Virtuous Old Man, SSS-Rank is Confirmed in Your Next Life (English to Indonesian Translation) - Volume 1 : 01
- Home
- Virtuous Old Man, SSS-Rank is Confirmed in Your Next Life (English to Indonesian Translation)
- Volume 1 : 01 - Pak Tua yang Baik Hati, Mari Belajar Aksara dengan Tunanganmu
Matahari pagi membangunkanku, aku duduk di atas kasur lalu meregangkan tubuhku.
Ya, tubuhku yang kecil ini dan bagian tubuhku yang lainnya gemuk serta pendek.
Saat ini aku berusia tiga tahun, ingatan dari kehidupanku yang sebelumnya belum terhapus, tubuhku pun mulai tumbuh dan berkembang secara normal seperti orang biasanya.
Terakhir kali aku melihat sang malaikat perempuan itu, adalah hari saat aku dilahirkan, dia memperlihatkan raut wajah cemas dan menunduk, lalu menghilang begitu saja.
Sejak saat itu, dia belum memperlihatkan dirinya lagi.
Satu-satunya yang tertinggal darinya adalah ingatanku tentang dirinya.
Aku adalah seseorang yang jiwanya bereinkarnasi ke dalam tubuh seorang anak kecil, dengan pengetahuan dari kehidupanku yang sebelumnya, pengetahuan yang didapatkan selama berpuluh-puluh tahun.
Alexander Carlisle.
Itulah namaku yang baru.
Aku adalah putra pertama dari keluarga bangsawan yang terkemuka, Bangsawan Tinggi Carlisle. Sejak aku dilahirkan, hidupku sangat nyaman dan mudah sehingga tak perlu untuk memikirkan apa pun.
Ada pun seorang gadis seusiaku yang tinggal bersama kami. Dia datang ke rumah kami di saat aku baru bisa berjalan.
Namanya adalah Angelica Silva.
Dia adalah putri pertama dari keluarga bangsawan yang baru muncul, keluarga Silva, dan dia adalah tunanganku.
Ayahku sangat berniat untuk mendapat seorang tunangan yang cocok untukku.
Berdasarkan kehidupan dewasaku yang sebelumnya, aku sangat waspada tentang hubungan yang terdapat antara Bangsawan Tinggi dan bangsawan baru.
Apa pun yang Bangsawan Tinggi perintahkan, seorang bangsawan baru tidak bisa menyangkalnya.
Aku merasa lega bahwa tunanganku adalah anak yang seusia denganku.
Bahkan meskipun sang Bangsawan Tinggi menginginkan seorang anak gadis yang baru saja belajar berjalan untuk menikahi seorang lolicon, pihak bangsawan baru tidak bisa menolaknya. Perbedaan di antara keduanya sangat jelas.
Saat ini aku masih seorang bocah yang berjalan pun tidak lancar, namun jiwaku adalah seseorang yang lebih tua dibanding dengan ayahku.
Tentunya dia adalah calon pengantinku, tapi tetap saja, sulit untukku memandang dia seperti itu.
Jadi saat ini yang bisa kulakukan adalah mengawasinya dan membangun hubungan pertemanan yang baik dengan Angelica ─ Angie.
[ Selamat pagi …. Alec-sama. ]
Angie terbangun di sampingku.
Ini sudah menjadi kebiasaannya, untuk menyusup ke dalam selimutku. Dia masih setengah sadar sehingga dia menjadi sedikit tidak malu dari biasanya.
[ Selamat pagi Angie, kamu mau mencuci muka? ]
[ Alec, ayo kita pergi bersama…. ]
[ Baiklah kalau begitu, ayo. ]
Aku menggandeng tangan Angie sembari berjalan keluar dari kamar tidur yang besar dan luasnya seperti taman bermain, menuju ke lorong.
Di lorong ada Amelia, aku pun sudah akrab dengannya.
Amelia adalah seseorang yang ditugaskan untuk merawat dan mengawasi rumah; sesaat dia melihatku dia membungkukkan badannya untuk memberikan hormat padaku.
