Very Happy (Chinese-Indonesian Translation) - 2
Bab 2 : Harapan di Hari Ulang Tahun
Esok paginya para kru mulai bekerja dan Song Yu masih saja datang terlambat. Song Yu melihat Li Zhao tersenyum dengan cerah dan perasaan Song Yu seketika berubah menjadi buruk. ‘ Senyum terus, emang ada yang lucu?’ Song Yu berkata dalam hatinya.
Asisten pribadi yang mengkuti Song Yu terkejut ketika melihat Li Zhao tersenyum begitu cerah, dan dia bertanya dengan Song Yu dengan suara kecil, “Song-ge, apakah dia ingin meminjam uang dari kita?” atau Li Zhao menjadi bodoh karena Song-ge selalu memberinya makan malam setiap hari?
“Song-ge, selamat pagi.” Li Zhao menyapa Song Yu dengan antusiasnya, dan dengan ramahnya meberikan sebotol air mineral yang disediakan kru, tidak lupa juga dia membantu membukakan tutup botolnya.
Melihat botol air mineral yang diberikan kepada nya, Song Yu dengan dagu terangkat menjawab Li Zhao dengan suara yang dingin: “Gak butuh, aku hanya minum air mineral impor.”
Ketika Li Zhao mendengar kata – kata yang diucapkan Song Yu, dia dengan cepat mengambil kembali botol minum seharga kurang dari dua yuan dari hadapan Song Yu: “Song-ge punya selera yang bagus.”
‘Kaya banget!’ Li Zhao berteriak dalam hati.
Begitu jelas bahwa Song Yu ingin mempermalukan Li Zhao dengan menunjukkan betapa kaya dirinya tapi yang bersangkutan tidak hanya tidak merasa malu tapi juga menunjukan perasaan kagum dan takjub padanya. Song Yu merasa frustasi seperti perasaan orang yang memukul kapas, dan dia hampir tidak bisa menahan untuk tidak memutar matanya dan hanya bisa tertawa kering: “Haha.”
‘Tenang, Song Yu, kamu harus tenang. Sebentar lagi kamu akan menjadi aktor populer, jangan berakrab ria dengan orang miskin dan katrok.’ Song Yu berkata dalam hatinya.
Setelah menenangkan perasaannya, Song Yu berbalik dan berjalan menjauh. Setelah beberapa langkah, dia mendengar Li Zhao dengan suara yang ceria berkata: “Song-ge, hati – hati jalannya.”
Mendengar suara Li Zhao yang begitu ceria, asisten Song Yu tidak bisa menahan rasa penasarannya dan berbalik melihat Li Zhao beberapa kali. Melihat mata Li Zhao yang penuh dengan senyuman membuat hati nuraninya tersentuh. ‘Tersenyum begitu senangnya, apakah dia tidak sadar kalau Song-ge berusaha membuatnya tidak terkenal, atau Li Zhao memang bodoh?’ dia berkata dalam hati.
Di pojok lokasi syuting, sutradara Liu menonton rekaman syuting dan merasa puas dengan performa Li Zhao: “Meskipun Li Zhao bukan dari sekolah akting, tapi peran yang dia mainkan sangat beraura.” Di awal, Li Zhao dipilih untuk berperan sebagai pemeran pria ke dua, sebagian besar karena dia sangat tampan dan harga kontraknya begitu murah. Diantara daftar kandidat yang ada, dia yang memiliki wajah paling tampan. Di idol drama, yang paling penting adalah pemerannya tampan dan cantik. Jika bukan karena Song Yu lebih memilih untuk berperan sebagai pemeran pria ke dua, sutradara Liu pikir posisi peran tiap pemainnya akan lebih sesuai.
“Semua grup bersiap, kita akan mulai syuting adegan selanjutnya.” Sutradara Liu berdiri dan membujuk Song Yu dan pemeran utama wanita untuk bersedia syuting di bawah terik matahari. Dia hanyalah sutradara kecil yang tidak punya keberanian untuk menyinggung mereka yang punya ketenaran dan uang.
Setelah syuting di sore hari, Li Zhao mencari kesempatan untuk berbicara dengan staf drama dan minta ijin untuk membawa manajernya untuk tinggal bersama dengannya selama proses syuting berlangsung hingga bulan depan karena dia tidak punya asisten pribadi untuk membantunya. Para staf tidak berpikir lebih jauh dan langsung setuju di tempat. Lagipula, siapa yang bisa menebak bahwa pemeran utama pria membawa manajernya untuk makan dan minum gratis?
Senyum di wajah Li Zhao kepada Song Yu semakin cerah ketika dia berpikir akan ada seseorang yang menemaninya makan dan minum di lokasi syuting. Sayangnya di sore hari, Song Yu meminta ijin untuk pergi lebih dulu dari lokasi syuting dan tidak ada yang memberikan Li Zhao jatah makan malam hari itu.
Di kamar hotel, Li Zhao tidak bisa tidur dan dia terus membalik – balikkan badanya di kasur. Dia lalu mengambil hp nya dan membuka aplikasi pengiriman makanan. Dia menemukan bahwa harga ongkos kirim pada malam hari lebih mahal dua sampai tiga kali lipat dari harga antar di siang hari, akhirnya dia menyerah dan berhenti berpikir untuk memesan makanan.
Harga pesan antar makanan terlalu mahal, tapi Li Zhao terlalu lapar sampai dia tidak bisa tidur. Li Zhao berpikir dengan keras dan setelah berpikir begitu lama, dia bangun dan mengganti bajunya untuk keluar membeli makanan.
Ada jalanan yang penuh dengan jajanan di dekat hotel yang sangat ramai di malam hari musim panas. Meskipun jam menunjukkan 3 atau 4 dini hari, banyak anak muda yang nongkrong untuk minum bir. Di warung kecil yang penuh dengan pembeli, Li Zhao membeli sekotak mi goreng dan beberapa tusuk sate, dia berjalan kembali ke hotel sambil bersenandung riang.
Angin malam berhembus di wajahnya dan membawa dinginnya angin malam. Di pinggir jalan, dia menemukan kursi taman untuk duduk. Li Zhao lalu membuka kotak berisi mi goreng dan mulai makan.
Harum mi goreng di tengah malam membuat Li Zhao semakin merasa lapar. Sebelum dia mematahkan sumpitnya dan memakan mi gorengnya, dia melihat seorang lelaki tua dengan baju yang kotor dan membawa mangkuk pecah berdiri tidak jauh darinya, pengemis itu melihat ke arah mi gorengnya.
Li Zhao hanya bisa menghembuskan napas lalu dia berdiri dan memberikan setengan mi gorengnya ke mangkuk lelaki tua itu, dan dia juga memberikan dua tusuk sate nya. Melihat lelaki tua itu berjalan menjauh darinya sambil memakan sate, Li Zhao terbenam dalam kesedihan sebelum memulai makan.
Setengah porsi mi goreng tidak cukup untung mengisi perut Li Zhao, pemuda berumur dua puluh tahun. Li Zhao menyentuh perutnya yang belum kenyang dan dia memakin habis sate nya tanpa tersisa, bahkan sampai menjilat habis sisa bumbu yang ada. Ada yang bilang selera makan remaja akan meningkat karena tubuh mereka dalam masa pertumbuhan. Dia tidak lagi seorang remaja, jadi dia tidak butuh lagi banyak makanan.
Padahal baru satu hari Song-ge tidak ada, tapi Li Zhao sudah merasa kangen. Kangen dengan daging panggang, kangen dengan teh susu, dan kangen dengan semua jenis daging yang diberikan Song-ge. Seharusnya dia membeli dua buah roti kukus tadi. Roti kukus dan mi goreng sangat cocok dimakan bersama, rasanya pasti enak dan mengenyangkan.
Setelah selesai makan, Li Zhao berdiri dan membuang bekas makanan ke dalam tempat sampah, Li Zhao menghembuskan napas panjang dan bersiap untuk kembali ke hotel untuk tidur. Akhir – akhir ini kru drama mulai syuting dengan terburu – buru untuk menyesuaikan jadwal pekerjaan Song Yu, 2 hari ke depan jadwal syuting di penuhi dengan adegan yang akan Song Yu mainkan.
Baru saja berjalan dua langkah, Li Zhao tidak bisa menahan dirinya untuk terus melihat ke arah jalanan yang dipenuhi dengan warung makanan dan berharap dia bisa berbalik dan memakan semangkung mia kuah dengan daging. Sayangnya dompetnya yang tipis tidak mengijinkannya untuk membeli makanan lagi.
Lampu jalanan membuat bayangan Li Zhao memanjang dan bayangannya yang penuh dengan kesepian menjalar ke arah mobil hitam yang di parkir di pinggir jalan. Bayangan itu bergerak mengikuti tuannya.
