What an Audacious and A Sly Servant! (English - Indonesian Translation) - Chapter 121 (1)
- Home
- What an Audacious and A Sly Servant! (English - Indonesian Translation)
- Chapter 121 (1) - Penutup
Chapter 121 (1) : Penutup
Silakan kunjungi blog terjemahan Inggrisnya.
Chapter 121 English Version by haruongy98
Chu Xun bersedih, segumpal besar hatinya ambruk dengan bunyi yang keras.
Cuaca di ibu kota mulai berubah muram dan semakin banyak awan hitam yang berkumpul, itu adalah pertanda hujan lebat akan turun.
Chu Xun tidak tahu berapa lama ia merasa tak sadar, ia tidak tahu bagaimana ia kembali ke istana kekaisaran. Saat ia mendapatkan kembali akal sehatnya, ia sudah duduk di dalam Istana Ming Jue, tetesan air hujan yang besar pun berjatuan di luar sana. Ketipak-ketipuk, ketipak-ketipuk, dan banyak orang yang mengelilinginya.
Pejabat Senior Song, si gadis lentera, Raja Lin Xian, Hong Han Pin, Jenderal Agung Di, Di Mu Yang, Ibu Suri, Tuan Muda Pertama Mei, Tuan Muda Keenam Mei, Xie Yun, Xiao Jing Zi, Zhu Li … bahkan Pangeran Chen yang dikurung di dalam Istana Dingin juga keluar.
“Kalian semua mengelilingi zhen seperti ini, zhen merasa sedikit sesak.”
Mereka berpindah tetapi mereka masih memandangi Chu Xun seolah mereka takut ia akan melakukan hal yang bodoh.
Pejabat Senior Song, sebagai perwakilan mereka, mulai menghibur, “Yang Mulia, menurut apa yang dikatakan Tuan Muda Hong ini, kapal Deng Kecil menghilang selama kabut laut. Selain dari Deng Kecil, Nona Keempat Di dan calon suaminya juga berada di kapal itu. Jika Deng Kecil secara sengaja menghindarimu, tidak ada alasan untuk membawa serta dua kantong berisi masalah ini.”
Diikuti itu adalah pelototan galak Jenderal Tua Di. Putrinya dan calon menantu lelakinya juga menghilang. Orang tua, bagaimana bisa kau bilang seperti ini?!
Tidak jadi masalah jika ia tidak menyebutkannya, kata-kata Pejabat Senior Song seperti jarum yang tajam, dengan keras menusuk hati Chu Xun, tiap tusukannya membuat hatinya sakit. Chu Xun memegangi pakaian di bagian dadanya dengan satu tangan, lingkaran kerutan pun muncul di dadanya.
Hati yang kacau.
Chu Xun menekan ombak yang bergelombang di dadanya, ia berkata dengan suara rendah, “Walaupun lautan luas sangatlah luas, akan selalu ada akhirnya. Kirimkan orang untuk mencari. Mereka harus membawa kembali Mei Qian Deng untuk zhen.”
Ia menemukan Hong Han Pin di antara mereka dan menunjuknya, “Kau adalah seseorang yang dipilih Mei Qian Deng, kau pastinya lebih berpengalaman. Apa ada yang ingin kau katakan?”
Hong Han Pin memberi hormat padanya dan perlahan berkata, “Aku dibesarkan di laut, sudah banyak sekali melihat kapal yang berakhir sebelum waktunya di lautan yang luas. Kabut laut yang dihadapi Yang Mulia Permaisuri sangat aneh, aku hanya pernah mendengarnya dalam desas-desus sebelumnya.”
Apabila Hong Han Pin menghadapi itu sebelumnya, ia mungkin tidak akan berdiri di depan Chu Xun sekarang ini.
Chu Xun tenang sekali, ia bertanya kalem, “Desas-desus apa?”
“Pada malam bulan purnama, kabut laut yang muncul akan menyebabkan ruang-waktu yang melengkung, mereka akan terhubung dengan dunia supernatural. Namun, ada seekor monster laut yang menjaga pintu masuknya. Monster laut itu akan menelan kapal apa saja yang masuk tanpa diundang ke dalam kabut laut, untuk mengubah mereka menjadi kapal hantu. Jika seseorang entah bagaimana berhasil lolos dari monster laut itu, mereka mungkin berkesempatan untuk menjadi mahkluk abadi.”
“Heh.” Chu Xun menyeringai, “Omong kosong.”
Tentu saja Hong Han Pin tidak mempercayainya, tetapi ketika manusia yang kecil dan lemah, berhadapan dengan kekuatan alami yang tiada batasnya, mereka akan mengarang cerita-cerita supernatural untuk menghibur diri mereka sendiri.
“Ibunda Kekaisaran, kalian semua, tolong pergi dulu. Zhen ingin menyendiri.”