[ Selamat pagi Alec-sama, apakah Anda akan bersiap untuk pagi ini? Biarkan saya membantu Anda. ]
[ Tidak apa-apa, kami bisa melakukannya sendiri. Aku akan menyapa ayahku nanti, jadi tolong informasikan itu kepadanya. Kalau tidak, biar ayahku yang datang kesini. ]
[ Siap, Tuan Majikan pasti sangat mencintai Tuan Muda Alec-sama, benarkan? ]
[ Meskipun begitu, ayahku adalah seorang Duke, dan jika ia memperlihatkan wajah yang tidak berwibawa di suatu tempat, kemungkinan orang-orang tidak akan menghormatinya lagi. ]
[ Ah…. sungguh kecerdasan yang tidak tertandingi… Baiklah, dimengerti! Serahkan saja pada Amelia, saya akan meminta Tuan Majikan untuk bertemu dengan Anda. ]
[ Kamu yakin? ]
[ Tentu saja! Yang harus kulakukan adalah memberitahu tentang Alec-sama. Bahwa Alec-sama, orang yang paling peduli dan dicintai, ingin bertemu dengannya, Tuan Majikan harus menunggu kedatangan Anda! ]
Amelia menarik napasnya seraya mengeluarkan pernyataan tersebut dengan berani.
Aku hampir merasa khawatir di saat kemunculan dirinya, namun ayahku sepertinya membagikan jiwa keberaniannya.
[ Baiklah, kuserahkan padamu. ]
[ Siap! ]
*
Sore ini adalah pertama kalinya aku dan Angie belajar dengan seorang guru pribadi yang telah disiapkan.
Pelajaran kita akan berlangsung di sebuah ruang belajar di dalam rumah kami yang besar, di mana di dalamnya terdapat dua bangku belajar dan sebuah papan tulis.
Pengajar kita adalah seorang pemuda yang bersemangat.
[ Mari kita mulai pelajaran hari ini tentang membaca dan menulis. ]
[ Baik, itu akan sangat dihargai. ]
[ Iya, terima kasih. ]
Aku membungkuk sedikit, dan Angie yang duduk pada bangku yang berada di sampingku, melakukan hal yang sama sambil panik. ]
[ Baiklah, saya akan mengucapkan aksaranya terlebih dahulu, lalu kalian yang akan mengikuti sambil membacanya dengan keras. ]
Pemuda itu menuliskan aksara pada papan tulis lalu membacanya secara lantang kepada kami dengan artikulasi yang sempurna.
Aku dan Angie membaca seperti yang telah disebutkan, mengikuti yang pengajar ucapkan.
Setelah mempelajari cara membaca aksara, kami diperintahkan untuk menuliskan aksara itu ke buku tulis yang ada di depan kami.
Ini merupakan pengalaman yang menyegarkan karena mempelajari aksara baru dari awal. Sudah berpuluh-puluh tahun lamanya aku melakukan sesuatu seperti ini.
Aku cukup memakan waktu untuk menuliskan aksara tersebut, Angie sebaliknya, ia melakukannya dengan semangat.
Ia terlihat menggemaskan di saat melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh padahal ia baru saja berusia tiga tahun. Dia lucu sekali, aku ingin menggapainya lalu mengusap kepalanya.
Oh iya, sebetulnya ruang belajar ini bukanlah ruangan yang terpencil.
Semua jendelanya tertutup, hanya pintunya yang terbuka lebar.
Ayah dan ibu berada di lorong, menonton pembelajaran kami.
Mereka pikir, mereka sedang mengintip, namun mereka sangat jelas terlihat di depan ruangan ini.
Mereka berdua sangat perhatian pada kami; adalah keadaan yang biasa dari orang tuaku yang aneh.
[ Sudah? Mari kita lihat yang sudah kalian tulis. ]
Setelah menyelesaikan tes lisan, pengajar mengumpulkan catatan kami dan menilainya dengan pena merah.
Tidak lama kemudian, ia mengembalikan catatan itu kepada kami.
[ Wah…. Nilainya seratus! ]
[ Hebat sekali, Angie. ]
[ Iya! Terima kasih! Alec-sama! ]
Angie terlihat sangat menggemaskan sehingga aku tidak tahan lalu aku mengulurkan tanganku dan mengelus kepalanya.
Angie tersipu malu dengan senyumnya yang manis.
Aku melirik ke arah catatannya, tulisan tangan Angie memperlihatkan dedikasi.
Aku percaya kalau ia memiliki bakat menulis aksara yang indah, namun aku pikir itu merupakan suatu kemampuan manusia sehingga bisa menulis aksara dengan detail.
Aku sangat tidak sabar menanti Angie di saat ia sudah besar nanti akan seperti apa.
[ Oh, Alec, apakah kamu sedang belajar ─ ]
Ayah memasuki ruang belajar.
Dia bertanya dalam bahasa yang sangat aneh, apakah [ Aku sudah belajar ].
Dia berpura-pura kalau dirinya baru saja lewat.
[ Mari kita lihat. Nilai Alec… Hmm…. ]
Raut wajah ayahku berubah.
[ Apa yang ayah lakukan di sini? ]
[ Sembilan puluh lima… tidak…. lumayan bagus untuk percobaan pertamamu, hmm. Selain itu, tulisan tanganmu juga bagus… Hmm ]
[ Nilainya 95? ]
Aku pun sampai terkejut.
Tidak mungkin aku membuat kesalahan pada sebuah tes yang diberikan ke anak berusia tiga tahun.
[ Ayah, bolehkah aku melihatnya? ]
[ Tidak, ini adalah hasil tes pertama Alec, aku akan menyimpannya sebagai benda pusaka─ ]
[ Kumohon perlihatkan itu padaku. ]
[ Hmm? ]
Dengan anggukan penasaran dari ayahku dan suara nada yang lebih tinggi dari biasanya, ayah menyerahkan catatanku itu padaku.
Lalu aku memeriksa catatanku.
Hampir semua jawabanku dinilai sebagai jawaban benar, kecuali satu, yang berada tepat di sebelah tanda X.
[ … Guru ]
[ Ya, ada yang bisa saya bantu, Alec-sama? ]
[ Ini, tentang aksara ini. ]
[ Ya, itu hampir benar. Kami tidak membuat bagian itu menyebar. ]
[ Tidak, itu seharusnya menyebar. Hanya sedikit lebih tua ─ dan ditulis dengan cara yang kaku. ]
[ Eh? ]
Pengajarku menjadi kebingungan.
Ayah, yang sedari tadi mendengarkanku, segera merebut catatanku dari tanganku. Saat dia melihat bagian yang ditandai X, dia mengangguk-anggukkan kepalanya dengan wajah datar dan itu bukanlah sesuatu dari orang tua yang aneh.
[ Hmm, kamu benar Alec. Aku akan simpan ini sebagai benda yang sensitif dalam dokumen resmiku juga. ]
[ Oh, begitu. Hanya masalah sepele toh…. ]
Pengajar itu mencoba menutupi kesalahannya dengan tawanya yang kaku. Wajah ayahku yang datar terlihat cukup lama, namun kemudian ia segera kembali ke dirinya yang aneh.
[ Ah, aku tahu ini… Tetapi kepintaran Alec membuatku terpukau. ]
[ Sayang, perlihatkan itu padaku. ]
[ Ini. ]
[ Wah… Alec memiliki tulisan tangan yang bagus. Alec sungguh cerdas. ]
[ Ya, tentu! Pintar sekali, aku tak masalah jika menyerahkan persoalan pemerintah kepadamu sekarang! ]
[ Eeehhh?! ]
[ Sayang, itu tidak bijak. ]
Apa yang ayah katakan membuatku terkejut. Untungnya, ibuku langsung menegurnya.
[ Aku ingin Alec menghabiskan masa kecilnya dengan senang-senang sebelum ia pergi ke dunia luar untuk membuat namanya dikenal. ]
[ Aku harus membuat namaku terkenal, Bu? ]
[ Iya, itu benar juga. Aku akan menunggu saat itu untuk beberapa tahun! ]
[ Tidak ayah, sepertinya harus menunggu untuk beberapa puluh tahun, bukan beberapa tahun. ]
[ Kamu tidak setua itu, bahkan, kamu belum 30 tahun. ]
[ Ya sudah, benda ini sekarang menjadi benda pusaka keluarga. Karena ini sangat penting, kita harus membawanya ke gereja untuk disucikan. ]
[ Itu ide yang bagus, sayang. ]
Orang tuaku mendiskusikan ini sembari berjalan keluar ruangan, dan juga membawa catatanku bersama mereka.
Bukankah ini agak …. berlebihan?
Comments for chapter "Volume 1 : 01"
NOVEL DISCUSSION
Support Foxaholic Global
Your donations will go towards site costs and management.
Individual translators usually have their own ko-fi buttons.