Why Fall in Love If You Can Attend Tsing Hua University (English to Indonesian Translation) - Bab 26
- Home
- Why Fall in Love If You Can Attend Tsing Hua University (English to Indonesian Translation)
- Bab 26 - Ujian Bulanan (I)
BAB 26
UJIAN BULANAN (I)
Begitu Xue Jiao memasuki rumah, dia melihat Li Si Tong duduk di sofa dengan ekspresi suram, seolah hujan badai sebentar lagi akan datang. Suasana di sekitarnya tampak muram dan memberikan kesan yang melankolis.
Ketika dia memasuki ruangan, ibunya tiba-tiba berbalik, dia terlihat sangat terkejut: “kamu kembali cepat sekali?!”
Dulu, setiap kali Xue Jiao pergi ke keluarga Gu, dia akan tinggal selama beberapa hari sampai dia harus dipaksa untuk kembali oleh Li Si Tong.
Xue Jiao mengerti mengapa ibunya terlihat sedih. Tidak ada ibu yang ingin putri nya dan dua orang yang pernah sangat menyakitinya saling bertemu. Namun, Gu Xue Jiao yang dulu memang berkelakuan seperti itu. Setiap pergi ke Keluarga Gu, dia selalu bertengkar dengan Li Si Tong hingga beberapa hari.
Jadi Xue Jiao saat ini hanya mengangguk, meletakkan tasnya, mendekati Li Si Tong lalu berjongkok dan menatap matanya, “Bu, aku tidak menyukai ayah.”
Dia mengatakannya dengan serius, matanya menatap lurus pada wanita yang ada di sofa.
Li Si Tong membeku, lalu perlahan membuka mulutnya: “Ke …… Kenapa?“
Suaranya parau dan sangat pelan.
“Karena orang-orang itu sudah mengecewakan ibu, dan mereka tidak benar-benar memperlakukan aku dengan tulus.” Wajah yang mirip dengan Li Si Tong sebanyak tiga puluh persen itu terlihat sangat serius. Mata besarnya seperti membawa kehangatan dan sebuah permintaan maaf, mata itu terus menatap lekat kearahnya.
Li Si Tong duduk membatu dan tidak bergerak.
“Huaaaaaa……” dia memeluk Xue Jiao dan mengelus kepala anak itu sambil menangis dengan keras.
“Ada apa? Ada apa?” Cheng Shuo berlari keluar dari ruangan kerjanya dengan panik, dan pada saat itu juga, Cheng Ming Ze menuju ke bawah.
“Si Tong, ada apa denganmu?” Cheng Shuo menatap Li Si Tong yang menangis, dia terlihat sangat cemas dan berbalik dengan tergesa-gesa.
Mata Cheng Ming Ze sedikit menyipit: “Gu Xue Jiao, apakah kamu membuat ibumu marah lagi?”
Xue Jiao: “……”
Dia menepuk punggung Li Si Tong: “Bu, jangan menangis.”
“Jiao Jiao… kamu sekarang sangat bijaksana, kamu memang putriku, oh!” Li Si Tong terus menangis.
Cheng Shuo: “……”
Cheng Ming Ze: “……”
Mereka tiba-tiba menyadari, ternyata ibunya menangis bukan karena Gu Xue Jiao membuat masalah.
Xue Jiao dan Cheng Shuo akhirnya dengan susah payah menenangkan Li Si Tong. Li Si Tong, yang saat itu sedang sangat senang dan menyadari bahwa Xue Jiao belum makan, dia pun secara khusus memasak hidangan satu meja penuh sambil melihat Xue Jiao makan dengan tekun.
Xue Jiao melihat hidangan di depannya, yang saat itu warnanya tidak terlalu indah, dan juga semangkuk nasi putih ……
Jika dia tidak salah ingat, Li Si Tong itu…… tidak bisa masak!
Sambil menelan ludah, dia berkata: “Itu …… Bu, kamu sebaiknya ikut makan juga.“
“Tidak, tidak, aku hanya ingin melihatmu makan!” Saat dia berkata seperti itu, dia menaruh lauk lebih banyak di mangkuk Xue Jiao seolah-olah hidupnya bergantung pada mangkuk itu.
“Apakah Paman Cheng dan Kakak akan makan malam juga?” Xue Jiao masih terus berjuang.
“Tidak usah! Di usiaku ini, tidak baik makan terlalu banyak di malam hari!” Cheng Shuo langsung mengelak dan kabur.
Cheng Ming Ze langsung memiliki firasat buruk, dan berniat untuk segera kembali ke kamar namun sayangnya sudah keduluan ditarik oleh Li Si Tong, yang saat itu sedang dalam suasana hati yang baik: “Ming Ze! Kamu masih dalam masa pertumbuhan. Ayo, sini ikut makan!“
Li Si Tong menariknya ke arah meja makan dan membawakan semangkuk nasi putih lagi.
“Makan, makan, makan, makan yang banyak!” Li Si Tong tertawa riang dan tak henti-hentinya menumpuk lauk di mangkuk Xue Jiao dan Cheng Ming Ze.
Untuk pertama kalinya, mereka saling memandang dengan serius dan keduanya melihat simpati di mata satu sama lain ……