Dengan kata-kata Chu Xun, Ibu Suri memimpin mereka semua pergi, mengerutkan kening, ia merasa sangat khawatir tentang putranya, “Mengenai Qian Deng, langit akan menolong orang yang pantas. Mungkin saja ia akan kembali dalam beberapa hari. Xun er harus menjaga tubuh nagamu. Kau adalah Kaisar Chu Agung, di pundakmu adalah tanggung jawabmu pada dunia.”
Tetapi pada akhirnya, bahkan Ibu Suri saja merasa itu tidak cukup meyakinkan.
“Apa yang dikatakan Ibunda Kekaisaran itu benar.” Chu Xun menjawab dengan acuh tak acuh. Menolehkan kepalanya, ia memandangi ke satu tempat, dan mulai melamun lagi.
Segerombolan orang itu perlahan-lahan keluar dari istana. Perasaan mereka juga murung. Mei Qian Deng mendadak menghilang di laut, bukan hanya Chu Xun yang merasa putus asa, anggota keluarga Mei juga tidak bisa menerimanya. Itu terlalu mendadak. Juga, keluarga Di kehilangan seorang putri dan calon menantu. Tidak ada yang berbicara, Istana Ming Jue sunyi senyap.
Setelah itu.
Di dalam istana, Chu Xun yang duduk dengan benar pun membungkukkan tubuhnya, dadanya mendadak terasa diremas. Ia pun memuntahkan darah segar.
Hujan deras yang disertai dengan guntur dan petir yang sesekali muncul, membuat seluruh istana kekaisaran terkurung di dalam badai.
Pejabat Senior Song, si gadis lentera, dan Raja Lin Xian ada di meja.
Pejabat Senior Song menggelengkan kepalanya, “Ini gawat, kalau Deng Kecil tidak kembali, karena sakit hati, Yang Mulia bisa menyiksa dirinya sampai mati.”
Si gadis lentera lumayan menyukai Mei Qian Deng, anak ini masih muda, tetapi kenapa hidupnya selalu keras?
“Kalau begitu, apa lagi, kau mau melawan langit? Lautan sangat luas, sangat dalam, untuk mencari sebuah kapal, mirip seperti mencari sebatang jarum di dalam lautan yang luas.”
Raja Lin Xian adalah yang paling tidak pedulian di antara mereka. Ia tidak pernah banyak berinteraksi dengan Mei Qian Deng. Ditambah, si raja hebat yang narsis ini hanya mempedulikan dirinya sendiri.
Sekarang ini, ia menambahkan dengan santainya, “Karena ia menghilang tanpa jejak dengan begitu tiba-tiba, maka cukup berikan saja Yang Mulia kenang-kenangan.”
“Bagaimana memberikannya?” Pejabat Senior Song dan si gadis lentera menatap Raja Lin Xian.
Raja Lin Xian bangkit berdiri dan akan pergi menemui Chu Xun.
“Tidak ada satu pun dari kalian yang boleh ikut. Cukup lihat saja kemampuan Raja ini.” Si raja hebat yang narsis sepercaya diri ini.
***
Raja Lin Xian sampai di kamar tidur Chu Xun lagi. Si penguasa berbaring seolah ia sudah mati di ranjang kekaisaran. Matanya menatap kosong ke langit-langit dan wajahnya pucat pasi seolah ia sudah kehilangan seluruh harapan di dunia ini.
“Tidak pernah menyangka kalau Yang Mulia adalah orang yang sepesimis ini.”
Chu Xun menolehkan kepalanya untuk melirik Raja Lin Xian, tetapi ia tidak bicara. Dalam benaknya, Chu Xun sudah menciptakan ratusan kemalangan setelah Mei Qian Deng tanpa sengaja masuk ke dalam kabut laut. Ia berusaha keras membayangkan bagaimana Mei Qian Deng menang dan kembali dengan selamat. Tetapi, ia tidak dapat menghentikan dirinya dari memikirkan ratusan cara dari kematian Mei Qian Deng.
Raja Lin Xian berbicara pada dirinya sendiri, “Leluhur Raja ini dulunya adalah penasihat selama pendirian Chu Agung. Ia sudah melihat banyak hal dan mengumpulkan pengetahuan yang luas. Rumah kami memiliki sebuah catatan yang menyebutkan bahwa ada sebuah pulau di antara Chu Agung dan Po Ye. Lokasinya istimewa, dikarenakan cuaca dan pasang laut, tidak ada yang bisa mendekatinya. Hanya selama malam bulan purnama sebelum musim panas tiba setiap tahunnya, aliran airnya akan berubah dan siapa saja dapat memasukinya.”
Chu Xun duduk tegak dari ranjangnya, “Kau sedang mengatakan, kemungkinan Mei Qian Deng terdampar di pulau ini?”