Jendela mobil itu mulai turun tidak lama setelah bayangan itu menghilang dari simpang jalanan. Tidak lama, jendela mobil itu kembali dinaikkan.
“Pak, anda belum makan selama lebih dari sepuluh jam…”
“Huh?” laki laki yang duduk di bagian belakang mobil di antara gelapnya malam menjawab, hanya salah satu tangannya yang putih terlihat di bawah pantulan cahaya lampu jalanan yang redup. Tapi tak lama setelah itu, laki laki itu juga menarik tangannya yang terlihat dari pantulan cahaya ke arah gelapnya malam.
Mobil itu kembali sunyi.
Dua hari kemudian, Zhang Xiaoyuan, manajer Li Zhao, datang dengan membawa koper besarnya ke tempat kru drama berada. Memiliki pengalaman sebagai asisten pribadi untuk Li Zhao, dia dengan cepat beradaptasi dan mulai akrab dengan kru drama. Setiap ada anggota kru yang membagikan makanan kecil, dia selalu bisa membantu Li Zhao untuk mendapatkan bagian untuknya.
Hari dimana liburan Song Yu berakhir, suasana hati staf menjadi sedikit muram. Hal yang sangat susah untuk terus tersenyum kepada orang yang tidak disukai. Karena itu, ketika Song Yu menginjakkan kakinya di lokasi syuting, Li Zhao adalah orang pertama yang menyapanya dengan sangat ceria.
“Song-ge akhirnya kembali, Song-ge sudah berkerja dengan keras.” Li Zhao berlari mendatangi Song Yu sambil membawa kursi untuk Song Yu. Zhang Xiaoyuan mengikuti Li Zhao dan datang membawa kursi untuk asisten pribadi Song Yu sambil menyapa mereka.
“Li Zhao, ini adalah produk yang diberikan oleh brand yang aku iklankan selama dua hari ini.” Song Yu menyuruh asisten pribadinya untuk memberikan Li Zhao satu kardus penuh dengan cokelat: “Bawa dan makan dengan perlahan. Jika tidak cukup, aku masih punya stok yang belum dimakan.” Dia sudah mulai mendapatkan pekerjaan untuk mengiklankan barang dan Li Zhao masih belum dikenal public, Song Yu merasa sedikit bangga. Dia tidak percaya, setelah memakan begitu banyak cokelat berkalori tinggi, mana mungkin Li Zhao tidak menjadi gemuk?
“Terima kasih Song-ge, kamua orang yang sangat baik.” Li Zhao mengambil cokelat yang diberikan dengan kedua tangannya sambil melihat kearah Song Yu dengan mata yang bersinar.
Dihadapkan dengan mata yang begitu bersinar, Song Yu sedikit merasa bersalah. Dia lalu memalingkan wajahnya dari tatapan Li Zhao dan menjawab Li Zhao hanya dengan gumaman yang samar sambil menutup matanya untuk menghindar dari Li Zhao.
Zhang Xiaoyuan melihat kearah sekardus cokelat di tangan Li Zhao dan membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu tetapi, ketika ia melihat senyum di wajah Li Zhao, dia kembali menutup mulutnya. Dia adalah orang yang membawa Li Zhao kedunia entertainment, jadi dia tahu dengan pasti betapa Li Zhao takut dengan rasa kelaparan.
Hari – hari berlalu, dan proses syuting sudah mendekati akhir. Hari ini adalah hari ulang tahun Li Zhao yang ke-dua puluh. Kru drama begitu sibuk dan suasana kacau balau, tidak ada yang mengingat ulang tahunnya. Setelah syuting hari itu berakhir, Zhang Xiaoyuan membawa Li Zhao keluar untuk memakan casserole mie beras1.
“Ah Zhao, maafkan aku, aku berjanji kalau aku akan membawa mu hidup dengan nyaman di dunia entertainment, siapa yang tahu perusahaan tempat kita malah bangkrut.” Zhang Xiaoyuan menaruh sekotak kecil kue ulang tahun di atas meja dan mendorongnya kearah Li Zhao lalu membukanya. Di dalamnya, beberapa lilin sudah bercahaya: “Selamat ulang tahun ke-dua puluh.”
“Terima kashih Xiaoyuan-ge.” Li Zhao menggaruk kepalanya dan tersenyum: “Xiaoyuan-ge, tidak perlu merasa bersalah, jika gege tidak membawa ku ke dunia entertainment, maka hidupkan mungkin akan lebih menderita daripada sekarang.”
