wanita yang mencuri tunangan Seria dari sudut pandang hati yang sekuler dan polos. Lina adalah seorang gadis suci, tetapi Seria tidak. Bagaimana jika Seria Stern tidak bisa menahan emosinya?
Tempat ini terdiri dari sejumlah besar bangsawan Kekaisaran. Jadi tentu hal ini akan menjadi insiden yang mengerikan jika membayangkan Stern dan Gadis Suci yang diberkati oleh Tuhan bermusuhan di dalam ruangan yang sama. Skandal sebesar ini harus dihindari.
Selain itu, mengingat kepribadian Seria di masa lalu, begitu dia meledak, itu pasti akan menyebabkan keributan tidak hanya di dunia sosial tetapi juga di seluruh benua.
Ini pada dasarnya adalah alasan mengapa Amos berusaha memisahkan Lina dan Seria sejauh mungkin.
Tapi Lina sudah duluan menangis tak terkendali….
Namun, Sang Pendeta Agung harus tegas tentang hal itu. Amos membawa Lina ke barak pribadinya dan pergi setelah memberi tahu para ksatria untuk menjaga Lina agar tetap aman.
Catatan Kaki: