The Yandere Came During The Night [C6 - Onwards] (English to Indonesian Translation) - Chapter 11
Nama-nama yang disebutkan dalam chapter (yang juga bisa dibaca di glosarium):
– 虞 襄 (yú xiāng) – Yu Xiang, pemeran utama wanita
– 虞 品 言 (yú pǐn yán) – Yu Pin Yan, pemeran utama pria
– 虞 府 (yú fǔ) – manor Yu
– 永乐 侯府 (Yǒng lè hóu fǔ) – manor Marquis Yongle
– 于 文濤 (yú wén tāo) – Kementerian Pendapatan
– 來 順 (Lái shùn) – pelayan pribadi Putra Mahkota
– 樸 神醫 (Pǔ shényī) – Tabib Ilahi Pu
Yu Pin Yan melangkah ke halaman kecil Putra Mahkota dan melihat Yu Wen Tao berlutut di pintu masuk dengan raut wajah yang pilu dan menangis tersedu-sedu bersama sekelompok menteri tua. Matahari bersinar sangat terik, namun atmosfer di halaman kini dipenuhi rasa melankolis yang dingin.
Putra Mahkota yang berintegritas dan berbakat ini adalah putra di tertua dari Permaisuri yang berkuasa. Jika tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, dia pasti akan menggantikan tahta sebagai Kaisar berikutnya, tapi sekarang dia terinfeksi epidemi pada perjalanan pertamanya mengerjakan tugas resmi. Dilihat dari rasa sayang Kaisar terhadap sang Putra Mahkota, dia pasti akan memarahi dan mengubur semua orang hidup-hidup kalau Putra Mahkota meninggal karena penyakit ini.
Di bawah teriknya matahari, angin bertiup kencang dan para menteri tua itu sedikit menggigil, merasakan dingin yang menjalar sampai ke tulang. Mereka menoleh ke belakang saat terdengar beberapa langkah kaki mendekat dan mata buram mereka seketika bersinar.
Marquis Yongle! Bagaimana mereka bisa lupa tentang Marquis Yongle yang pergi mencari Tabib Ilahi untuk adik perempuannya! Ini memang berkah dari Surga!
“Marquis, Tabib Ilahi….” Yu Wen Tao berdiri dengan terhuyung-huyung. Sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, dia melihat pemuda yang acuh tak acuh itu menuntun seorang lelaki tua ke dalam ruangan dan menutup pintu dengan rapat, menghalangi pandangan dari semua mata yang sedang berharap.
Karena Putra Mahkota tidak bisa terkena angin, semua jendela di ruangan itu dikunci dan ditutup dengan tirai berlapis yang membuat ruangan menjadi sangat redup. Begitu seseorang mendekati tempat tidur, tercium bau busuk yang sangat tajam dan menusuk hidung, sampai bahkan orang yang sehat pun akan merasa tidak enak badan ketika mencium bau ini.
Yu Pin Yan terlihat tidak mengindahkannya, ia melangkah maju untuk melihat lebih dekat.
Putra Mahkota menjadi sangat kurus sampai ia bagaikan kulit dan tulang hanya dalam waktu setengah bulan. Kedua matanya yang tertutup rapat dipenuhi dengan kotoran kekuningan yang tebal dan udara yang ia hembuskan mengeluarkan bau tidak sedap. Untungnya Yu Pin Yan masih bisa merasakan denyut nadi lemah di leher Putra Mahkota, kalau tidak, dilihat dari penampilannya, dia pasti akan dikira sudah mati.
“Tabib Ilahi Pu, tolong sembuhkan Putra Mahkota.” Yu Pin Yan membungkuk sangat rendah dengan kedua tangan tergenggam ke arah pria tua yang sehat dan sehat itu.
Lai Shun telah menduga kalau lelaki tua ini adalah Tabib Ilahi yang diundang oleh Marquis. Melihat ini, dia berlutut, berulang kali melakukan hormat sujud dan memohon. Dia pintar karena dia tahu bahwa orang yang begitu terhormat tidak bisa dipaksa. Menggunakan kekuatan dan pengaruh untuk membungkamnya dalam merawat Putra Mahkota akan memicu pertengkaran hidup dan mati.
Orang tua itu tidak terpengaruh, mengelus jenggotnya dan berbicara sambil tersenyum, “Yu Pin Yan, sebaiknya pertimbangkan ini dengan hati-hati. Aku hanya setuju untuk mendiagnosis dan merawat satu orang. Setelah aku menyelamatkan Putra Mahkota, aku pasti tidak akan peduli dengan adik perempuanmu!”
Lai Shun menatap Marquis dengan air mata berlinang.
Yu Pin Yan tidak berekspresi namun kedua tangannya terkepal erat di dalam lengan bajunya. Siapa yang lebih penting, Putra Mahkota atau Xiang er? Pilihannya tentu saja adalah menyelamatkan Putra Mahkota terlebih dahulu karena dia sekarang sakit parah namun perawatan Xiang er juga tidak bisa ditunda lagi…..
Yu Pin Yan menutup matanya lalu menangkupkan kedua tangannya, “Memohon Tabib Ilahi Pu untuk menyembuhkan Putra Mahkota.”
Pria tua itu tertawa mengejek, “Awalnya aku berpikir kamu adalah orang yang sangat berperasaan dan berbudi, namun pada akhirnya kamu masih meninggalkan keluargamu untuk menyerah pada kekuasaan, kalau begitu lebih baik aku sembuhkan Putra Mahkota saja.”
Yu Pin Yan mengedutkan bibirnya dan dengan dingin berkata, “Tabib Ilahi Pu tidak perlu bersikap provokatif. Pada dasarnya, Putra Mahkota adalah seorang kaisar, sementara saya adalah bawahannya, dan sudah menjadi kewajiban bawahan ini untuk memberikan kesetiaannya kepada kaisar, jadi tidak adil jika hal ini disebut menyerah pada kekuasaan. Berkaitan dengan sikap berbudi, Putra Mahkota dan saya memiliki persahabatan yang sangat dalam bagaikan keluarga. Saya pastinya akan memilih untuk menyelamatkan Putra Mahkota karena dia sekarang dalam kondisi kritis sementara adik perempuan saya tidak berada dalam situasi yang mengancam nyawa. Karena belum mendesak, saya masih bisa mencari pengobatan dari Tabib Ilahi Wang atau Tabib Ilahi Zhao di masa depan bahkan tanpa Tabib Ilahi Pu.”
Pria tua itu sangat marah dengan jawabannya sampai kumisnya mengarah ke atas dan dia mendengus dingin, “Kamu bisa membantah sekarang. Di dunia ini hanya Master Agung Ku Hui dan aku yang bisa menyembuhkan kaki adik perempuanmu. Master Agung Ku Hui sudah menyeberangi lautan menuju Siam (Thailand) sepuluh tahun yang lalu dan sampai sekarang tidak ada yang tahu apakah dia masih hidup. Saat kamu tidak bisa mencari siapa pun untuk menyembuhkan adik perempuanmu, jangan datang untuk meratap dan memohon padaku!”
Pria tua itu merasa sangat senang dengan dirinya sendiri dan tertawa setelah membalasnya. Dia mengambil kotak obat, lalu berjalan ke samping tempat tidur dan memeriksa denyut nadi Putra Mahkota sebelum dia berteriak keras, “Buka jendelanya! Kalau kamu tidak ingin mencekik Putra Mahkota sampai mati, cepat buka semua jendelanya!”
Nama terhormat Tabib Ilahi Pu sudah sangat terkenal sampai Lai Shun yang tinggal di bagian dalam istana kekaisaran telah mendengar tentang dia. Lai Shun segera pergi untuk membuka semua jendela di ruangan itu, membiarkan sinar matahari yang seketika masuk menerangi seluruh ruangan. Bau tak sedap itu juga perlahan menghilang dan semua orang mulai merasa segar kembali.