“Benar, pintu masuk pulau itu hanya terbuka sekali dalam setahun, dan durasinya sangat singkat. Raja ini yakin kalau kapal Permaisuri ada di pulau itu. Entah apakah ia dapat lolos, harus melihat keputusan Yang Mulia.”
Chu Xun buru-buru memanggil Hong Han Pin, menyuruhnya agar menggambarkan perkiraan lokasi dimana Mei Qian Deng menghilang di peta laut dan setelahnya mengutus orang untuk menjaga area itu sepanjang waktu.
Raja Lin Xian bahkan sempat mengambil tanaman pot di samping meja. Ia memetik beberapa lembar daun untuk Chu Xun, “Mengapa, Raja ini, yang berpenampilan dan berkemampuan seperti dari dunia lain, dapat dianggap sebagai setengah makhluk abadi. Bagaimana kalau hari ini, Raja ini akan memperlihatkan sejumlah kemampuan dan memperhitungkan masa depanmu sedikit?”
“…”
Ia membiarkan Chu Xun melafalkan diam-diam apa yang paling diharapkannya sementara ia membagi sembilan lembar daunnya menjadi tiga dan melemparkan mereka secara terpisah.
Dedaunan itu berjatuhan secara acak di atas meja. Raja Lin Xian yang bertampang serius pun menghitung sejenak.
“Ini adalah suatu pertanda kebangkitan. Ada kesedihan dan kebahagiaan, ada perpisahan dan pertemuan. Ramalannya mengatakan bahwa mulanya ada rasa sakit sebelum rasa manis, pada akhirnya akan mendapatkan hartanya dan mungkin bahkan akan mendapatkan kejutan-kejutan menyenangkan yang tak terduga.”
Chu Xun memutar bola matanya, “Kau pasti dikirimkan oleh mereka untuk menghibur zhen, kan?”
“Bisa dianggap begitu, tetapi makhluk abadi seperti Raja ini tidak pernah bicara omong kosong. Apabila Yang Mulia mempercayai Raja ini, kau harus tenang dan menunggu selama setahun. Setelah satu tahun, usahamu akan berbuah dan mendapatkan kembali apa yang hilang.”
Ekspresi Chu Xun berubah tanpa henti. Sepasang mata itu akan berbinar, dan meredup secara berturut-turut. Memandangi Raja Lin Xian, ia jelas sekali tergoda.
“Apa kau bicara yang sejujurnya?”
Sumpah serius Raja Lin Xian benar-benar adalah harapan terakhir Chu Xun.
Raja Lin Xian mengangguk. Memegangi selembar daun, ia menggosok-gosoknya dan menambahkan, “Jangan buang daun-daun ini. Jika besok mereka masih segar, itu berarti orang yang diramalkan oleh mereka masih hidup.”
Krim tangan si raja yang hebat ini sudah dioleskan pada daun tersebut. Krim tangan itu adalah esensi terbesar dari perawatan kecantikan, meski jika daunnya dibiarkan selama tiga hari, mereka tidak akan pernah layu.
Chu Xun yang polos sungguh mempercayai kebohongannya.
Ia benar-benar membungkus dedaunan itu ke dalam sehelai saputangan dan menaruhnya di kepala ranjang.
Saat Raja Lin Xian pergi, suasana hati Chu Xun jadi lebih baik.
***
Pada hari berikutnya, ketika Chu Xun bangun dan melihat daun di kepala ranjang masih hijau dan segar, Chu Xun nyengir dengan bodohnya seperti seorang anak berumur tiga tahun.
Semua orang akan selalu muncul di hadapan Chu Xun. Mereka akan secara diam-diam dan secara terbuka, mengawasinya, berjaga-jaga kalau ia menanggapi semuanya dengan buruk. Walaupun segalanya tampak tenang, semua orang merasa bahwa Kaisar berbeda dari yang dulu.
Ia akan terlihat seolah ia sudah kehilangan emosinya, tidak akan marah pada orang lain. Pejabat Senior Song, si gadis lentera, sekaligus Raja Lin Xian memikirkan banyak sekali cara untuk membuatnya marah, tetapi Chu Xun akan menanggapi sambil tersenyum. Senyumannya tampak kosong, acuh tak acuh, hingga lebih baik jika ia tidak tersenyum.
Chu Xun sudah berubah menjadi lelaki cantik dari kayu yang membosankan dan tenang.
Setiap harinya, pertanyaan yang paling banyak diajukannya adalah, “Xiao Jing Zi, tanggal berapa hari ini?”
Comments for chapter "Chapter 121 (1)"
NOVEL DISCUSSION
Support Foxaholic Global
Your donations will go towards site costs and management.
Individual translators usually have their own ko-fi buttons.