Why Fall in Love If You Can Attend Tsing Hua University (English to Indonesian Translation) - Bab 197
- Home
- Why Fall in Love If You Can Attend Tsing Hua University (English to Indonesian Translation)
- Bab 197 - Bunga Sekolah (I)
BAB 197
BUNGA SEKOLAH (I)
Sejenak Xue Jiao terdiam. Payung hitam besar yang menaungi dirinya sangat besar hingga bisa melindungi dua orang di bawahnya dengan sangat baik.
Kepingan salju berjatuhan satu demi satu dan karena keseluruhan payung hitam itu menutupi kepala Xue Jiao dengan baik sehingga dia tidak bisa melihat kepingan salju yang berjatuhan itu. Walau angin bertiup ringan pun tidak ada salju yang menempel ke tubuhnya.
Syal kasmir yang disampirkan hampir ke setengah tubuhnya itu pun sangat hangat.
Kedua orang yang berada dibawah payung pun sama-sama diam dan tidak berbicara sepatah kata pun. Xue Jiao mengencangkan syalnya dan memandang ujung sepatu miliknya. Suasana perlahan menjadi sedikit aneh.
Lin Zhihua tidak pernah memiliki sentimen spesial pada hari bersalju seperti ini, namun sejak hari ini hingga seterusnya, sepertinya dia akan menyukai hari-hari bersalju.
Bunga salju, Xue Jiao1.
Ini adalah sebuah gambaran yang sangat tepat dengan sebuah pepatah: cintai rumahnya, cintai juga gagak yang bertengger diatasnya2.
Angin pun perlahan menjadi semakin kencang dan Lin Zhihua memegang payung dekat dengan Xue Jiao untuk memastikan agar gadis ini tidak basah karena salju.
“Kamu…”
“Anu…”
Mereka berdua berbicara disaat yang bersamaan dan kemudian terdiam juga disaat yang sama.
Setelah hening beberapa saat, Lin Zhihua tertawa dan berkata: “Jadi bagaimana? Apakah masih terasa dingin?”
Xue Jiao menggelengkan kepalanya dan berkata dengan serius, “Tidak dingin kok. Aku memakai pakaian tebal.”
Dia memang tidak merasa kedinginan. Hari ini dia menggunakan jaket panjang yang cocok sekali untuk melindungi seluruh tubuhnya agar tetap hangat. Sedangkan bagian leher dan sebagian wajah dan telinganya semua tertutup dengan syal yang diberikan Lin Zhihua. Cuaca dingin ini sama sekali tidak mempengaruhi gadis itu.
“Syal ini….” Xue Jiao terlihat sedikit ragu, kenapa Lin Zhihua kelihatannya selalu membawa syal?
“Ketika tadi mau menjemputmu, aku lihat cuaca sepertinya akan bersalju, jadi aku menyiapkan syal dan juga payung. Apa kamu suka?” Suaranya terdengar halus, penuh dengan kelembutan didalamnya.
Xue Jiao menyentuh syal hangat itu dan merasa bahwa Lin Zhihua memperlakukan dirinya dengan sangat baik.
Apakah pria ini memang selalu bersikap penuh perhatian ataukah….
“Kenapa kamu sangat baik padaku?” Xue Jiao menghentikan langkahnya dan bertanya penuh rasa ingin tahu.
Mata hitam besarnya menatap pria itu tanpa ada keraguan sedikitpun. Salju bertiup semakin kencang, cahaya buram lampu jalan menyinari tumpukan salju yang berjatuhan, membuat seluruh langit tampak bersih dan sangat cerah. Gadis itu mendongak menatap dirinya dengan mata hitam besarnya yang jernih dan tajam.
Lin Zhihua mengangkat ujung bibirnya dan menelan ludah dengan pahit. Sudah jelas pertanyaan ini menunjukkan bahwa gadis ini sama sekali belum sadar akan perasaan pria itu. “Karena ….aku kan sudah mengajarkanmu selama ini…”
Lin Zhihua mengulurkan tangannya dan mengelus kepala Xue Jiao. Dia menahan dirinya dan menekan semua perasaan dan ketidakberdayaan yang menyelimuti hatinya. Dia hanya menunjukkan sebuah senyuman ringan.
Mata Xue Jiao mengerjap, wajahnya pun cerah seperti tersadar.
Sepertinya bukan hanya dirinya yang menganggap pria ini sebagai guru, namun pria ini pun menganggap dirinya sebagai murid….
Senyuman pun perlahan merekah di wajah Xue Jiao, sebuah senyuman yang berasal dari hati, senyuman penuh rasa terima kasih.
Salju diluar semakin deras. Salju yang turun deras seperti ini bisa jadi adalah salju terakhir yang akan turun di musim dingin tahun ini. Dibawah naungan payung hitam besar, seorang pria dan seorang wanita saling memandang dan tersenyum.
Yang satu tersenyum ikhlas dari hati sedangkan yang satunya lagi tersenyum sambil menelan semua rasa pahit dalam hatinya , bersikap seakan dirinya baik-baik saja.
****
Lin Zhihua mengantarkan Xue Jiao hingga ke depan pintu hotel.
“Kalau begitu aku masuk dulu ya?” Xue Jiao mengambil kotak makanan yang dibawa dari restoran sebelum ini.
Lin Zhihua menganggukkan kepalanya dan berkata sambil tersenyum, “Kembalilah.”
Xue Jiao membalikkan badannya sambil tersenyum. Setelah dia tiba di dekat pintu menuju aula hotel, Xue Jiao membalikkan badannya dan melihat bahwa Lin Zhihua masih berdiri di tempat yang sama.
Gadis itu menyeringai, mengangkat tangannya, lalu melambai dengan keras, kemudian dia membalikkan badannya dan hilang dari pandangan.
Lin Zhihua baru menurunkan kembali lambaian tangannya setelah melihat gadis itu masuk dan tidak terlihat lagi.
Ketika dia membalikkan badan, dia tidak menggunakan payung lagi untuk melindungi tubuhnya dari salju. Perlahan kepingan salju pun mulai bertumpuk ditubuhnya. Sosok punggungnya saat itu terlihat sangat dingin dan kesepian.
Xue Jiao sama sekali tidak menyadari perasaan yang dimiliki pria ini, namun yang bisa pria ini lakukan adalah menjaganya.
Satu tahun, dua tahun, atau lima tahun sekalipun, selama gadis itu masih ada, dia akan terus menantinya.3
Catatan Kaki:
- Ini adalah permainan kata dari Nama Xue yang artinya salju
- Love the House Love the Crow on It sebuah pepatah Tiongkok yang memiliki arti jika kita mencintai seseorang maka kita juga akan cinta pada hal-hal atau orang-orang yang berhubungan dengannya
- Oh aku suka dengan cara berpikir seperti ini, beginilah seharusnya jika orang dewasa jatuh cinta sama anak dibawah umur. Intinya memang harus sabar ya. Disini kalian sadar ga sih dia pengertian banget dan ga memaksakan perasaannya sama Xue Jiao, + 10 point buat Zhihua! uwuwwww