Tabib Ilahi Pu mengeluarkan satu set jarum emas dan memutarnya dengan ringan ke berbagai titik meridian Putra Mahkota. Dia juga mengeluarkan tetesan darah kotor dari ujung jari Putra Mahkota, ujung telinga, daun telinga dan berbagai bagian tubuh lainnya. Putra Mahkota, yang berada di ambang kematian beberapa saat yang lalu, terbatuk ringan dan akhirnya sadar kembali.
Penglihatannya agak kabur namun itu tidak menghalanginya untuk mengenali wajah tampan Yu Pin Yan yang bagaikan ukiran. Tersenyum lemah, Putra Mahkota dengan tenang berkata, “Yi Feng (nama resmi Yu Pin Yan), kamu menyelamatkan hidupku lagi.”
Tabib Ilahi Pu merasa tidak puas dan mengingatkan selagi ia menyeka noda darah dari ujung jari Putra Mahkota dengan sepotong kain, “Yang Mulia, Marquis Yongle tidak memiliki keahlian medis apa pun.”
Putra Mahkota tersenyum dan dengan lembut berkata, “Terima kasih banyak kepada Tabib Ilahi karena telah menyelamatkan hidup saya.” Ekspresi puas di wajahnya menghilang ketika dia mengingat sesuatu dan dengan khawatir berkata keras, “Kurasa aku pasti sudah terkena wabah di Luoyang. Kamu harus segera mendapatkan tanaman obat-obatan dan mengumpulkan tenaga medis ke Luoyang untuk menghindari penyebaran epidemi ini tanpa penundaan! Cepat pergi!”
Putra Mahkota mulai demam tinggi pada hari kedua setelah dia berpisah dengan Yu Pin Yan. Pada saat itu, dia mengira dia hanya kedinginan dan mengonsumsi beberapa dosis obat. Karena itu, saat dia menyadari kalau dia benar-benar terinfeksi wabah, sudah terlambat untuk memikirkannya karena dia telah jatuh koma dan pikiran terakhir yang ada di benaknya adalah segera mengumpulkan tenaga medis untuk merawat dan menyembuhkan para korban bencana.
Sayangnya, Yu Wen Tao dan para menteri lainnya tidak bisa membaca pikiran. Mereka juga tidak berpikir untuk mempertimbangkan hal-hal lain begitu Putra Mahkota sakit parah, sehingga hal ini menunda waktu penting untuk menahan penyebaran selama hampir setengah bulan dan sekarang tidak ada yang tahu sejauh mana penyebaran wabah di daerah bencana.
Yu Pin Yan menangkupkan tangannya sebentar dan segera pergi untuk memimpin tugas resmi ini. Tabib Ilahi Pu bisa melihat kedermawanan dan sikap baik budi Putra Mahkota yang juga mencintai rakyatnya seperti anak-anaknya sendiri. Meskipun dia tidak mengatakan apa-apa, dia menjadi lebih berhati-hati saat memberikan jarum.
Yu Wen Tao bersama menteri lainnya masih berlutut di luar halaman dan mereka tercekik dengan air mata saat menerima perintah dari Putra Mahkota. Putra Mahkota sudah sesakit ini namun dia masih mengkhawatirkan orang-orang di daerah bencana. Kemurahan hati dan kebajikannya bukanlah sebuah kepura-puraan tetapi sangat berakar di tulangnya, Dinasti Besar Han sangat beruntung karena memiliki Putra Mahkota yang berbakat dan berbudi mulia.
Para menteri tua itu bersujud keras tiga kali dan pergi untuk mengambil bagian dalam tugas resmi dengan tenaga yang pulih. Kata-kata dan perbuatan Putra Mahkota akan diceritakan dengan kerincian lengkap pada surat laporan yang akan disajikan untuk pembacaan Kaisar begitu mereka kembali ke Ibukota, tidak ada sedikit pun yang dilebih-lebihkan namun masih cukup untuk menyenangkan Yang Mulia. Perbuatan Yu Pin Yan juga merupakan pencerahan yang akan menentukan keputusannya untuk mendidik Marquis muda yang masih remaja ini menjadi tangan kanan Putra Mahkota.
Bagian cerita ini akan dikisahkan di masa depan jadi tidak akan disebutkan untuk saat ini.
Tabib Ilahi Pu menunjukkan bakatnya dengan menggunakan satu set akupunktur penstabil jiwa yang menyelamatkan Putra Mahkota dari ambang kematian. Dia juga meresepkan sebuah dosis obat mujarab untuk konsumsi Putra Mahkota dan rona kemerahan bisa dengan cepat terlihat di kulitnya sementara kedua matanya juga semakin cerah. Tabib Ilahi akhirnya bisa bersantai selagi dia melambaikan tangannya dan keluar untuk tidur.
Putra Mahkota berbaring di tempat tidur selama sepuluh hari penuh. Karena dia sekarang tidak bisa tetap berada di tempat tidur lagi, dia menanyai Lai Shun tentang hal-hal yang terjadi saat dia koma. Lai Shun menjawab semua dengan detail lalu menjadi bimbang selama beberapa saat sebelum akhirnya memberitahu semuanya, “Yang Mulia, ini benar-benar berkat Marquis kecil jadi Anda bisa kembali bangun…” Dia lalu mengulangi percakapan antara Marquis Yongle dan Tabib Ilahi Pu.
Putra Mahkota sangat tersentuh dan menghela nafas panjang sambil melihat ke atas kanopi, “Hidupku sebenarnya ditukarkan dengan kedua kaki adik perempuan Yi Feng. Aku merasa sangat malu.”
Lai Shun langsung menenangkannya, “Yang Mulia tidak perlu berpikir berlebihan. Mari kita cari tabib terkenal lainnya untuk Nona Yu suatu hari nanti.” Dia dalam hati bergumam pada dirinya sendiri; kaki Nona Yu benar-benar berharga karena sudah digunakan untuk menukar nyawa Marquis dan Putra Mahkota. Penundaan penyembuhannya ini bisa membawa nasib baik yang tidak terkira di masa depan dan bahkan jika hanya didasarkan pada kemurahan hati dari kedua orang ini pun, dia sudah cukup beruntung seumur hidupnya.
Melanjutkan alur ceritanya: Yu Pin Yan mengirim orang untuk membeli bahan obat dalam jumlah besar dan juga mengumpulkan banyak tenaga medis. Dia kemudian bertujuan untuk bergegas ke daerah bencana keesokan paginya. Saat gerbong dan kuda akan meninggalkan stasiun penjagaan, dia melihat seorang pengawal kekaisaran berdebat dengan seorang gadis kecil.
Gadis kecil itu terlihat sangat cantik dan menggemaskan, memperlihatkan dua lesung pipi yang dalam di kedua sisi pipinya saat dia tersenyum yang tampak penuh dengan madu, memancing perasaan manis yang menyenangkan dan tanpa ada sedikitpun maksud jahat. Karena dia terlihat sangat lucu, pengawal kekaisaran tidak mencegahnya, namun hanya dengan lembut mendorongnya untuk pergi.
“Tanaman obatku ini sangat berguna. Setelah dikonsumsi, kamu akan sembuh keesokan harinya. Kamu bisa mencobanya sedikit!” Gadis kecil itu mengangkat seikat kertas.
Pengawal kekaisaran itu tidak bisa membujuk si gadis kecil untuk pergi dan terpaksa menerima ramuan obat dengan pikiran kalau masih banyak yang terinfeksi wabah di dalam kompleks dan ini mungkin bisa berguna bagi mereka. Dia sudah pasti tidak akan berani memberikan Putra Mahkota benda apa pun yang asal-usulnya meragukan.
Gadis kecil itu terlihat sudah mengerti apa yang ada di pikirannya dan melanjutkan dengan tersenyum, “Ramuan obat ini benar-benar rumit. Khasiat obatnya akan hilang total kalau tidak ditangani dengan baik. Kamu bisa membiarkanku masuk dan aku akan membantumu meramunya.”
Sebelum pengawal kekaisaran itu bisa membuka mulutnya, sebuah suara dingin yang menusuk datang dari belakang, “Inikah caramu menjaga tempat? Membiarkan orang-orang mencurigakan untuk mendekati stasiun penjagaan dan bahkan menerima obat-obatan yang tidak dikenal. Kalau ini adalah paket racun, bahkan jika kamu mati sepuluh ribu kali itu tidak cukup untuk menyelesaikan hukuman!”
Kaki pengawal kekaisaran menjadi lemas dan langsung berlutut. Dia bersujud pada Marquis yang melangkah ke arahnya. Walaupun tuan ini baru berusia enam belas tahun, dia dikenal kejam sampai bahkan kerabatnya pun tidak tersisihkan. Pelaku yang ditangkap olehnya lebih memilih mati daripada hidup. Setiap kalimat yang diucapkan Marquis masuk akal dan benar sampai tidak ada yang bisa membantahnya. Gadis kecil ini terlihat sangat cantik dan manis sampai benar-benar membuatnya tanpa sadar menurunkan kewaspadaannya. Kalau dia memang seorang pembunuh yang dikirim oleh seseorang, bencana pasti akan segera terjadi!
Semakin dia merenungkannya, semakin dia merasa takut. Pengawal kekaisaran itu menjatuhkan pedangnya dan dengan putus asa terus bersujud.
Gadis kecil itu juga sangat ketakutan. Ekspresi senyum manisnya tadi sekarang dipenuhi dengan rasa takut dan cemas. Matanya yang basah terbuka lebar dan menatap pemuda sedingin es itu dengan penuh rasa sedih.
Pemuda itu mengabaikannya dan menaiki kuda gagahnya di luar pintu depan dan memerintahkan dengan acuh tak acuh, “Tangkap dia dan interogasi dengan seksama. Laporkan kepada yang terhormat1 dan biarkan dia menanganinya kalau ada yang mencurigakan. Jangan ganggu Putra Mahkota karena beliau masih sakit.” Sebelum dia hampir menyelesaikan perintahnya, dia sudah berada di jarak yang jauh.
Pengawal kekaisaran itu berulang kali mengiyakan dan berdiri. Tidak ada sedikit pun ekspresi ramah di wajahnya saat dia meraih gadis kecil yang mencoba melarikan diri itu dan melemparkannya ke penjara bawah tanah stasiun penjagaan.
Si gadis kecil berteriak sekeras mungkin dan meronta hebat. Di tengah perjuangannya, lengan bajunya tergulung, menampilkan sebuah tanda lahir berbentuk anggrek di pergelangan tangannya.
Dia hanya dipenjara selama empat jam sebelum orang tuanya mengajukan permohonan. Karena latar belakang mereka bersih dan kebetulan juga mengenal salah satu petugas penjagaan, mereka berhasil menebus kebebasan gadis kecil itu setelah mengeluarkan sekitar tujuh puluh sampai delapan puluh persen dari harta benda mereka. Mereka lalu buru-buru kembali ke rumah lama mereka di Ling’an pada malam yang sama.
Keluarga yang awalnya sangat kaya berangsur-angsur mengalami kemunduran akibat dari kejadian ini.
Putra Mahkota pulih sepenuhnya tiga hari kemudian dan alih-alih kembali ke Ibukota, dia kembali ke kota yang terkena dampak parah, Luoyang, berjanji untuk berjuang bersama dengan rakyat biasa di sana. Situasi epidemi sepenuhnya lenyap pada awal Agustus dan kota Luoyang kembali makmur. Saat tiba waktunya Putra Mahkota untuk pergi, puluhan ribu rakyat biasa yang berlinang air mata berbaris di jalan untuk mengantarkannya. Kemurahan hati dan kebajikan Putra Mahkota tersebar luas di seluruh negeri yang juga meningkatkan rasa cinta dan hormat rakyat biasa kepada keluarga Kekaisaran.
Kaisar sangat puas dengan kinerja Putra Mahkota dan memberikan pujian yang tak terkendali dan pengakuan kepada para pejabat yang ikut serta, terutama Marquis kecil. Yu Pin Yan yang berusia enam belas tahun juga menerima pujian sebagai ‘Sang Jenius yang Tak Terkekang Waktu’ dan manor Marquis Yongle juga ‘bangkit seiring dengan arus.’