Why Fall in Love If You Can Attend Tsing Hua University (English to Indonesian Translation) - Bab 106
- Home
- Why Fall in Love If You Can Attend Tsing Hua University (English to Indonesian Translation)
- Bab 106 - Penebusan (I)
BAB 106
PENEBUSAN (I)
“Omong kosong! Zhi Hua itu masih muda. Dia bahkan belum menikah, kenapa pula dia harus punya anak.” Walau diam-diam Ibu dan Ayah Lin sering memaksa Lin Zhi Hua untuk segera menikah, namun mereka tidak akan menunjukkannya di depan orang lain.
“Dengan kondisi Zhi Hua, apa bedanya menikah dengan tidak menikah?” tukas tetua kedua penuh dengan keraguan.
Kelihatan jelas bahwa mereka tidak hanya mencurigai kemampuan Lin Zhi Hua dalam hal membesarkan anak namun juga kemampuan untuk memiliki anak.
Kegugupan sekilas muncul di mata Ibu Lin namun dengan cepat dia menarik nafas dan menenangkan dirinya dari kejutan itu. Tak lama dia pun membantah, “Zhi Hua itu belum terlalu tua. Memangnya kenapa harus terburu-buru? Lagian dengan kemajuan medis sekarang ini memangnya apa sih yang ditakutkan?”
Ibunda Lin berusaha mengenyahkan kekhawatiran yang ada di hatinya. Makin jauh dia terlibat dalam urusan keluarga Lin maka makin kental kepeduliannya terhadap warisan dan darah. Jika dalam kehidupan ini Lin Zhi Hua tidak bisa menghasilkan keturunan….
Tetua Lin memejamkan matanya sebentar seakan dia sudah memutuskan sesuatu pada Lin Zhi Hua: “Aku tidak akan mendiskusikan hal ini lagi. Lepaskan paman keduamu. Jika kamu tidak puas, kamu berhak untuk melarangnya bergabung dalam perusahaan. Namun Zhi Tang harus masuk ke perusahaan, bagaimanapun Lin Shi adalah perusahaan keluarga dan tidak bisa di pecah begitu saja!”
Ibunda Lin kali ini tidak menyela, karena dia sadar bahwa kebanggaan Tetua Lin dari masa jabatan sebelumnya masih kental dalam auranya.
“Lin Chang Ping, kamu yang memutuskan.” Tetua Lin membanting tongkatnya ke tanah dan melihat ke ayah Lin.
“Ini….” Ayah Lin membuka mulutnya dan tidak bisa berkata apa-apa.
“Ha ha.” Lin Zhi Hua yang sejak tadi meletakkan tangan di belakangnya dengan perlahan dan malas mulai bersandar di sofa, menatap mereka satu persatu dan tertawa.
Tawa ini langsung mematahkan ketegangan yang sejak tadi memenuhi ruangan ini.
“Apa yang kamu tertawakan?” Tetua Lin mendelik dengan marah.
Lin Zhi Hua berdiri. Kali ini, beberapa pengawal berpakaian serba hitam serta Chen Yan masuk kedalam ruangan dituntun oleh Pengasuh Chen.
“Lin Zhi Hua, apa maksud semua ini?” Tetua kedua Lin terlihat takut dan mundur selangkah.
Lin Zhi Hua melihat mereka dengan dingin: “Usir mereka keluar.”
“Kau..kau…kau…kau….” Tetua Lin menunjuk kearah Lin Zhi Hua dan jarinya gemetar karena diliputi kemarahan.
“Kirim pak tua ini ke tempat dia seharunya berada, dan sampaikan pada jaksa yang mengurus kasus paman kedua bahwa mereka harus menegakkan hukum tanpa pandang bulu.”
Ketika kalimat terakhir ini diucapkan, Zhang Jiayu hampir terduduk di lantai sambil memegang bayinya.
“Ayah! Kamu tidak bisa membiarkan Chang Ji di hukum!” Zhang Jia Yu langsung berlinang air mata sambil menggendong bayi dan menatap pak tua itu dengan mata merah.
“Tidak akan! Aku akan….” Tetua Lin menepuk dadanya dengan panik dan terbelalak, menunjuk kearah Lin Zhi Hua seakan ingin mengatakan sesuatu.
Wajah Lin Zhi Hua masih tanpa ekspresi: “Jangan sampai pak tua ini lepas seperti ini lagi.”
“Baik…” Chen Yan membungkuk dengan hormat.
Pandangan Lin Zhi Hua menyapu seluruh sanak keluarga yang ada di dalam ruangan. Jelas terlihat bahwa mereka semua diundang oleh si pak tua itu.
Orang yang di tatap oleh Lin Zhi Hua secara tidak sadar mundur dan menundukkan kepalanya.
“Usir mereka semua keluar dari sini dan putuskan semua bantuan ekonomi yang pernah diberikan oleh pemimpin sebelumnya.” Tukas Lin Zhi Hua dengan dingin.
“Zhi Hua!” semua orang langsung panik.
Arti dari pernyataan ini bukan hanya mengusir mereka dari rumah ini namun juga memutuskan segala hubungan dan menutup jalan bagi mereka untuk bisa memanfaatkan keuangan perusahaan Lin.
Tindakan ini benar-benar menutup semua jalan untuk para ‘saudara’ kaya ini yang selalu di nafkahi oleh Tetua Lin dan juga ayahnya!
“Zhi Hua aku kesini bukan untuk memohon Lin Chang Ji agar dibebaskan, dia memang pantas dihukum! Dia tidak patut untuk dimaafkan!”
“Benar! Lin Chang Ji memang pantas untuk dihukum!”
“Hukuman penjara seumur hidup terlalu ringan untuknya. Harusnya dia di hukum mati saja!”
“Zhi Hua, kakekmu hanya pikun saja karena dia sudah terlalu tua. Kami tidak mau memancing kondisi kesehatannya makanya kami dari tadi diam saja!”
“Benar…benar…benar!”
Orang-orang ini tidak berbicara sebelumnya karena mereka sedang memantau situasi. Mereka hanyalah saudara jauh. Tidak seberani Tetua Lin dan tidak sekejam Lin Zhi Hua.