Zhang Xiaoyuan hanya bisa tersenyum masam: “Cepat buat permohonan sebelum meniup lilin-nya.”
Li Zhao berpikir dengan serius, dia lalu mendekapkan kedua tangannya dan membuat permohonan.
‘Aku harap Xiaoyuan-ge tidak menjadi pengangguran dan aku harap aku bisa makan banyak makanan di masa depan.’
Zhang Xiaoyuan hanya memakan kue nya sedikit, dan sisanya berada didalam perut Li Zhao. Ketika mereka keluar dari warung mie, mereka melihat begitu banyak karangan bunga di depan restoran elite di sebelah mereka. Begitu banyak balon – balon yang disukai anak – anak diikatkan di karangan bunga tersebut dan masing – masing bertuliskan “Selamat Ulang Tahun yang ke – Sepuluh Wang Qiang”.
Melihat pemandangan itu, Zhang Xiaoyuan memalingkan wajahnya dan memandang kearah Li Zhao yang berdiri di sampingnya.
“Xiaoyuan-ge, Xiaoyuan-ge!” Li Zhao menujuk kearah yang tidak jauh dari mereka, “Seseorang menjual balon disana.” Lalu Li Zhao berlari kearah si penjual balon. Zhang Xiaoyuan hanya bisa berjalan mengikutinya dan mendengar Li Zhao sedang menawar balon dengan sang penjual. Satu menit kemudian, balon seharga lima belas yuan berhasil dibeli Li Zhao seharga sepuluh yuan.
“Ini adalah pertanda bagus.” Li Zhao berkata sambil mengikatkan balonnya ke pergelangan tangannya dengan serius: “Ini pertanda di masa depan ku, aku akan makan berbagai macam makanan yang aku mau.”
Ketika Li Zhao masih kecil, panti asuhan tempat dia tinggal hanya memiliki satu buah telivisi. Kartun yang dia dan teman – temannya paling suka adalah “The Little Master of China”. Semua yang menontonnya pasti merasa lapar melihat begitu banyak makanan enak dan bermimpi akan bisa memakannya ketika mereka sudah dewasa. Karena itu, untuk mewujudkan impian ini, dia harus berkerja keras dan menghasilkan begitu banyak uang.
“Benar juga.” Zhang Xiaoyuan menepuk bahu Li Zhao: “Ketika kamu terkenal, impian mu akan menjadi kenyataan.” Dia berkata sambil menghadap kearah balon dengan warna yang tidak rata, jelas sekali balon yang dibeli Li Zhao adalah balon murahan. Meskipun begitu, masih ada harapan yang bisa mereka rasakan.
Bagaimana jika impian mereka benar – benar akan menjadi kenyataan?
Malam itu, video yang ditangkap oleh kamera pengawas di uploud ke akun Weibo oleh media resmi pemerintah. Di video, terlihat seorang pemuda memberikan setengah makanannya ke seorang pengemis yang sudah tua. Setelah memberikan makanannya, si pemuda kembali duduk dan memakan makanannya, dia terlihat begitu lapar. Media resmi pemerintah itu hanya ingin mempromosikan kebaikan hati yang terdapat didalam diri setiap manusia. Tidak disangka, video tersebut membuat banyak netizen untuk membagikan dan membicarakan isi video tersebut.
Bunga Musim Semi: Sayang, videonya gak berkualitas HD, wajah si mas-nya gak kelihatan. Tapi insting ku mengatakan kalau si mas-nya pasti memiliki wajah yang tampan.
Sibanyak makan: Melihat si mas duduk di kursi dan makan sendiri, aku merasa kasihan. Dia terlihat masih begitu muda.
Bisa tidak aku tidak bekerja lembur hari ini: Apa hanya aku yang sadar kalau mas-nya bahkan sampai menjilat sisa bumbu di tusuk satenya? Jadi pingin belikan makanan buat mas-nya.
Pedang sepanjang 40 meter: Setelah nonton video-nya, aku berdiri dan memukuli adik laki – laki yang suka pilih – pilih makanan…
Penulish ingin mengatakan sesuatu:
Dewa Pengabul Harapan: Ok, harapan mu akan terkabul.
Catatan:
-
-
-
- Rice Noodle Casserole (砂锅米线)
-
-
Comments for chapter "2"
NOVEL DISCUSSION
Support Foxaholic Global
Your donations will go towards site costs and management.
Individual translators usually have their own ko-fi buttons.